- Beranda
- Stories from the Heart
ILLUSI
...
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
32.7KThread•51.9KAnggota
Tampilkan semua post
TS
open.minded
#1612
A Space to Breath
‘hoaaam’ mulut gw terbuka karena tidak tahan dengan rasa kantuk ini. Setelah persentasi kemarin, belum ada masukan projek lanjutan dari atas, sekiranya satu minggu ini seperti libur SMA dulu, bebas. Tapi karena saking tidak ada kerjaannya gw lebih memilih untuk santai santai di markas tim kita, sambil main pokemon yang lumayan bisa membunuh waktu.
Hari ini adalah hari spesialbuat tim kita, kecuali buat gw dan Timur, karena Recht benar benar serius untuk mentraktir 11 lelaki single ini untuk menikmati hangatnya brothel di pinggiran kota Moscow ini. “Serius Di, lo bakal puas deh sama wanita wanitanya, ini Brothel terbaik yang ada di Moscow” ucap Recht kemarin kemarin dengan girang. Disaat seperti ini gw berharap gw bisa seperti pemuda lain yang bisa bebas menikmati hubungan bebas, tapi sayang, gw adalah tipe orang yang tidak bisa mengingkari hati nurani dan nilai moral yang sudah gw pelajari sejak kecil. ‘Sial!’ ucap gw sambil memutar mutar kursi gw.
Waktu pun terus berlalu, seiringan dengan naiknya level Oshawott, pokemon starter yang gw pilih. Langit di jendela sudah luntur menjadi oranye, menandakan waktu sudah mendekati maghrib, diikuti dengan suara langkah kaki orang yang mungkin sudah mau beranjak pulang diluar ruangan ini. Gw pun jadi ingat bahwa 3 minggu ini gw sudah bolos kuliah, mungkin gw adalah murid beasiswa paling parah di dunia ini. Gw akui, 12 tahun sekolah, gw sudah muak dengan yang namanya duduk, mendengarkan, dan mendapatkan ujian kertas yang menurut gw ga efektif untuk semua orang, tapi apalah, yang penting gw lulus aja sudah cukup.
Ruangan pun menjadi sunyi, sudah tidak ada langkah kaki yang terdengar dari luar. Mungkin di mata orang lain kesunyian, berarti, sendiri, namun bagi gw, kesunyian adalah waktu dimana semua menjadi jelas, bayangan bayangan yang biasanya membaur bersama orang pun sekarang menjadi jelas, tampak didepan gw sekitar 9 orang bayangan yang sedang berdiri dan bersandar di tembok disekitar gw ini, jika bukan karena mereka tidak mempunyai muka kecuali mata mereka, mungkin gw tidak akan bisa membedakan yang mana yang asli dan palsu. Namun terkadang diantara mereka ada yang mempunyai ‘kesempurnaan’ layaknya manusia, mempunyai rambut, mata, mulut, hidung, bahkan ekspresi. Dan lebih lagi yang satu ini bisa berinteraksi dengan dunia nyata seperti membuat suara, dan menggerakkan sesuatu. Persis seperti apa yang Safira lakukan, sosok cewek yang kerap menemani gw, namun ternyata dia tidak ada. Mungkin inilah yang orang lain akan kira adalah hantu. Saat itu gw hanya bisa setuju dengan pendapat mereka.
Kesunyian ini tiba tiba hilang seiringan dengan terdengarnya suara langkah seseorang yang mungkin akan berjalan melewati ruangan ini. Gw pejamkan mata gw sambil mendengar kan suara langkah sesuatu yang berbenturan denga lantai, hmmm, haa, suara sepatu hak khas cewek, gw menebaknya, suara itu pun berlanjut melewati lorng tepat di depan ruangan tim kita. Tiba tiba suara langkah itu berhenti, ‘hmmm, aneh, padahal belum setengah jalan dari lorong luar’ pikir gw dalam hati. sekitar 5 menit tidak ada suara yang terdengar, gw pun memutuskan untuk memejamkan mata lagi, sampai ada suara cekitan, suaara pintu yang terbuka, suara pintu ruangan ini terbuka sedikit. Tampak setegah kepala seorang wanita yang mengintip melalui celah pintu itu, rambut pirangnya pun tergerai vertikal, dan tampak mata biru seseorang menginspeksi ruangan ini, sampai mata itu terhenti di sosok tubuh gw. ‘Yvette? Apa yang dia lakukan disini?!’ tanya gw dalam hati
‘mm, hi bos?’ ucap gw singkat
Pupil dimata biru terangnya terlihat membesar, sepertinya dia terkejut melihat sosok seseorang yang di ruangan yang mungkin dia pikir sudah kosong ini. Yvette pun menarik kepalanya yang juga diikuti dengan terbuka lebarnya pintu ruangan ini, kali ini bukan hanya setengah wajahnya saja, namun seluruh badannya ikut memasuki ruangan kosong ini.
‘ruangan yang nyaman’ ucap Yvette sambil melihat keberbagai sudut ruangan
‘aaah, silahkan duduk, jangan sungkan’ ucap gw ke dia sambil menyandarkan badan gw ke sandaran kursi. Tampak Yvette berjalan mendekati meja kecil yang berisi snack dan aneka minuman buat orang orang di ruangan ini. ‘hmmm, di laci situ ada coklat, dan kau bisa membuat air panas lewat pemanas air itu, aaah, coklat panas di hari yang dingin ini, nikmat sekali sepertinya’ ucap gw ngelantur sambil memejamkan mata. ‘ah! Itu, atau, kau lebih memilih Vodka? Beer? Atau keduanya tidak masalah, ambil saja, karena gw tidak suka meminum itu, hanya Recht dan anak yang lain yang meminumnya’ tambah gw sambil tersenyum.
‘2 minggu’ ucap Yvette membuat gw membuka mata dengan sejuta kebingungan. ‘2 minggu, bagaimana bisa kau menyelesaikan semua itu dalam waktu sesingkat itu?!’ lanjut nya dengan nada tinggi. Sekarang Yvette sudah dalam posisi duduk tepat bersebrangan dengan gw. Posisi seperti ini persis seperti dua orang Raja yang sedang berunding. Gw masih terdiam dalam kebingungan akan apa yang membuat Yvette menanyakan hal ini. Apakah dia tidak bisa menerima kalau proyeknya ditolak? Atau harga dirinya tidak bisa menerima kalau faktanya dia kalah sama anak baru seperti gw? Apapun itu gw hanya tersenyum, semua orang pasti akan bereaksi sama seperti dia.
‘ada apa bos? sebaiknya kau istirahat sepertinya kau kelelahan’ jawab gw singkat
‘jangan main main sama gw!’ ucap Yvette dengan suara tinggi
‘hahh’ desah gw sepertinya mengerti apa yang Yvette ingin dengar. ‘Gw tidak sendiri, Gw mendapat bantuan dari orang lain, jika itu yang ingin kau tau’ balas gw. ‘Dan tentu saja gw tidak bisa sukses tanpa bantuanmu, Bos!’ ucap gw sambil tersenyum. ‘Gw belajar dari kegagalanmu’ lanjut gw mengahiri kalimat gw itu.
‘tapi bagaimana bisa kau melakukan semua itu dlaam waktu singkat’ tanya Yvette.
‘simpel’ jawab gw. ‘bagaimana caranya seseorang bisa lancar dan ahli dalam berenang?’
‘dengan latihan?’ jawab Yvette
‘betul, tapi apa dengan hanya latihan membuatmu menjadi lancar dan ahli, Bos?’ balas Gw
‘tentu saja! Dengan latihan tubuhmu akan menjadi terbiasa dengan air!’ kekeuh Yvette
‘salah, untuk menjadi lancar dan ahli, seorang perenang harus tenggelam terlebih dahulu’ senyum Gw. ‘Betul, dengan latihan terus menerus seseorang akan menjadi lancar dalam berenang, tetapi tanpa merasakan bagaimana rasanya tenggelam seseorang tidak akan menjadi ahli’ lanjut Gw. ‘Dan Boss, didepanmu ini adalah orang yang selalu tenggelam disaat menjalani latihannya, berbeda denganmu, yang sudah terlatih namun tidak pernah merasakan rasanya tenggelam’ Gw memajukan badan gw ke meja.
‘.......’ diam Yvette
‘fuck’ ucap gw tiba tiba menyadari sesuatu
‘hah?! Ada apa?!’ kaget Yvette
‘gw baru mengatakan sesuatu yang keren kan tadi Bos? ahhh harusnya gw video in perbincangan kita tadi. arrrgh’ Frustasi gw saat menyadari betapa kerennya kata kata gw tadi. kalau gw videoin perbincangan kita tadi, gw yakin bisa bikin Timur hilang kata kata, tenggelam didalam kekerenan gw, tapi apa daya, semua ini terjadi secara spontan
‘hahahahahaha’ tawa Yvette tiba tiba pecah. Untuk pertama kalinya gw ngelliat Yvette tertawa.
‘haha Bos, lo harus sering sering tersenyum dan tertawa seperti itu’ ucap gw
‘memangnya kenapa?’ tanya Yvette
‘karena itu membuat bos lebih gampang didekati, karena biasanya bos memasang tampang marah terus membuat orang jadi susah untuk dekat dengan bos. maksud gw, bos cantik, tapi sayang ga pernah senyum, jadi ga ketawan deh cantiknya’ ucap gw panjang
‘heeeeh?! Apa maksudmu?!’ ucap Yvette dengan mukanya yang mulai memerah
‘gak maksud apa apa kok, Cuma ngingetin aja sebelum imej Bos benar benar tidak bisa diubah di pikiran seseorang nanti’ jawab gw singkat. Gw menjawab itu sambil membayangin Vania, membayangi betama seram, sadis, labil, dan galaknya dia. Membuat gw tidak percaya saat semua orang bilang Vania itu orangnya cantik dan baik di luar sana. Brrr. Mengingat masa lalu bersama Vania saja bisa membuat gw merinding. Dan mungkin ini akan terjaid ke bos Yvette kalau selalu cemberut mulu.
‘hmmm, gitu, thanks ya Adi, oh ya Di satu lagi’ ucap Yvette
‘Hm?’ balas gw sambil memutar mutar kursi gw
‘jangan panggil gw dengan sebutan “Bos”. panggil nama gw. Yvette.’ Pinta Yvette
‘Ha! oke Bos!’ jawab gw
‘Adiiiiiii!!’
‘sorry sorry. Oke Yvette’
BRAKK. Tiba tiba pintu ruangan ini terbuka dengna kencangnya menghasilkan suara yang sukses mengagetkan gw dan Yvette. Di pintu sana muncul seseorang berambut coklat dengan muka girang memasuki ruangan ini. Siapa lagi kalau bukan Recht.
‘Oyy Adi ayo cepat! Kita akan bermain wanita malam ini!!’ teriak Recht tanpa sadar akan keberadaan Yvette
‘bermain..... wanita’ tanya Yvette
‘oh.. kau....Yvette, mau ikut? Tapi tunggu dulu, Tim mu kalah! Hahaha! Yang boleh ikut hanyalah pemenang’ ejek Recht ke Yvette
‘Arggh apa yang lo bilang? Adi! Kau serius ingin ikut Recht?’ tanya Yvette ke Gw
‘hm? kenapa engga? Semua ini ditraktir oleh Recht kok. Hahaha’
Hari ini adalah hari spesialbuat tim kita, kecuali buat gw dan Timur, karena Recht benar benar serius untuk mentraktir 11 lelaki single ini untuk menikmati hangatnya brothel di pinggiran kota Moscow ini. “Serius Di, lo bakal puas deh sama wanita wanitanya, ini Brothel terbaik yang ada di Moscow” ucap Recht kemarin kemarin dengan girang. Disaat seperti ini gw berharap gw bisa seperti pemuda lain yang bisa bebas menikmati hubungan bebas, tapi sayang, gw adalah tipe orang yang tidak bisa mengingkari hati nurani dan nilai moral yang sudah gw pelajari sejak kecil. ‘Sial!’ ucap gw sambil memutar mutar kursi gw.
Waktu pun terus berlalu, seiringan dengan naiknya level Oshawott, pokemon starter yang gw pilih. Langit di jendela sudah luntur menjadi oranye, menandakan waktu sudah mendekati maghrib, diikuti dengan suara langkah kaki orang yang mungkin sudah mau beranjak pulang diluar ruangan ini. Gw pun jadi ingat bahwa 3 minggu ini gw sudah bolos kuliah, mungkin gw adalah murid beasiswa paling parah di dunia ini. Gw akui, 12 tahun sekolah, gw sudah muak dengan yang namanya duduk, mendengarkan, dan mendapatkan ujian kertas yang menurut gw ga efektif untuk semua orang, tapi apalah, yang penting gw lulus aja sudah cukup.
Ruangan pun menjadi sunyi, sudah tidak ada langkah kaki yang terdengar dari luar. Mungkin di mata orang lain kesunyian, berarti, sendiri, namun bagi gw, kesunyian adalah waktu dimana semua menjadi jelas, bayangan bayangan yang biasanya membaur bersama orang pun sekarang menjadi jelas, tampak didepan gw sekitar 9 orang bayangan yang sedang berdiri dan bersandar di tembok disekitar gw ini, jika bukan karena mereka tidak mempunyai muka kecuali mata mereka, mungkin gw tidak akan bisa membedakan yang mana yang asli dan palsu. Namun terkadang diantara mereka ada yang mempunyai ‘kesempurnaan’ layaknya manusia, mempunyai rambut, mata, mulut, hidung, bahkan ekspresi. Dan lebih lagi yang satu ini bisa berinteraksi dengan dunia nyata seperti membuat suara, dan menggerakkan sesuatu. Persis seperti apa yang Safira lakukan, sosok cewek yang kerap menemani gw, namun ternyata dia tidak ada. Mungkin inilah yang orang lain akan kira adalah hantu. Saat itu gw hanya bisa setuju dengan pendapat mereka.
Kesunyian ini tiba tiba hilang seiringan dengan terdengarnya suara langkah seseorang yang mungkin akan berjalan melewati ruangan ini. Gw pejamkan mata gw sambil mendengar kan suara langkah sesuatu yang berbenturan denga lantai, hmmm, haa, suara sepatu hak khas cewek, gw menebaknya, suara itu pun berlanjut melewati lorng tepat di depan ruangan tim kita. Tiba tiba suara langkah itu berhenti, ‘hmmm, aneh, padahal belum setengah jalan dari lorong luar’ pikir gw dalam hati. sekitar 5 menit tidak ada suara yang terdengar, gw pun memutuskan untuk memejamkan mata lagi, sampai ada suara cekitan, suaara pintu yang terbuka, suara pintu ruangan ini terbuka sedikit. Tampak setegah kepala seorang wanita yang mengintip melalui celah pintu itu, rambut pirangnya pun tergerai vertikal, dan tampak mata biru seseorang menginspeksi ruangan ini, sampai mata itu terhenti di sosok tubuh gw. ‘Yvette? Apa yang dia lakukan disini?!’ tanya gw dalam hati
‘mm, hi bos?’ ucap gw singkat
Pupil dimata biru terangnya terlihat membesar, sepertinya dia terkejut melihat sosok seseorang yang di ruangan yang mungkin dia pikir sudah kosong ini. Yvette pun menarik kepalanya yang juga diikuti dengan terbuka lebarnya pintu ruangan ini, kali ini bukan hanya setengah wajahnya saja, namun seluruh badannya ikut memasuki ruangan kosong ini.
‘ruangan yang nyaman’ ucap Yvette sambil melihat keberbagai sudut ruangan
‘aaah, silahkan duduk, jangan sungkan’ ucap gw ke dia sambil menyandarkan badan gw ke sandaran kursi. Tampak Yvette berjalan mendekati meja kecil yang berisi snack dan aneka minuman buat orang orang di ruangan ini. ‘hmmm, di laci situ ada coklat, dan kau bisa membuat air panas lewat pemanas air itu, aaah, coklat panas di hari yang dingin ini, nikmat sekali sepertinya’ ucap gw ngelantur sambil memejamkan mata. ‘ah! Itu, atau, kau lebih memilih Vodka? Beer? Atau keduanya tidak masalah, ambil saja, karena gw tidak suka meminum itu, hanya Recht dan anak yang lain yang meminumnya’ tambah gw sambil tersenyum.
‘2 minggu’ ucap Yvette membuat gw membuka mata dengan sejuta kebingungan. ‘2 minggu, bagaimana bisa kau menyelesaikan semua itu dalam waktu sesingkat itu?!’ lanjut nya dengan nada tinggi. Sekarang Yvette sudah dalam posisi duduk tepat bersebrangan dengan gw. Posisi seperti ini persis seperti dua orang Raja yang sedang berunding. Gw masih terdiam dalam kebingungan akan apa yang membuat Yvette menanyakan hal ini. Apakah dia tidak bisa menerima kalau proyeknya ditolak? Atau harga dirinya tidak bisa menerima kalau faktanya dia kalah sama anak baru seperti gw? Apapun itu gw hanya tersenyum, semua orang pasti akan bereaksi sama seperti dia.
‘ada apa bos? sebaiknya kau istirahat sepertinya kau kelelahan’ jawab gw singkat
‘jangan main main sama gw!’ ucap Yvette dengan suara tinggi
‘hahh’ desah gw sepertinya mengerti apa yang Yvette ingin dengar. ‘Gw tidak sendiri, Gw mendapat bantuan dari orang lain, jika itu yang ingin kau tau’ balas gw. ‘Dan tentu saja gw tidak bisa sukses tanpa bantuanmu, Bos!’ ucap gw sambil tersenyum. ‘Gw belajar dari kegagalanmu’ lanjut gw mengahiri kalimat gw itu.
‘tapi bagaimana bisa kau melakukan semua itu dlaam waktu singkat’ tanya Yvette.
‘simpel’ jawab gw. ‘bagaimana caranya seseorang bisa lancar dan ahli dalam berenang?’
‘dengan latihan?’ jawab Yvette
‘betul, tapi apa dengan hanya latihan membuatmu menjadi lancar dan ahli, Bos?’ balas Gw
‘tentu saja! Dengan latihan tubuhmu akan menjadi terbiasa dengan air!’ kekeuh Yvette
‘salah, untuk menjadi lancar dan ahli, seorang perenang harus tenggelam terlebih dahulu’ senyum Gw. ‘Betul, dengan latihan terus menerus seseorang akan menjadi lancar dalam berenang, tetapi tanpa merasakan bagaimana rasanya tenggelam seseorang tidak akan menjadi ahli’ lanjut Gw. ‘Dan Boss, didepanmu ini adalah orang yang selalu tenggelam disaat menjalani latihannya, berbeda denganmu, yang sudah terlatih namun tidak pernah merasakan rasanya tenggelam’ Gw memajukan badan gw ke meja.
‘.......’ diam Yvette
‘fuck’ ucap gw tiba tiba menyadari sesuatu
‘hah?! Ada apa?!’ kaget Yvette
‘gw baru mengatakan sesuatu yang keren kan tadi Bos? ahhh harusnya gw video in perbincangan kita tadi. arrrgh’ Frustasi gw saat menyadari betapa kerennya kata kata gw tadi. kalau gw videoin perbincangan kita tadi, gw yakin bisa bikin Timur hilang kata kata, tenggelam didalam kekerenan gw, tapi apa daya, semua ini terjadi secara spontan
‘hahahahahaha’ tawa Yvette tiba tiba pecah. Untuk pertama kalinya gw ngelliat Yvette tertawa.
‘haha Bos, lo harus sering sering tersenyum dan tertawa seperti itu’ ucap gw
‘memangnya kenapa?’ tanya Yvette
‘karena itu membuat bos lebih gampang didekati, karena biasanya bos memasang tampang marah terus membuat orang jadi susah untuk dekat dengan bos. maksud gw, bos cantik, tapi sayang ga pernah senyum, jadi ga ketawan deh cantiknya’ ucap gw panjang
‘heeeeh?! Apa maksudmu?!’ ucap Yvette dengan mukanya yang mulai memerah
‘gak maksud apa apa kok, Cuma ngingetin aja sebelum imej Bos benar benar tidak bisa diubah di pikiran seseorang nanti’ jawab gw singkat. Gw menjawab itu sambil membayangin Vania, membayangi betama seram, sadis, labil, dan galaknya dia. Membuat gw tidak percaya saat semua orang bilang Vania itu orangnya cantik dan baik di luar sana. Brrr. Mengingat masa lalu bersama Vania saja bisa membuat gw merinding. Dan mungkin ini akan terjaid ke bos Yvette kalau selalu cemberut mulu.
‘hmmm, gitu, thanks ya Adi, oh ya Di satu lagi’ ucap Yvette
‘Hm?’ balas gw sambil memutar mutar kursi gw
‘jangan panggil gw dengan sebutan “Bos”. panggil nama gw. Yvette.’ Pinta Yvette
‘Ha! oke Bos!’ jawab gw
‘Adiiiiiii!!’
‘sorry sorry. Oke Yvette’
BRAKK. Tiba tiba pintu ruangan ini terbuka dengna kencangnya menghasilkan suara yang sukses mengagetkan gw dan Yvette. Di pintu sana muncul seseorang berambut coklat dengan muka girang memasuki ruangan ini. Siapa lagi kalau bukan Recht.
‘Oyy Adi ayo cepat! Kita akan bermain wanita malam ini!!’ teriak Recht tanpa sadar akan keberadaan Yvette
‘bermain..... wanita’ tanya Yvette
‘oh.. kau....Yvette, mau ikut? Tapi tunggu dulu, Tim mu kalah! Hahaha! Yang boleh ikut hanyalah pemenang’ ejek Recht ke Yvette
‘Arggh apa yang lo bilang? Adi! Kau serius ingin ikut Recht?’ tanya Yvette ke Gw
‘hm? kenapa engga? Semua ini ditraktir oleh Recht kok. Hahaha’
sormin180 dan 15 lainnya memberi reputasi
16
