- Beranda
- Stories from the Heart
Hujan Kemarin (True Story)
...
TS
grito.nino
Hujan Kemarin (True Story)







Nama gua Miko, bukan nama asli, hanya nama yang muncul dikepala saat ini. Saat ini gua masih bekerja disalah satu Kem*ntri*n yang ada di negara kita ini, kementri*n yang paling fancy dibandingkan kem*ntri*n yang lain (based on people opinion
), gua gapunya keahlian nulis sebelumnya, cuma modal laptop, sinyal wifi, plus segelas air putih. Kenapa aer putih?? ga "segelas kopi hangat" seperti penulis-penulis lain? karena suatu hal yang bakal gua ceritain nanti, sampe gua berhenti dari yang namanya minum yang namanya kopi.
), gua gapunya keahlian nulis sebelumnya, cuma modal laptop, sinyal wifi, plus segelas air putih. Kenapa aer putih?? ga "segelas kopi hangat" seperti penulis-penulis lain? karena suatu hal yang bakal gua ceritain nanti, sampe gua berhenti dari yang namanya minum yang namanya kopi.oiya, gua lahir di salah satu kota di Pulau Sumatra pada tanggal 4 dibulan februari tahun **
Perawakan gua yah bisa dikatakan lumayan lah, tapi gada yang spesial di diri gua hanya banyak yang bilang gue orang yang unik.
Gua cuma punya mata yang hitam pekat, rambut gondrong gajelas, kulit yang kecoklatan, dan badan setinggi 174cm dan badan seberat 70kg.
Perawakan gua yah bisa dikatakan lumayan lah, tapi gada yang spesial di diri gua hanya banyak yang bilang gue orang yang unik.
Gua cuma punya mata yang hitam pekat, rambut gondrong gajelas, kulit yang kecoklatan, dan badan setinggi 174cm dan badan seberat 70kg.
Gua adalah anak ke * dari * bersaudara (maksudnya apa lagi ini?
), Ibu gua merupakan keturunan suku Batak asli, sedangkan Ayah gua sendiri dari keturunan Batak+Jawa.. bayangin aja gua gimana
. Batak yang menurut gue sendiri itu keras dan disipilin digabung dengan Jawa yang lembut, jadilah gue 
), Ibu gua merupakan keturunan suku Batak asli, sedangkan Ayah gua sendiri dari keturunan Batak+Jawa.. bayangin aja gua gimana
. Batak yang menurut gue sendiri itu keras dan disipilin digabung dengan Jawa yang lembut, jadilah gue 
Sebelumnya gue udah pernah buat cerita tentang hidup gua, tapi berhubung gua lupa passwordnya, jadi gua buat cerita yang baru yang bermutu ini. Kalo ditanya motivasi gua nulis cerita dikaskus ini juga gua gatau mau jawab apa, cuma cerita ini gue dedikasikan untuk seseorang yang jauh disana. Sangat jauh malah.
Q&A
Mik, ini based on true story ga?
Ya, ini semua based on true story kok

Lu kok masih inget mik?
Gue cuma nulis apa yang gue inget, gue juga ga nulis semua ttg kehidupan gue kok
Mik, Kemarin lu udah buat cerita yang Judulnya Somebody Out There, kenapa di rewrite?
Hmm, kenapa ya. Judul cerita gue yang itu rada gajelas gt.Gada hubungannya ama cerita gue. Jadi gue tulislagi denganjudul yang beda

Kenapa lu ceritain dari lu SD mik?
Oh, itu karena entar sampe gue kerja kaya sekarang, bakalan ada hubungannya ama masa SD gue. Gt deh.
Tapi mik...
Lu nanya sekali lagi.. gue santet lu!
INDEKS
Diubah oleh grito.nino 14-07-2015 12:45
anasabila memberi reputasi
1
15K
79
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
32.7KThread•51.9KAnggota
Tampilkan semua post
TS
grito.nino
#10
Part 3A
Karena gue yang saat itu masih terkena flu, alhasil gue meriang dan gabisa dateng ke sekolah. Sedikit mengenai sekolah gue, sekolah gue itu udah digunakan oleh kakak cewe gue yang pertawa sampe dimasukin juga oleh gue, yah jadi sekolah gue udah lumayan kenal ama keluarga gue, dan pemilik sekolahnya juga masih kerabat keluarga gue, jadi kalo masalah absen gue gausah takut, pasti keisi 
Karena gabisa datang kesekolah, gue gabisa ikut latihan nyanyi bareng ama Alice, jadi gue di switch ama temen gue, sebut saja dia Puki.
Gue yakin pasti Alice ngomel lagi ke gue ntar. Tapi, pada acara perpisahan gue ga mendapati satu patah kata pun keluar dari mulut mungil Alice, gue coba untuk mendinginnkan suasana.
"Alice" sahut gue
Namun, Alice hanya tersenyum, lalu menundukkan kepalanya
"Alice.." panggil gue lagi
"iya Miko?
" Alice menangis.
"kamu kenapa? aku ada salah ya Lis?
" gue bertanya sambil menggaruk garuk kepala gue
"engga kok Miko, kamu ga salah apa-apa.. eh sini'in tangan kamu Mik.."
Gue menyerahkan pergelangan tangan kiri gue ke Alice, lalu Alice mengikatkan sebuah gelang ke pergelangan gue. Gelang berwarna biru tua, yang berlapis lapis, kompak dengan miliknya yang berwana pink dengan model yang sama.
Gue memandangi mata Alice yang berkaca-kaca, dengan reflek gue mengelus kepalanya, gue melihat Alice yang sedikit kaget saat gue mengelus lembut kepalanya, lalu ia menengok gue, air mata kembali keluar dari pelupuk matanya.. dan ia tersenyum.
Suasanan kembali hening.. Keheningan itu berlanjut hingga acaranya selesai.
Tak ada sepatah katapun yang keluar dari mulut kami masing-masing.
Sore itu, gue dan Alice berjalan menelusuri sekolah ke arah gerbang sekolah, suasannya begitu nyaman dan tenang, mungkin karena kami brdua ialah salah satu murid yang paling lama pulang dari acara itu, karena ada urusan dengan guru seni.
Kami berjalan melewati ayunan yang sudah tampak tua dan dipenuhi karat di tiap sisi-sisinya, mengingat kembali saat pertama kali kami bertemu, saat pertama kali kami saling menyapa, saling berkenalan.
Alice berhenti berjalan. Ia kelihatan ingin menyampaikan sesuatu, tapi sepertinya sulit untuk menyampaikannya. Ia seperti tercekat saat ingin mengeluarkan suara dari tenggorokannya ke udara bebas ini..
Sesulit itu kah waktu itu Lis?
Ia kembali menangis, hingga pipinya yang putih lembut telah basah kuyup oleh air matanya.
Gue melihat seorang gadis putih yang sangat manis dan lucu, yah.. dia primadonanya sekolah gue, sedang menangis.
"Miko... A.. a.. aku.. bakalan ngelanjut sekolah diluar kota.."
Ia kembali menangis.. mengangis dengan sangat lirih. Sedangkan gue? Gue yang masih kecil saat itu cuma bisa diam tanpa berkata apa apa.
Gue kaget mendengarnya.
Gue seakan membeku mendengar ucapan Alice barusan, padahal gue berharap, gue bisa berskolah disekolah yang sama dengan Alice nantinya.
Alice kemudian datang menghampiri gue, lalu menyerahkan secarik kertas yang terlipat rapi. Gue ga bergerak sedikitpun saat itu, Alice menarik tangan gue dan meletakkan kertas itu diatas telapak tangan gue yang dingin.
Lalu pergi berlari meninggalkan gue.

Karena gabisa datang kesekolah, gue gabisa ikut latihan nyanyi bareng ama Alice, jadi gue di switch ama temen gue, sebut saja dia Puki.
Gue yakin pasti Alice ngomel lagi ke gue ntar. Tapi, pada acara perpisahan gue ga mendapati satu patah kata pun keluar dari mulut mungil Alice, gue coba untuk mendinginnkan suasana.
"Alice" sahut gue
Namun, Alice hanya tersenyum, lalu menundukkan kepalanya
"Alice.." panggil gue lagi
"iya Miko?
" Alice menangis."kamu kenapa? aku ada salah ya Lis?
" gue bertanya sambil menggaruk garuk kepala gue"engga kok Miko, kamu ga salah apa-apa.. eh sini'in tangan kamu Mik.."
Gue menyerahkan pergelangan tangan kiri gue ke Alice, lalu Alice mengikatkan sebuah gelang ke pergelangan gue. Gelang berwarna biru tua, yang berlapis lapis, kompak dengan miliknya yang berwana pink dengan model yang sama.
Gue memandangi mata Alice yang berkaca-kaca, dengan reflek gue mengelus kepalanya, gue melihat Alice yang sedikit kaget saat gue mengelus lembut kepalanya, lalu ia menengok gue, air mata kembali keluar dari pelupuk matanya.. dan ia tersenyum.
Suasanan kembali hening.. Keheningan itu berlanjut hingga acaranya selesai.
Tak ada sepatah katapun yang keluar dari mulut kami masing-masing.
Sore itu, gue dan Alice berjalan menelusuri sekolah ke arah gerbang sekolah, suasannya begitu nyaman dan tenang, mungkin karena kami brdua ialah salah satu murid yang paling lama pulang dari acara itu, karena ada urusan dengan guru seni.
Kami berjalan melewati ayunan yang sudah tampak tua dan dipenuhi karat di tiap sisi-sisinya, mengingat kembali saat pertama kali kami bertemu, saat pertama kali kami saling menyapa, saling berkenalan.
Alice berhenti berjalan. Ia kelihatan ingin menyampaikan sesuatu, tapi sepertinya sulit untuk menyampaikannya. Ia seperti tercekat saat ingin mengeluarkan suara dari tenggorokannya ke udara bebas ini..
Sesulit itu kah waktu itu Lis?
Ia kembali menangis, hingga pipinya yang putih lembut telah basah kuyup oleh air matanya.
Gue melihat seorang gadis putih yang sangat manis dan lucu, yah.. dia primadonanya sekolah gue, sedang menangis.
"Miko... A.. a.. aku.. bakalan ngelanjut sekolah diluar kota.."
Ia kembali menangis.. mengangis dengan sangat lirih. Sedangkan gue? Gue yang masih kecil saat itu cuma bisa diam tanpa berkata apa apa.
Gue kaget mendengarnya.
Gue seakan membeku mendengar ucapan Alice barusan, padahal gue berharap, gue bisa berskolah disekolah yang sama dengan Alice nantinya.
Alice kemudian datang menghampiri gue, lalu menyerahkan secarik kertas yang terlipat rapi. Gue ga bergerak sedikitpun saat itu, Alice menarik tangan gue dan meletakkan kertas itu diatas telapak tangan gue yang dingin.
Lalu pergi berlari meninggalkan gue.
0