- Beranda
- Stories from the Heart
Salahkah Aku Mencintai Lelaki Dewasa Itu?
...
TS
schneee
Salahkah Aku Mencintai Lelaki Dewasa Itu?
Sebelumnya aku permisi dulu kepada Moderator dan Penghuni forum Stories From The Heart Kaskus 
AKu akhir-akhir ini banyak membaca cerita-cerita penghuni SFTH dan aku merasa sangat terinspirasi dari tulisan-tulisan sesepuh sekalian
Karena itu aku memberanikan diri untuk berbagi kisah nyata aku, yang sampe detik ini masih menjadi kisah terbesar di hidup aku.
Mohon maaf kalo tulisan aku ini masih amburadul dan kaku, karena aku baru pertama kali join dan menulis sebuah cerita.
Dan demi kenyamanan dan privasi, nama tokoh-tokoh di cerita ini aku samarkan
"Kesedihan tak akan pernah berkata kapan ia akan datang. Seperti cinta yang tak pernah bertanya di hati mana ia akan jatuh."
Aku mendapatkan quote di atas dari sebuah novel yang berjudul Rindu Untuk Daisy. Segala kenangan itu kembali meminta dikunjungi.
Nama aku Rasya, dan ini kisahku.

AKu akhir-akhir ini banyak membaca cerita-cerita penghuni SFTH dan aku merasa sangat terinspirasi dari tulisan-tulisan sesepuh sekalian

Karena itu aku memberanikan diri untuk berbagi kisah nyata aku, yang sampe detik ini masih menjadi kisah terbesar di hidup aku.
Mohon maaf kalo tulisan aku ini masih amburadul dan kaku, karena aku baru pertama kali join dan menulis sebuah cerita.
Dan demi kenyamanan dan privasi, nama tokoh-tokoh di cerita ini aku samarkan

"Kesedihan tak akan pernah berkata kapan ia akan datang. Seperti cinta yang tak pernah bertanya di hati mana ia akan jatuh."
Aku mendapatkan quote di atas dari sebuah novel yang berjudul Rindu Untuk Daisy. Segala kenangan itu kembali meminta dikunjungi.
Nama aku Rasya, dan ini kisahku.

Spoiler for index:
Diubah oleh schneee 23-09-2015 22:53
anasabila memberi reputasi
1
11.2K
71
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
32.7KThread•52.1KAnggota
Tampilkan semua post
TS
schneee
#20
Part 6
21 Juni 2015
Hari ulang tahun dia.
Perasaan itu kembali membuncah setelah kemarin sempat kuredam dalam kerinduan. Aku teringat dua tahun lalu ketika segalanya baik-baik saja. Ketika ulang tahunnya menjadi hal yang paling kutunggu-tunggu, ketika kado dariku menjadi pembahasan sepanjang minggu, dan ketika malam-malam berikutnya kedekatan kami semakin intens.
Hari ini, rasanya aku ingin mengulang segalanya. Mengulang segala tawa, seluruh cerita, setiap kerinduan, dan lainnya. Aku ingin mengulang semuanya. Tapi apalah yang bisa kuperbuat? Untuk memberi ucapan padanya pun aku tak berani.
Hari ini, resmi sudah aku hanya jadi pengamat sejauh ini. Aku hanya bisa membaca setiap ucapan yang terkirim ke wall facebooknya, aku hanya bisa membaca komen-komenan dia dan orang-orang itu. Aku tak bisa melakukan apa pun bahkan untuk diriku sendiri, sama seperti dulu, seperti pertemuan yang tak lagi bisa kusinggahi.
Apa mungkin dia masih mengingatku?? Apa… apa mungkin dia masih mengharapkan ucapan dariku seperti tahun –tahun yang lalu?
Itu chat terakhir aku dan dia. Apalagi yang kuharapkan setelah itu? Aku bakalan ngucapin selamat ulang tahun ke dia? Berharap dia akan membacanya? Berdoa agar segalanya kembali baik-baik saja? Semua sudah jelas, dari kalimatnya sudah jelas; dia beranggapan segalanya telah berakhir..
Mungkin dia pun tak pernah menyangka bahwa aku masih mengingatnya, masih mencari-cari jejaknya setelah berbulan-bulan ia pergi tanpa kabar, benar-benar menguburku dalam kerinduan ini. Pun aku tak cukup berani untuk berharap bahwa dia pernah memikirkanku walau sedetik, walau sekejap, walau sementara semenjak bulan terakhir chat kami di facebook itu. Aku tak pernah berani berharap..
Masih tersisa beberapa jam lagi sebelum hari ini berakhir, namun aku tak tahu pasti apa yang akan kulakukan, apa yang harus kulakukan. Haruskah aku berdoa agar kesempatan itu ada? Kesempatan untuk menyelesaikan menyoal perasaan ini? Atau kesempatan untuk memperbaiki hubungan dan melupakan segala rasa yang masih membekas dari masa lalu?
Aku tak pernah tahu….
Segala rasa dan kenangan itu menyeruak ke dada, membuatku sesak. Aku ingin sekali mengetikkan pesan untuknya. Sebenarnya, dari kemarin aku sudah mencari-cari pin bb dia dari teman-teman penulis yang lain, sayangnya tak ada yang tahu pasti. Sepertinya dia benar-benar menarik diri dari semuanya, dari segalanya, dari setiap hal yang berhubungan denganku. Sebenci itukah dia padaku??
Pertanyaan-pertanyaan itu mendesing di telingaku; masihkah dia menyimpan apa yang kuberi tahun-tahun yang lalu??
Apa yang harus kulakukan? Haruskah aku mengubunginya? Ataukah cukup aku menyakiti diriku sendiri dengan menahan keinginan seperti ini? Dan hari ini, hanya puisi darinya yang menemaniku, menemani segala kebimbangan ini.
Nb : Ntar malam aku pos semua puisi dari dia untukku. Mohon sarannya gan, untuk kebimbangan ane ini.
Hari ulang tahun dia.
Perasaan itu kembali membuncah setelah kemarin sempat kuredam dalam kerinduan. Aku teringat dua tahun lalu ketika segalanya baik-baik saja. Ketika ulang tahunnya menjadi hal yang paling kutunggu-tunggu, ketika kado dariku menjadi pembahasan sepanjang minggu, dan ketika malam-malam berikutnya kedekatan kami semakin intens.
Hari ini, rasanya aku ingin mengulang segalanya. Mengulang segala tawa, seluruh cerita, setiap kerinduan, dan lainnya. Aku ingin mengulang semuanya. Tapi apalah yang bisa kuperbuat? Untuk memberi ucapan padanya pun aku tak berani.
Hari ini, resmi sudah aku hanya jadi pengamat sejauh ini. Aku hanya bisa membaca setiap ucapan yang terkirim ke wall facebooknya, aku hanya bisa membaca komen-komenan dia dan orang-orang itu. Aku tak bisa melakukan apa pun bahkan untuk diriku sendiri, sama seperti dulu, seperti pertemuan yang tak lagi bisa kusinggahi.
Apa mungkin dia masih mengingatku?? Apa… apa mungkin dia masih mengharapkan ucapan dariku seperti tahun –tahun yang lalu?
Quote:
Itu chat terakhir aku dan dia. Apalagi yang kuharapkan setelah itu? Aku bakalan ngucapin selamat ulang tahun ke dia? Berharap dia akan membacanya? Berdoa agar segalanya kembali baik-baik saja? Semua sudah jelas, dari kalimatnya sudah jelas; dia beranggapan segalanya telah berakhir..
Mungkin dia pun tak pernah menyangka bahwa aku masih mengingatnya, masih mencari-cari jejaknya setelah berbulan-bulan ia pergi tanpa kabar, benar-benar menguburku dalam kerinduan ini. Pun aku tak cukup berani untuk berharap bahwa dia pernah memikirkanku walau sedetik, walau sekejap, walau sementara semenjak bulan terakhir chat kami di facebook itu. Aku tak pernah berani berharap..
Masih tersisa beberapa jam lagi sebelum hari ini berakhir, namun aku tak tahu pasti apa yang akan kulakukan, apa yang harus kulakukan. Haruskah aku berdoa agar kesempatan itu ada? Kesempatan untuk menyelesaikan menyoal perasaan ini? Atau kesempatan untuk memperbaiki hubungan dan melupakan segala rasa yang masih membekas dari masa lalu?
Aku tak pernah tahu….
Segala rasa dan kenangan itu menyeruak ke dada, membuatku sesak. Aku ingin sekali mengetikkan pesan untuknya. Sebenarnya, dari kemarin aku sudah mencari-cari pin bb dia dari teman-teman penulis yang lain, sayangnya tak ada yang tahu pasti. Sepertinya dia benar-benar menarik diri dari semuanya, dari segalanya, dari setiap hal yang berhubungan denganku. Sebenci itukah dia padaku??
Pertanyaan-pertanyaan itu mendesing di telingaku; masihkah dia menyimpan apa yang kuberi tahun-tahun yang lalu??
Apa yang harus kulakukan? Haruskah aku mengubunginya? Ataukah cukup aku menyakiti diriku sendiri dengan menahan keinginan seperti ini? Dan hari ini, hanya puisi darinya yang menemaniku, menemani segala kebimbangan ini.
Nb : Ntar malam aku pos semua puisi dari dia untukku. Mohon sarannya gan, untuk kebimbangan ane ini.
0
: Dulu, kmu bgt marah karena aku nyari kunang2 duluan, pdhl aku nyari itu jg buat km. Tp bgt ada, ya gitu deh, kmu hnya pnya wkt 1 jam stlh berhari2 di jogja. Wow banget kan....tapi ya siapa aku jg gitu loh! Ah, sudahlah!!!