Kaskus

Story

pujangga1000Avatar border
TS
pujangga1000
Kelakuan Anak Kuliah
Kelakuan Anak Kuliah

Takut mati? Jangan hidup ~
Takut hidup? Mati saja... - Anak kostan

Quote:

Quote:

Buat ngobrol santai
(click!)Kamar 3A

Quote:


emoticon-rainbow----------------------------------------------------------------------------------emoticon-rainbow

emoticon-rainbow========================================emoticon-rainbow


pujangga1000
Diubah oleh pujangga1000 19-09-2016 03:37
faeyzarbnAvatar border
hllowrld23Avatar border
yusrillllllAvatar border
yusrillllll dan 23 lainnya memberi reputasi
22
3.9M
7.4K
Thread Digembok
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
Stories from the Heart
KASKUS Official
32.7KThread51.9KAnggota
Tampilkan semua post
pujangga1000Avatar border
TS
pujangga1000
#4455
Conclusion 3
Semester 4 hampir berakhir. Gue dipanggil sama dosen gue beserta asisten yang lain. Kita disuru untuk memberi nilai kepada mahasiswa yang kita asisteni masing-masing. Mereka gak bakal ada ujian tertulis. Suatu hal yang aneh buat gue sebenarnya.

"Apa tidak lebih baik ujian tertulis saja Pak?" Tanya mba Risma selaku asisten paling senior
"Saya rasa tidak perlu" Kata pak dosen
" emoticon-Confused " Gue kebingungan
"Tapi kan lewat ujian bisa mengevaluasi apa yang sudah dipelajari mahasiswa tersebut Pak" Kata mba Dita

"Iya, betul Pak" Anton ikutan nimbrung
"Yang mana lebih penting, nilai atau ilmu yang dipelajari?" Tanya pak dosen

Kami berpikir sejenak. Semuanya terdiam. Sulit juga ya menentukan pilihan seperti ini. Kalo jawabannya adalah ilmu lebih penting. Hal ini terlalu klise. Pertanyaan selanjutnya adalah penting atas dasar apa? Kenapa dikategorikan penting?

Sebenarnya kenapa seseorang ada dibangku kuliah? Atau lebih sederhana, kenapa seseorang menempuh jalur pendidikan. Kalau mau dipikir logis, kita gak akan bertahan hidup dengan makan buku, catatan, fotokopian materi, dan lain-lain. Secara gamblang, kita hidup butuh uang, bukan ilmu. Balik lagi ke persoalan awal. Seseorang menempuh jalur pendidikan, agar ketika selesai nanti, ia bisa mencari uang dengan bekal pendidikan yang didapatnya. Ya memang benar sih ilmu itu tidak hanya bisa didapat lewat jalur formal seperti sekolah atau kuliah. Ada juga kategori ilmu lain yang didapat diluar jalur formal. Tapi untuk saat ini, kesampingkan dahulu kategori diluar jalur formal, karena untuk sekarang kita sedang berdiri diatas jalur formal tersebut.

"Menurut kalian, nilai itu apa?" Tanya pak dosen
"Hasil ujian Pak" Jawab gue

Si Pak dosen tersenyum mendengar jawaban gue. Gue kebingungan kenapa jawaban gue ditertawakan seperti ini. Emang gue salah? Coba kalo kita gak ikut ujian, nilai kita ya gak keluar.

"Betul mas, lalu kenapa harus ada ujian?" Tanya beliau lagi
"Ya untuk menilai apakah kita sudah menguasai materi yang diajarkan atau tidak" Jawab gue lagi
"Lalu apa hanya dengan ujian tertulis penilaian itu bisa dilakukan?" Tanya beliau lagi
"Biasanya kan seperti itu Pak" Jawab mba Risma

Pak dosen kembali tersenyum dengan kami berempat.
Beliau terlihat memperbaiki posisi duduknya,

"Begini ya, sebenarnya saya selaku dosen, kadang agak berat memberikan ujian tertulis kepada mahasiswa. Kenapa? Karena biasanya pertanyaan-pertanyaan yang berikan disoal ulangan, jawabannya seperti mencontek buku. Tapi saya tahu kalau mahasiswa ini tidak mencontek. Saya kadang kagum ada mahasiswa yang bisa menghapal isian buku, lengkap kata-katanya, bahkan beserta tanda bacanya. Sama persis. Tapi bukan itu mau saya..." Jelas Pak Dosen

" emoticon-EEK! "

"Proses mengajar itu kan sebenarnya saya memberikan ilmu kepada kalian ini para mahasiswa. Ibaratnya saya duluan mendapatkan ilmu tersebut dimasa lalu. Lalu datanglah kalian sebagai generasi muda dan saya memberikan ilmu itu kepada kalian. Dimasa depan, mungkin ada salah satu dari kalian yang akan jadi dosen dan memberikan ilmu yang saya berikan tadi, kepada generasi baru lagi setelah kalian.."

" emoticon-Belo "

"Lalu bagaimana saya tahu kalau kalian sudah memahami ilmu yang saya berikan? Ya saya harus menilai kalian. Tapi nyatanya yang saya temukan selama ini. Mahasiswa tidak mengerti apa yang dia baca dibuku. Kebanyakan dari mereka menghapal, menghapal, dan menghapal seluruh materi yang saya berikan, agar nilai mereka bagus-bagus. Mereka cuma memindahkan apa yang ada dibuku ke kertas ujian. Ini kan sudah melenceng dari faedah proses mengajar tadi.."

" emoticon-Shutup "

"Sebenarnya gak sulit kok mendapat nilai bagus. Cukup dengan kalian mengerti dan paham dengan materinya. Bagaimana caranya? Ada mahasiswa saya yang sedang skripsi dengan saya. Saya beri dia tantangan, setiap bimbingan, minimal dua jam."

" emoticon-Kagets "

"Dua jam itu ngapain? Saya mau dia berdebat dengan saya. Lewat itu saya tau dia sudah paham atau tidak dengan materi yang diberikan. Kalau dia mengerti, pasti dia punya pertanyaan atau bahkan malah tidak sependapat dengan saya. Itu yang saya cari. Saya paling benci tipe mahasiswa yang ketika bimbingan hanya mencatat dan mencatat apa yang saya katakan. Ibaratnya jadi saya yang mengerjakan skripsi. Padahal kan saya hanya pembimbing hahaha"

" emoticon-Smilie "

"Makanya konsep mata kuliah ini saya ubah sekarang. Saya minta bantuan adik-adik asisten semua untuk membimbing adik-adik angkatannya. Karena ketika kalian membimbing mereka, akan terjadi sebuah diskusi dan lingkungan yang tepat untuk belajar. Jadi saya pikir, kalian lah yang paling tepat untuk memberi nilai kepada mereka. Karena kalian yang paling sering berinteraksi dengan mereka dilingkungan belajar..." Kata pak dosen mengakhiri

Tiba-tiba terbesit dipikiran gue. Kalau kata beliau tadi yang paling penting adalah proses diskusinya, karena gue sedang membimbing adik-adik angkatan ini. Tapi kenyataan yang gue dapat malah kadang gue diserang balik. Gue yang tau lebih banyak malah diserang balik oleh mereka yang belum tau apa-apa. Apa yang harus gue lakukan? Bukan bimbingan lagi donk namanya. Malah jadinya seperti debat kusir yang gak akan ada penyelesaiannya.

Gue tanya hal ini ke pak dosen yang ada didepan gue. Lagi-lagi dia tersenyum mendengar pertanyaan gue.

"Jadi kamu sekarang sudah mengerti apa yang dirasakan dosen mas haha" Kata pak Dosen
" emoticon-Malu "

"Balik lagi seperti yang katakan tadi. Ini kan proses mengajar. Jadi saya membimbing mahasiswa. Nah sekarang tergantung mahasiswanya bagaimana menyikapi. Apa dia mau saya bimbing atau dia malah menolak."

"Lalu prakteknya bagaimana pak? emoticon-Hammer " gue mulai kebingungan dengan pembicaraan absurb ini

"Kamu pernah dengar tidak, kalo semakin banyak belajar, akan semakin banyak yang tidak diketahui. Ilmu itu luas mas. Kalau misalnya ketika kamu belajar dan kamu merasa bahwa kamu sudah tahu semuanya. Itu namanya sombong dan kenyataannya apa yang kamu ketahui belum seberapa.."

Gue mangut-mangut perkataan dosen ini. Tapi aslinya gue tidak mengerti. Gue tetap tidak mendapat jawaban atas pertanyaan gue. Tapi yasudahlah, gue beranggapan bahwa pak dosen ini pasti lebih pengalaman menghadapi berbagai macam tipe mahasiswa, sedangkan gue baru pertama kali berperan sebagai "pengajar". Yang bisa gue mengerti dari perkataan beliau adalah, apa yang diinginkan oleh dosen adalah membimbing mahasiswanya, dan mahasiswanya mau mengikuti arah bimbingan dari dosen. Jadi jangan sekali-kali menganggap diri lebih pintar dari dosen. Respect your teacher.

***
Menjalani hubungan diam-diam itu ternyata gak enak. Gue ngerasain sendiri dengan Iren. Gue dan doi harus bersikap biasa aja dikampus. Ketika kita lagi jalan diluar kampus, kita tetap harus siaga apabila ketemu dengan orang-orang yang kita kenal. Apalagi yang dikenal oleh Iren. Kalau gue sih masa bodoh.

Gue sih pengennya Iren bersikap seperti gue yang masa bodoh. Tapi entahlah. Entah bisa atau tidak. Seperti saat ini, gue sama doi lagi makan siang disuatu tempat makan yang jauh dari kampus. Alasannya ya untuk meminimalisir kemungkinan ketemu dengan orang yang dikenal.

Capek sih jalan jauh gitu, tapi mau gak mau gue tetap harus menikmatinya.
Karena memang gue menikmati setiap momen dengannya saat ini emoticon-Malu

"Ayam.." Katanya sambil melihat ponselnya yang tadi berbunyi
" emoticon-EEK! " gue mengalihkan pandangan dari makanan yang ada didepan

"Kak Wawan masuk rumah sakit" katanya
"Kok bisa? Tau darimana? emoticon-Kagets " Kata gue kaget
"Ini disms mba widya" jawab Iren
"Kecelakaan? Atau penyakitnya kambuh?" Tanya gue

"Gak tau juga yam.. habis ini jenguk yuk" Ajak Iren
"Entar ketahuan mereka donk?" Kata gue
"Gpp, mba widya juga uda tau" jawab Iren
" emoticon-Belo "

"Kok bisa???" Gue penasaran
"Adaaa deh emoticon-Peace " jawab Iren
"Yauda kalo gitu, tanyain dirumah sakit mana, ruangan berapa" Kata gue
"Siip emoticon-thumbsup "

Selesai makan, gue dan Iren menuju ke rumah sakit tempat Wawan dirawat. Kasian bener temen gue. Lagi pertengahan ujian akhir gini malah opnam rumah sakit. Tebakan gue sih sinusitis nya kambuh. Moga-moga aja gitu, soalnya biasa cuman sehari dua hari dirawat. Jadi dia gak perlu urus ujian ulang terlalu banyak. Soalnya ribet kalo mau ngurus ujian ulang difakultas gue emoticon-Hammer

Ketika gue membuka pintu kamar Wawan dirawat, terlihat teman gue sedang diinfus disana dan Widya sedang duduk menonton televisi dikursi deket ranjang Wawan.

"Mamiiii" Jerit Iren
"Anakkuuuu" Balas Widya

" emoticon-Belo "

Acara tali kasih kali ini telah mempertemukan kembali ibu dan anak yang telah lama terpisah... emoticon-Nohope

Apa-apaan nih??? Kenapa Widya dipanggil mami sama Iren???

"Eh Jek, lama gak ketemu kamu" Kata Widya
"Ini kan ketemu emoticon-Big Grin " Gue nyengir
"Kak Wawan kenapa mi?" Tanya Iren
"Sinusnya kambuh.." Jawab Widya

"Kapan?" Tanya gue
"Kemarin malam diopnamnya" Kata Widya
"Kok gak ngasih tau aku" Kata gue
"Kan kamu sibuk pacaran sama Iren emoticon-Peace " Kata Widya

" emoticon-Kagets "

Nampaknya Widya sudah tau semuanya tentang gue dan Iren. Kok bisa ya??
Entahlah gue gak peduli.
Gue liat Wawan sedang tidur diranjangnya.
Kasian juga liatnya.
Wajahnya dari hidung kebawah ditutup masker untuk pernafasan.
Ribet sih punya penyakit kok hubungannya sama pernafasan..

"Mumpung kalian datang, aku titip wawan bentar ya Jek, aku mau beli barang dulu ke depan" Kata Widya
"Ok emoticon-thumbsup "
"Aku ikut ya mi" Kata Iren
"Yuk" Ajak Widya

Mereka berdua pergi meninggalkan gue sendirian. Baru beberapa menit mereka pergi, tiba-tiba ponsel yang ada dimeja dekat Wawan berbunyi. Karena suaranya keras dan gue takut mengganggu sobat gue yang sedang tidur, ponsel tersebut segera gue raih dan gue angkat. Sebelumnya terlihat nama "Mama" tertulis dilayarnya.

"Halo" Sapa gue
"Ini siapa?" suara ibu-ibu
"Maaf tante, ini saya Jeki, temannya Wawan. Wawan sekarang lagi dirawat di rumah sakit. Dia lagi tidur" Kata gue
"Haah?? KOK BISA?" suaranya tiba-tiba meninggi

"Sinusnya kambuh tante" Jawab gue
"Sudah lama diopnam?" tanya ibu Wawan
"Baru satu hari tante" Jawab gue
"Kenapa dia gak bilang? Tante titip Wawan dulu ya nak Jeki, ini tante mau cari tiket kereta, paling lambat besok pagi sudah sampai sana" Kata ibu Wawan

"Oh gpp tante, disini ada kita ganti-gantian yang jaga Wawan kok" Jawab gue
"Jangan, kalian kan lagi ujian. Gpp, tante berangkat hari ini" Kata ibu Wawan
"Oh yasudah kalau begitu tante" Kata gue
"Tante minta nomor hp nya nak Jeki ya" Kata ibu Wawan

Setelah memberikan nomor gue, telepon segera dimatikan dan ponsel Wawan gue letakkan lagi dimeja tadi. Wajar sih menurut gue kalo Wawan gak ngasih tau nyokapnya. Dia pasti mikir gak mau ngerepotin orang tuanya. Mereka kan kerja. Lagipula disini ada Widya dan gue kok yang bisa bantu-bantu ngerawat dia.

Setelah menunggu beberapa menit. Widya dan Iren balik lagi ke kamar ini. Widya terlihat membawa plastik berisi buah. Waaah.. Calon istri idaman banget..

emoticon-Kagets

Astaga gue mikir apa emoticon-Hammer

"Kalian berdua habis pacaran ya tadi?" Tebak Widya
"Ehh, makan doank kok mi" Jawab Iren
"Hayo makan atau makaaaaaan" Widya menggoda Iren
" emoticon-Ngakak (S) "

"Jek mau apel gak?" Kata Widya sambil mengeluarkan sebuah apel dari plastik bawaannya
" emoticon-Smilie "

Hahaha..
Tidak ada yang berubah. Masih sama.
Gue masih mendapatkan apel "sisa" dari Wawan.
Gue tau Widya beli apel ini untuk Wawan.
Tapi nampaknya dia beli kebanyakan, jadi dia menawarkan kepada gue.
Old time memory..

"Aku mau mi, potongin ya" Kata Iren manja
"Oke deh anakku" Jawab Widya keibuan

Setelah bercanda gurau dan ngobrol beberapa jam. Akhirnya Widya ngomong kalau dia mau balik dulu bawa baju ganti, setelah itu dia bakal balik lagi buat nemenin Wawan. Gue larang doi. Lagian Widya sepertinya ada ujian besok. Mending dia dirumah aja. Biar gue yang jaga Wawan malam ini. Lagipula besok gue gak ada ujian dan gue cuman perlu jaga pas malam itu karena besoknya ibu Wawan juga sudah sampai. Setelah gue desak Widya, akhirnya dia menuruti kata-kata gue.

Iren pulang bareng Widya dan gue tinggal sendiri disini.
Gue uda sms ke temen kerja gue buat minta cuti hari ini soalnya ada teman gue yang sakit dan gue mesti ngerawat.
Sambil menunggu Wawan, gue nonton tv.

Kira-kira ketika jam 9 malem, Wawan terbangun..

"Lo kapan kesini boy?" Tanya Wawan
" emoticon-Roll Eyes (Sarcastic) "

"Tadi sore.. Lo kenapa gak ngomong ke gue kalo opnam" Kata gue
"Namanya diopnam, masa gue sms anak-anak emoticon-Nohope " Kata Wawan
"Hahaha bener juga ya.. Lu minum bir lagi?" Tebak gue
"Kagak boy, nutrisari jeruk doank" Kata dia

"Bego" Kata gue
"Ya kagak tau, sebelumnya gak kenapa-kenapa, kemarin aja tiba-tiba drop" Kata Wawan
"Oh iya, cewe lu, gua suru balik tadi, besok ujian kan dia" kata gue
"Gpp, thanks banget loh Jek. Dua kali gue opnam, kalo gak ada lu sama Widya, gak tau lagi deh gue" Kata Wawan

"Selow lah.. Nyokap lu telpon tadi, gue kasih tau lu opnam, dia lagi otw naik kereta ke jogja" Kata gue
"Serius? emoticon-Kagets " Wawan kaget
"Yuuup, gue uda sms nama rumah sakitnya juga tadi" Kata gue
"Yaelah Jek, kenapa lu bilang sih" Protes Wawan

"Ya gak sengaja hahaha" Jawab gue
"Yaudah lah, uda kejadian juga.. Lu masih kuliah gak sih, gak pernah keliatan lu dikampus" Kata Wawan
"Masih lah odong hahaha" Jawab gue

Malam ini gue habiskan ngobrol berdua sama Wawan mengenai apa yang kami lakukan selama semester ini. Berbagai topik kami bahas. Mulai dari hubungan dia sama Widya yang makin harmonis. Dia cerita kalo dia sayang banget sama Widya. Dia beruntung banget bisa dapat cewe seperti Widya yang perhatian dan gak masalah dengan hubungan beda keyakinan seperti ini. Wawan juga ngomong, setelah wisuda nanti, dia bakal ngelamar Widya buat jadi istrinya. Dia uda yakin banget sama pilihannya sekarang. Dua tahun bukan waktu yang sedikit ya buat suatu hubungan.

Dari cara penyampaian Wawan, gue juga yakin bahwa dia serius dengan apa yang dikatakannya. Gue cuman bisa berharap agar mereka mendapat yang terbaik. Lewat penuturan Wawan tadi juga, gue jadi gak menyesal bahwa gue belum pernah menyatakan apa-apa dengan Widya. Kalo gue melakukan tindakan ceroboh ini dulu, mungkin sekarang gue gak bisa berbagi canda tawa seperti sekarang dengan Wawan..

Wawan lalu bertanya kepada gue bagaimana hubungan gue dengan Una sekarang. Gue cuman bisa bilang gak ada interaksi sama sekali setelah ulang tahun gue..

"Terus lu gak kesepian jomblo melulu? Uda setahun lebih jek emoticon-Ngakak (S) " Ejek Wawan
"Wancuuuuk.. Lu baca dah sms gue ini, lu tau sendiri entar jawabannya" Kata gue sedikit sombong

Gue pamer sms yang dikirim Iren tadi ketika jam 7/8 ketika Wawan tidur. Wawan cuman bisa tertawa melihat sms tersebut,

"Iren yak.. Buruan Jek tembak.." Kata Wawan
"Yoo entar lah hahaha" Kata gue

Sms yang gue dapat dari Iren dan gue tunjukkan ke Wawan adalah

"Ayam, jangan jelalatan liat suster cewe emoticon-Mad " emoticon-mail
Diubah oleh pujangga1000 23-05-2015 16:42
khodzimzz
itkgid
jenggalasunyi
jenggalasunyi dan 5 lainnya memberi reputasi
6
Ikuti KASKUS di
© 2025 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.