Misael524288Avatar border
TS
Misael524288
Radio Galau FM, sebuah kisah tentang dunia radio


Quote:




Radio mendekatkan yang dekat - seorang Kaskuser

Radio bukan hanya tentang penyiar.


Quote:


Quote:


Kisah ini adalah kepanjangan dari cerita akun @RadioGalauFM di Twitter. Gue sama sekali ga ada afiliasi sama Radio Galau FM. Gue hanya menceritakan Radio Galau FM itu dari sudut pandang yang berbeda. Ini juga jawaban atas ketidakpuasan gue sebagai pendengar radio atas film Radio Galau FM yang sama sekali ga nyinggung dunia radio.

Sudah gue cek sinopsis film Radio Galau FM ternyata ga menyinggung sama sekali dunia radio. Mungkin menyinggung tapi gue rasa radio ga bermain peran penting di sini. Nah, gue menggarap cerita di mana dunia radio – yang menjadi mainan gue sehari-hari juga – dan apapun yang terjadi di balik ruang siaran berperan utama. Kisah cinta pula ada di sini.

Kisah ini didasarkan atas pengalaman pribadi juga walaupun fiksi semata. Selamat menikmati.

Quote:


Nanti ane rapikan threadnya. Ditunggu juga kehadiran Bara alias Bernard Batubara di cerita ini.

Radio itu lebih kuat dari televisi karena kamu hanya bisa mendengar siaran radio. Mendengarkan radio membutuhkan imajinasi sampai perasaan.

Gunakan Line untuk komunikasi dengan TS kalo TS lagi ga ada di sini.
Line TS: msael. Ingat tulis nama dan jelasin tujuan lo ngechat. Yang ga jelas akan gue tolak+block demi keamanan emoticon-Hammer (S)
Diubah oleh Misael524288 19-06-2015 16:10
anasabila
anasabila memberi reputasi
1
10.3K
37
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
Stories from the HeartKASKUS Official
31.5KThread41.6KAnggota
Tampilkan semua post
Misael524288Avatar border
TS
Misael524288
#5
Part 2: Ingat Mira (Ganti Judul)
"Bang Fajar!" kataku, menjaga wajah jangan sampai kelihatan habis minum.
"El, lu tanggap juga ya. Gue panggil langsung dateng kemari," jawab Bang Fajar, lalu ia sambung, "Fay, lu play rerun drama radio Bara, Diandra, Vellin dan temen temen dah. Udah jam 2.40 nih. Trus si Audrey suruh sign off aja sekalian."

Wah makin tegang aku. Siaran dadakan segera dimulai. Tanpa script, tanpa bahan. Biasanya aku siaran cuma pakai bahan yang biasanya udah kusiapin di kereta. Tadi sial sekali aku ketiduran di kereta jadi tidak kepikiran buat contekan sekalipun. Tak lama Fay menyuruh kami diam. Audrey mau closing.

Suasana senyap. Audrey menutup siarannya yang telah berlangsung dari jam 6 tadi.

Quote:


Setidaknya aku lega karena antara Audrey dan aku ada drama radio. Jadi aku bisa sedikit bernafas lega. Aku juga bisa merancang materi siaran dulu. Ketika aku sedang asyik merancang materi siaran dalam selembar kertas, tiba-tiba dari drama radio itu terputar kata yang akan selalu terngiang-ngiang dalam telingaku.

"LDR meskipun sudah lintas pulau lintas benua, asalkan ada hati dan ada keseriusan, pasti bisa langgeng."

Haduh, aku tiba-tiba terbayang lagi akan bayangan Mira. Ya, cewek yang jadi pacarku karena bertemu di radio. Bertemunya juga tidak biasa, karena sebuah kesaksian, juga karena sebuah kejadian yang nyaris merenggut nyawanya. Kesaksian yang dimaksud di sini adalah cerita pengalaman iman seorang Kristen/Katolik.

Sedikit kuceritakan tentang Mira dan siapa dia. Wanita yang Tuhan pertemukan denganku dengan cara yang ajaib, dan belum tentu ada kejadian yang sama di kota ini dalam 20 tahun ke depan.


Dahulu, setiap malam aku ditugasi menerima telepon di sebuah radio rohani. Aku orang dalam dari radio tersebut, jadi akulah penerima telepon di setiap acara untuk nanti disambungkan ke pembawa acaranya - entah itu seorang pendeta sampai anak yang lebih muda dariku. Entah shownya dari gereja anu atau gereja ani yang menyewa slot di radio rohani itu, penerima teleponnya tetap antara aku dan satu orang lain yang aku lupa namanya.

Aku harus menerima telepon para pendengar siaran rohani dari sebuah komunitas Kristen di kotaku. Ada yang minta didoakan, ada yang ceritanya membuatku menangis dalam hati sehingga setelah aku meneruskan ke pendeta yang berjaga malam itu, langsung aku ngibrit ke wastafel untuk menangis dan menyeka air mata. Bahkan aku kerap menerima telepon dari keluarga yang salah satu anggotanya sedang sekarat.
Kerap kali pun, kalau mendengar ada yang sakit atau menderita atau berbeban berat siapa yang tidak nelangsa hati? Apalagi salah satu kasus ini.

Satu waktu ada keluarga yang menelepon ke acaraku. Aku tidak mengenal keluarga itu sebelumnya. Yang kuingat, mereka kecelakaan berat di tol Merak dan mereka semua survive. Di ujung telepon, yang berbicara adalah orang yang sedang luka berat dan menunggu pertolongan. Aduh, benar-benar hancur hati. Ya Tuhan Yesus, aku selama ini ditelepon anggota keluarga yang sehat walafiat yang mengabarkan saudaranya yang sedang sakit, kali ini aku benar-benar ditelepon survival yang sedang luka berat! Yah, sekalipun keluarganya yang badannya sehat juga ikut menelepon untuk menguatkan keaslian telepon itu. Aku benar-benar mau menangis mendengar itu. Tak kuat mendengarnya lagi, telepon segera kualihkan ke pendeta.

Kucatat nomor yang tertera di log komputer radio saat itu, lalu sekelarnya acara kutelepon balik, kudoakan mereka secara pribadi. Tuhan berpihak pada mereka, lalu mujizat terjadi malam itu. Anggota yang didoakan – ternyata anak seumuranku – berterima kasih padaku secara personal. Satu hari, ia datang ke acaraku untuk memberikan kesaksian. Aku takjub benar bukan karena dia, tapi karena Yang Menolong dia.

“Tuhan memberkati kamu. Kamu operator siaran ini ya?” tanya perempuan itu.

Kusalami tangan perempuan itu malu-malu. Sungguh lama-lama timbul rasa yang beda. Bukan kehangatan tangannya, bukan kemolekan tubuh. Tubuhnya cantik secara fisik kah? Hmm, barangkali dulu. Sekarang ia berjalan dengan kaki palsu semi robotik yang diberikan pengelola jalan tol. Tapi kecantikan hatinya dan keanggunannya berbicara, seakan menampar diriku. Malu benar diriku.

“Iya Kak Mira. Aku terberkati loh dengan kesaksian kamu tadi, bagaimana Tuhan menolong kamu ketika kamu kecelakaan,” jawabku malu.

“Ga usah panggil Kak. Panggil Mira aja. Aku masih 21 tahun.” Nah loh, aku sadar aku juga 21 tahun saat itu. Tepatnya tahun 2014.

“Kenalkan, namaku Misael. Betul aku operator di radio ini, tugasku mengangkat telepon dan mengurus hal-hal kecil di studio, Senang berkenalan dengan orang seperti kamu. Ramah, penuh kasih, juga terlihat natural"

"Ah kamu bisa aja deh," jawab Mira. Malu malu juga. Nah lama-lama kulihat tatapan Mira juga semakin tajam padaku, seakan menginginkanku. Saat itu entah ia sudah ada pemiliknya ataupun tidak.

Nah aku ngobrol ngalor ngidul dengan Mira. Sampai lama-lama Pak Dicky asisten pendeta juga heran. Lalu si Pak Dicky nyeletuk, "Cieee Misael sama Mira, jangan bilang kalian lagi jatuh cinta ya."

Aku menepis omongan Pak Dicky. Aku juga malu. Tapi jujur aku jatuh cinta pada Mira dari pandangan pertama. Cewek seperti dia memang beriman, murah senyum, dan tentunya baik hati kurasa. Secara fisik juga, meskipun sudah sedikit cacat, tetap cantik dan cocok untuk wanita seumurannya. Aku mau mengatakannya, tapi kurasa terlalu buru-buru mengatakan cinta pada menit pertama kita bertemu.

"Pak Dicky saya pulang yah. Mama udah nunggu di bawah," kata Mira memecah keheningan. Mira turun. Siaran rohani itu sudah selesai dan aku harus bersiap ke siaran berikutnya. Tak lama aku menyusul dengan alibi ke toilet.

"Sael ke mana? Ngejar Mira yah?" celetuk pendeta yang sedang siap-siap pulang juga.
"Nggak Pak. Ke toilet pak," jawabku malu-malu.
"Ah bilang aja mau ketemu Mira dek."
"Nggak pak, saya kebelet kencing dari tadi pas doa."
"Yakin kebelet kencing?"
"Iya pak."

Tak lama kemudian aku langsung meninggalkan dua orang itu. Memang aku beneran ke toilet saat itu, tetapi setelahnya aku ke parkiran gedung radio mengejar Mira. Untungnya si Mira juga baru sampai di bawah gedung.

"Mira, minta nomor HP dong. Aku juga minta Line kamu. Lupa tadi."
"Boleh," kata Mira, seraya menyodorkan nomor HP dan kontak Line padaku.
"Terima kasih Mira. Senang bisa kenalan sama kamu. Nanti kita ketemuan kapan-kapan yah."

Mira melambaikan tangan padaku. Aku tersenyum. Sementara itu satpam sudah menatapku penasaran. Lalu satpam menyamperiku penasaran.

"El, itu siapanya kamu?"
"Nganu Pak, itu tadi yang kesaksian di radio tadi."
"Ada apa pak?"
"Saya perlu kontak dia Pak."
"Mau ngapain kamu?"
"Saya mau kenalan sama dia."

Satpam itu cekikikan. Aku langsung ke lift, kembali ke ruang siaran. Untung saja siaran berikutnya recording.


Ah, flashback selesai. Ada satu poin kutambahkan ke siaran dadakanku: cinta pertama dan LDR.

Drama radio usai. Kisah Vellin di radio gantung dengan pacar barunya, seperti diduga. Aku duduk bersiap siaran, menunggu si Fay membacakan berita yang sudah dikirimkan Bang Fajar dari Divisi Berita Radio Galau FM. Ternyata itu tujuan si Bang Fajar datang ke ruang siaran, selain memastikan diriku hadir.

"Demikian Berita Galau FM jam 2 siang bersama Fay, lanjut siaran berikutnya bersama Misael."

Deg deg deg. Momen itu tiba. Siaran dadakan.

Dan tiba-tiba Bara alias Bernard Batubara alias pemilik Radio Galau FM datang. Mau supervisi. Semakin gugup aku. Dan ini momen siaran dadakan!

"106.6 Radio Galau FM..."
Diubah oleh Misael524288 19-06-2015 12:50
0
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.