- Beranda
- Stories from the Heart
[Action, Special Ability] Erik the Vampire Hunter
...
TS
Shadowroad
[Action, Special Ability] Erik the Vampire Hunter
Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Ane mau share novel buatan ane sendiri gan
Novel ane bergenre action, horror, romance, school-life dan supranatural
Inspirasi dapat dari alur game, film, anime, kehidupan, komik, mitologi, legenda dan novel yang pernah ane amati
Part 62: Erik dan Vela Versus Pengendali Tulang
Spoiler for Begini gan ceritanya::
Gan, setelah baca mohon komennya, ya
Ane sangat menerima kritik dan saran
Pertanyaan juga sangat dianjurkan, supaya agan2 dapat lebih memahami cerita yang rumit ini
Kalau terjadi kesalahan seperti tanda baca, kurang jelas, ketidak konsistenan cerita mohon diingatkan ya gan
Terima kasih gan
Diubah oleh Shadowroad 26-11-2017 06:31
2
86.8K
544
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
32.7KThread•52KAnggota
Tampilkan semua post
TS
Shadowroad
#124
Part 16: Serangan Vampire
Teringat akan barang titipan Arthur, Erik langsung melompat ke tas ransel berisi pasak kayu yang berada di sudut kamar. Tangannya mengambil sebuah pasak kayu dan melemparkannya ke Maya. Sialnya, si vampire meraih pasak kayu yang runcing itu ketika di udara. Ujung pasak kayu itu mengarah ke leher Maya. Tangan Maya pun sudah siap menepis. Melihat temannya dalam bahaya, Mario segera melompat dan menendang pinggang si vampire. Si vampire terhempas dan kepalanya terbentur tembok. Erik langsung mengambil vas bunga dan melemparkannya ke kepala vampire. Vampire itu langsung roboh lagi begitu vas bunga mendarat di kepalanya.
Sebal karena lawannya tidak mati-mati, Mario melakukan sesuatu yang lumayan brutal. Ranjang Erik yang terbuat dari besi tiba-tiba terbang dan menimpa si vampire. Vampire penyusup tampak pusing. Begitulah kaum vampire. Meskipun mereka dapat pulih dalam waktu singkat, tetap saja mereka dapat merasakan sakit dan pusing seperti manusia.
Maya melayangkan tinjunya ke muka si vampire. Sayangnya, si vampire berhasil mengelak mundur dengan kecepatan kaumnya yang luar biasa itu. Ketika tinju Maya masih di udara, mendadak si vampire maju dan mendaratkannya tendangannya ke perut Maya. Punggung Maya terbentur dinding. Darah keluar dari mulut Maya.
Kecepatan vampire memang menyebalkan. Tiba-tiba saja dia sudah di depan Erik. Dua pukulan telak menghantam tubuh Erik. Pukulan itu membuat Erik berlutut. Luka di balik perban bekas pertarungannya dengan Rudy terbuka kembali. Vampire itu memutar tubuhnya dan menendang kepala bagian kiri Erik. Si pengendali listrik itu terhempas dan kepalanya menghantam dinding. Dia bisa merasakan tangannya hangat oleh tetesan darah yang keluar dari kepalanya. Luka-luka yang belum menutup dengan baik, kini terbuka lagi. Semua ini gara-gara kecepatan vampire yang menyebalkan dan merepotkan.
Situasi sekarang memihak ke vampire. Erik dan Maya perlahan mencoba bangkit. Dengan pengendalian logamnya, Mario menggerakkan ranjang itu lagi dan menabrakkannya ke kepala vampire. Si playboy terengah-rengah setelah mengendalikan ranjang. Pergerakan logam itu sangat cepat. Semakin cepat pergerakan logam maka membutuhkan semakin banyak energy. Akibat lemparan Mario, sekali lagi vampire itu roboh. Mario merebut pisau dengan pengendalian logam dari genggaman si vampire kemudian menusukkan pisaunya ke leher lawannya. Sakit yang teramat sangat di lehernya membuat si vampire meronta-ronta.
Paham akan ide Maya, Erik membuat listrik berwarna kuning dan melemparkannya ke tubuh si vampire. Vampire itu langsung lumpuh. Melihat kesempatan itu, Maya meraih pasak kayunya, melompat dan menghunjamkannya ke jantung vampire. Darah segar membasahi tubuh Maya. Vampire itu tak bergerak lagi. Kombinasi yang bagus dari Erik dan Maya.
Mereka bertiga sekarang menunduk dan terdiam. Dalam diam, sesekali mata mereka melirik mayat vampire yang kini basah oleh darah. Darahnya tak kunjung berhenti hingga membuat seprai dan lantainya basah. Melihat pasak runcing yang bersarang di jantung vampire, Erik terpikir sesuatu.
Terdengar suara beberapa orang berlarian di koridor luar. Beberepa menit setelah itu, terdengar suara jeritan seseorang yang meminta tolong. Maya dan Mario saling berpandangan dan segera berlari keluar kamar meninggalkan Erik sendirian. Erik pun segera berlari mengikuti mereka.
Di koridor, Erik melihat Maya dan Mario bertarung dengan dua orang. Dua orang itu membelakangi Erik. Berasumsi bahwa dua orang yang dilawan Maya dan Mario adalah vampire, Erik langsung menarik tas yang berisi pasak dan meletakkannya di depan pintu. Beberapa perawat dan keluarga pasien berlarian masuk ke kamar masing-masing. Pertarungan itu tampak seru. Pisau angin membelah beberapa perabotan rumah sakit. Sementara beberapa benda logam berterbangan di udara. Tangan kiri Erik menyiapkan listrik kuning. Sementara tangan kanannya memberi isyarat pada dua temannya untuk menggiring dua vampire itu mendekatinya.
Tak butuh waktu lama untuk Maya. Pukulan dan tendangannya cukup untuk membuat vampire yang dilawannya kewalahan. Selama menghujani lawannya dengan pukulan demi pukulan, Maya mengumpulkan energy angin di tubuhnya. Setelah saat yang tepat muncul, Maya menghempaskan lawannya dengan pengendalian anginnya dengan sekuat tenaga ke Erik. Karena membutuhkan stamina dan energy yang banyak untuk menghempaskan vampire, Maya menyandarkan tubuhnya ke dinding sambil terengah-rengah.
Vampire yang mendarat di depan Erik langsung kesulitan menggerakkan tubuhnya. Tidak lain karena listrik kuning yang dilemparkan Erik padanya. Vampire itu hanya memejamkan matanya ketika pasak kayu yang runcing itu menembus jantungnya. Mayatnya diseret oleh Erik ke dalam ruangannya.
Begitu keluar dari ruangan, Erik mendapati semakin banyak orang yang bertarung. Sekarang ada delapan orang yang bertarung termasuk Maya dan Mario. Maya dan Mario bertarung bersama dengan dua orang yang tidak dikenal Erik melawan empat orang yang sepertinya vampire.
Erik meraih ponsel dan mencoba menghubungi teman-temannya. Awalnya dia menghubungi Arthur. Dia sengaja tidak menghubungi Amanda karena dia tahu Amanda harus merawat adiknya. Setelah beberapa kali mencoba, tetap tidak ada jawaban. Erik mencoba menghubungi lagi dan lagi. Nomor Arthur tidak kunjung aktif. Lalu Erik mencari nomor Bryan … ternyata aktif!
Erik lalu mencoba menelpon Arthur lagi. Sementara mencoba menghubungi Arthur, Erik melihat seseorang terlempar. Kemudian diikuti pisau bedah, jarum suntik dan gunting yang berterbangan. Lalu muncullah Mario yang mengambil pasak kayu. Dia bisa melihat semua itu karena pintu kamarnya terbuka. Tidak lama kemudian terdengar suara jeritan yang menyeramkan. Erik melihat Mario berjalan di koridor dengan muka buas dan tangan yang berlumuran darah. Muka sembab karena habis menangis sudah hilang.
Tetap saja tidak ada respon dari Arthur. Erik lalu mencari nomor Dietrich. Untungnya aktif.
Tidak perlu waktu lama untuk meyakinkan Dietrich.
Mendapat dua bantuan yang cukup kuat, Erik menghela nafas lega. Erik siap untuk membantu teman-temannya. Dia mengambil nafas sedalam-dalamnya sambil berjalan menghampiri pintu. Kedua tangannya sudah diselimuti oleh listrik berwarna kuning. Dia sengaja menggunakan listrik kuning terus menerus karena ingin menghemat energinya.
Begitu Erik keluar dari kamar, Maya dan Mario sudah selesai. Mereka diikuti oleh dua cewek berpakaian putih seperti dokter. Masing-masing dari mereka berempat menyeret satu mayat vampire dan masuk ke kamar Erik. Erik menebak-nebak siapa dua cewek itu. Bisa-bisanya dua cewek berpakaian berpakaian dokter bertarung melawan vampire.
Seorang cewek dengan rambut ikal panjang berjabat tangan dengan Erik duluan. Rambutnya itu tampak berantakan. Sepertinya gara-gara pertarungan brutal dengan para vampire. Dia lebih tinggi dari temannya. Mukanya bundar dan tampak full make-up. Lipstik yang dipakainya benar-benar membuat bibirnya merah. Matanya yang sedikit sipit dan kulitnya yang putih menandakan bahwa ada etnis asia timur di darahnya. Ketika berjabat tangan dengan cewek itu, Erik bisa merasakan tangannya yang lembut. Sepertinya cewek ini benar-benar peduli akan tubuh.
Erik hanya menggelengkan kepalanya.
Erik mengangguk-angguk dan sekarang langsung bersalaman dengan cewek yang satunya. Seorang cewek dengan muka tirus dan berkacamata tebal. Beda dengan temannya, muka gadis ini tidak begitu penuh dengan make-up. Intinya lebih sederhana dari temannya. Penampilannya terlihat lebih natural. Kulitnya lebih cenderung ke pucat daripada ke putih. Ketika dia tersenyum, terlihatlah gingsul di kedua gigi taring atasnya. Gaya potongan rambutnya mirip rambut Maya.
Sebal karena lawannya tidak mati-mati, Mario melakukan sesuatu yang lumayan brutal. Ranjang Erik yang terbuat dari besi tiba-tiba terbang dan menimpa si vampire. Vampire penyusup tampak pusing. Begitulah kaum vampire. Meskipun mereka dapat pulih dalam waktu singkat, tetap saja mereka dapat merasakan sakit dan pusing seperti manusia.
Maya melayangkan tinjunya ke muka si vampire. Sayangnya, si vampire berhasil mengelak mundur dengan kecepatan kaumnya yang luar biasa itu. Ketika tinju Maya masih di udara, mendadak si vampire maju dan mendaratkannya tendangannya ke perut Maya. Punggung Maya terbentur dinding. Darah keluar dari mulut Maya.
Kecepatan vampire memang menyebalkan. Tiba-tiba saja dia sudah di depan Erik. Dua pukulan telak menghantam tubuh Erik. Pukulan itu membuat Erik berlutut. Luka di balik perban bekas pertarungannya dengan Rudy terbuka kembali. Vampire itu memutar tubuhnya dan menendang kepala bagian kiri Erik. Si pengendali listrik itu terhempas dan kepalanya menghantam dinding. Dia bisa merasakan tangannya hangat oleh tetesan darah yang keluar dari kepalanya. Luka-luka yang belum menutup dengan baik, kini terbuka lagi. Semua ini gara-gara kecepatan vampire yang menyebalkan dan merepotkan.
Situasi sekarang memihak ke vampire. Erik dan Maya perlahan mencoba bangkit. Dengan pengendalian logamnya, Mario menggerakkan ranjang itu lagi dan menabrakkannya ke kepala vampire. Si playboy terengah-rengah setelah mengendalikan ranjang. Pergerakan logam itu sangat cepat. Semakin cepat pergerakan logam maka membutuhkan semakin banyak energy. Akibat lemparan Mario, sekali lagi vampire itu roboh. Mario merebut pisau dengan pengendalian logam dari genggaman si vampire kemudian menusukkan pisaunya ke leher lawannya. Sakit yang teramat sangat di lehernya membuat si vampire meronta-ronta.
Quote:
Paham akan ide Maya, Erik membuat listrik berwarna kuning dan melemparkannya ke tubuh si vampire. Vampire itu langsung lumpuh. Melihat kesempatan itu, Maya meraih pasak kayunya, melompat dan menghunjamkannya ke jantung vampire. Darah segar membasahi tubuh Maya. Vampire itu tak bergerak lagi. Kombinasi yang bagus dari Erik dan Maya.
Quote:
Mereka bertiga sekarang menunduk dan terdiam. Dalam diam, sesekali mata mereka melirik mayat vampire yang kini basah oleh darah. Darahnya tak kunjung berhenti hingga membuat seprai dan lantainya basah. Melihat pasak runcing yang bersarang di jantung vampire, Erik terpikir sesuatu.
Quote:
Terdengar suara beberapa orang berlarian di koridor luar. Beberepa menit setelah itu, terdengar suara jeritan seseorang yang meminta tolong. Maya dan Mario saling berpandangan dan segera berlari keluar kamar meninggalkan Erik sendirian. Erik pun segera berlari mengikuti mereka.
Di koridor, Erik melihat Maya dan Mario bertarung dengan dua orang. Dua orang itu membelakangi Erik. Berasumsi bahwa dua orang yang dilawan Maya dan Mario adalah vampire, Erik langsung menarik tas yang berisi pasak dan meletakkannya di depan pintu. Beberapa perawat dan keluarga pasien berlarian masuk ke kamar masing-masing. Pertarungan itu tampak seru. Pisau angin membelah beberapa perabotan rumah sakit. Sementara beberapa benda logam berterbangan di udara. Tangan kiri Erik menyiapkan listrik kuning. Sementara tangan kanannya memberi isyarat pada dua temannya untuk menggiring dua vampire itu mendekatinya.
Tak butuh waktu lama untuk Maya. Pukulan dan tendangannya cukup untuk membuat vampire yang dilawannya kewalahan. Selama menghujani lawannya dengan pukulan demi pukulan, Maya mengumpulkan energy angin di tubuhnya. Setelah saat yang tepat muncul, Maya menghempaskan lawannya dengan pengendalian anginnya dengan sekuat tenaga ke Erik. Karena membutuhkan stamina dan energy yang banyak untuk menghempaskan vampire, Maya menyandarkan tubuhnya ke dinding sambil terengah-rengah.
Vampire yang mendarat di depan Erik langsung kesulitan menggerakkan tubuhnya. Tidak lain karena listrik kuning yang dilemparkan Erik padanya. Vampire itu hanya memejamkan matanya ketika pasak kayu yang runcing itu menembus jantungnya. Mayatnya diseret oleh Erik ke dalam ruangannya.
Begitu keluar dari ruangan, Erik mendapati semakin banyak orang yang bertarung. Sekarang ada delapan orang yang bertarung termasuk Maya dan Mario. Maya dan Mario bertarung bersama dengan dua orang yang tidak dikenal Erik melawan empat orang yang sepertinya vampire.
Quote:
Erik meraih ponsel dan mencoba menghubungi teman-temannya. Awalnya dia menghubungi Arthur. Dia sengaja tidak menghubungi Amanda karena dia tahu Amanda harus merawat adiknya. Setelah beberapa kali mencoba, tetap tidak ada jawaban. Erik mencoba menghubungi lagi dan lagi. Nomor Arthur tidak kunjung aktif. Lalu Erik mencari nomor Bryan … ternyata aktif!
Quote:
Erik lalu mencoba menelpon Arthur lagi. Sementara mencoba menghubungi Arthur, Erik melihat seseorang terlempar. Kemudian diikuti pisau bedah, jarum suntik dan gunting yang berterbangan. Lalu muncullah Mario yang mengambil pasak kayu. Dia bisa melihat semua itu karena pintu kamarnya terbuka. Tidak lama kemudian terdengar suara jeritan yang menyeramkan. Erik melihat Mario berjalan di koridor dengan muka buas dan tangan yang berlumuran darah. Muka sembab karena habis menangis sudah hilang.
Tetap saja tidak ada respon dari Arthur. Erik lalu mencari nomor Dietrich. Untungnya aktif.
Quote:
Tidak perlu waktu lama untuk meyakinkan Dietrich.
Quote:
Mendapat dua bantuan yang cukup kuat, Erik menghela nafas lega. Erik siap untuk membantu teman-temannya. Dia mengambil nafas sedalam-dalamnya sambil berjalan menghampiri pintu. Kedua tangannya sudah diselimuti oleh listrik berwarna kuning. Dia sengaja menggunakan listrik kuning terus menerus karena ingin menghemat energinya.
Begitu Erik keluar dari kamar, Maya dan Mario sudah selesai. Mereka diikuti oleh dua cewek berpakaian putih seperti dokter. Masing-masing dari mereka berempat menyeret satu mayat vampire dan masuk ke kamar Erik. Erik menebak-nebak siapa dua cewek itu. Bisa-bisanya dua cewek berpakaian berpakaian dokter bertarung melawan vampire.
Quote:
Seorang cewek dengan rambut ikal panjang berjabat tangan dengan Erik duluan. Rambutnya itu tampak berantakan. Sepertinya gara-gara pertarungan brutal dengan para vampire. Dia lebih tinggi dari temannya. Mukanya bundar dan tampak full make-up. Lipstik yang dipakainya benar-benar membuat bibirnya merah. Matanya yang sedikit sipit dan kulitnya yang putih menandakan bahwa ada etnis asia timur di darahnya. Ketika berjabat tangan dengan cewek itu, Erik bisa merasakan tangannya yang lembut. Sepertinya cewek ini benar-benar peduli akan tubuh.
Quote:
Erik hanya menggelengkan kepalanya.
Quote:
Erik mengangguk-angguk dan sekarang langsung bersalaman dengan cewek yang satunya. Seorang cewek dengan muka tirus dan berkacamata tebal. Beda dengan temannya, muka gadis ini tidak begitu penuh dengan make-up. Intinya lebih sederhana dari temannya. Penampilannya terlihat lebih natural. Kulitnya lebih cenderung ke pucat daripada ke putih. Ketika dia tersenyum, terlihatlah gingsul di kedua gigi taring atasnya. Gaya potongan rambutnya mirip rambut Maya.
Quote:
0