Kaskus

Story

schneeeAvatar border
TS
schneee
Salahkah Aku Mencintai Lelaki Dewasa Itu?
Sebelumnya aku permisi dulu kepada Moderator dan Penghuni forum Stories From The Heart Kaskus emoticon-Smilie
AKu akhir-akhir ini banyak membaca cerita-cerita penghuni SFTH dan aku merasa sangat terinspirasi dari tulisan-tulisan sesepuh sekalian emoticon-Smilie
Karena itu aku memberanikan diri untuk berbagi kisah nyata aku, yang sampe detik ini masih menjadi kisah terbesar di hidup aku.
Mohon maaf kalo tulisan aku ini masih amburadul dan kaku, karena aku baru pertama kali join dan menulis sebuah cerita.

Dan demi kenyamanan dan privasi, nama tokoh-tokoh di cerita ini aku samarkan emoticon-Smilie


"Kesedihan tak akan pernah berkata kapan ia akan datang. Seperti cinta yang tak pernah bertanya di hati mana ia akan jatuh."
Aku mendapatkan quote di atas dari sebuah novel yang berjudul Rindu Untuk Daisy. Segala kenangan itu kembali meminta dikunjungi.
Nama aku Rasya, dan ini kisahku.


Salahkah Aku Mencintai Lelaki Dewasa Itu?



Spoiler for index:
Diubah oleh schneee 23-09-2015 22:53
anasabilaAvatar border
anasabila memberi reputasi
1
11.2K
71
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
Stories from the Heart
KASKUS Official
32.7KThread52KAnggota
Tampilkan semua post
schneeeAvatar border
TS
schneee
#4
Part 1
Juni 2015

Minggu ini libur kuliah. Beruntung ujian SBMPTN dan ujian masuk sejenisnya membuat minggu ini terbebas dari kuliah. Ayahku lagi nggak di rumah, biasalah kerja ke luar kota. Dan hal ini selalu ngebuat aku senang karena bisa ngebajak kamar depan (re:kamar orangtuaku). Sejak pagi, Ibu aku udah sibuk ngeberesin kamar belakang (re:kamarku). Bentar lagi ayah pulang, dan sesuai rencana, adek aku bakalan tidur samaku di kamar belakang. Jadi yah, semacam penambahan tempat tidur.

Aku yang emang cuek dan merasa nggak terlalu dibutuhkan dalam acara beres-beres dan merapikan kamar itu, memilih malas-malasan di kamar depan, online, mantengin gebetan bule-ku emoticon-Stick Out Tongue , dan browsing. Nggak lama sekitar jam sembilan, aku merasa jengah di kamar dan memutuskan untuk keluar. Iseng-iseng ngecek ke kamar belakang, mastiin aja sih kamarku jadi kayak apa emoticon-Bingung (S)

Dan...... saat itulah penyesalan terbesarku datang bersamaan dengan pertanyaan; KENAPA AKU NGGAK IKUT BERESIN KAMAR??

Tatapanku tertuju pada rak buku, di mana sebuah kotak dari kertas kado bermotif batik kini telah koyak di bagian atasnya, dan sempurna sudah itu tidak membentuk kotak lagi. Masih terlalu pagi untuk mengulang kenangan, masih terlalu dini untuk berziarah ke masa lalu. Pagi itu, mau tidak mau, aku harus pasrah ketika diriku ditarik kumparan waktu dengan paksa; kenangan itu kembali meminta dikunjungi.

Perasaan sesak dan sakit segera memadati hatiku. Dan dengan suara--yang mulai parau karena menahan sakit di hati--aku berkata lirih.

Quote:


Dan aku nggak bisa lagi menahan air mata. Novel bersampul biru yang kuletakkan dengan pasti di sebelah kotak dari kertas kado bermotif batik itu pun tak terhindarkan lagi dari tatapanku. Lanskap-lanskap kenangan itu membuatku memejamkan mata. Terlalu sakit, teramat sakit. Kotak dari kertas kado bermotif batik itu kudapatkan dari dia; malaikat yang tak seharusnya kucintai.

Aku terkenang kejadian dua tahun lalu, saat ulang tahunku, saat paketan kado itu datang menjadi kado paling indah untukku, saat kutemukan beberapa lembar surat di dalamnya yang sukses menarik sudut bibirku untuk tersenyum, dan saat aku kembali mengucapkan janji di dalam hatiku; janji untuk selalu menuruti kata-kata dia.

Tanganku meraih novel bersampul biru dengan motif bunga daisy itu. Aku menyeka air mata, meski akhirnya sia-sia karena tetap ada yang menetes lagi. Tak jauh dari situ, aku kembali menemukan novel Daun Yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin. Lengkap sudah. Lengkap segala hal yang menarikku kembali ke masa lalu, kembali kepada dosa terbesar yang teramat menyakitkan itu.

Dia yang memberikanku janji masa depan yang lebih indah. Dia pula yang menjadi kepulangan atas segala yang terjadi di hidupku. Dia yang menunjukkan padaku tentang kehidupan yang lebih baik. Dia yang memberikan harapan atas mimpi yang bahkan sebelumnya tak berani kuimpikan. Dia bagaikan malaikat yang dipinjamkan Tuhan untukku. Seharusnya aku menghormatinya, bukan? Ya Tuhan, tapi aku malah mencintainya. Aku mencintai malaikat yang telah dipinjamkan-Nya kepadaku. Aku dengan lancang mencintai lelaki dewasa yang seharusnya pantas kuhormati sebagai ayah atau sosok dewasa lainnya. Dan aku, aku seorang adik yang telah mencintai seorang kakak yang telah membuat kehidupanku jauh lebih baik.

Mungkin kalian akan bertanya; apa salahnya mencintai seseorang?

Tak ada. Tak ada yang salah dengan itu. Hanya saja posisinya kurang tepat. Hanya saja..... lelaki dewasa itu telah mengikat janji dengan wanita lain.
0
Ikuti KASKUS di
© 2025 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.