- Beranda
- Stories from the Heart
Sletingnya Bapi, semuanya berawal dari Sleting
...
TS
rafinotes
Sletingnya Bapi, semuanya berawal dari Sleting

Assalamu'alaikum Wr.wb
Selamat datang gan
Selamat datang gan
Ini Cerita pertama ane di sini
, ane udah baca rulesnya tapi misalkan ane melanggar tolong ingatkan ane
, ane udah baca rulesnya tapi misalkan ane melanggar tolong ingatkan ane
Quote:
Quote:
penulis itu aku
amatir pun itu aku
Menulis aku bisa
Hanya sekedar menyusun kata demi kata...
Aku tak bangga
Karena itu hanya tulisan biasa
Paragraph yang tak mempesona
Terkutip dalam cerita tak bermakna
Penyair itu Aku
Penyihir bukanlah aku
Aku hanya seorang amatir
yang tidak bosan berfikir
amatir pun itu aku
Menulis aku bisa
Hanya sekedar menyusun kata demi kata...
Aku tak bangga
Karena itu hanya tulisan biasa
Paragraph yang tak mempesona
Terkutip dalam cerita tak bermakna
Penyair itu Aku
Penyihir bukanlah aku
Aku hanya seorang amatir
yang tidak bosan berfikir
Quote:
Quote:
INDEXnya gan
01 "Try Out"
02 "Hiperbola Bapi"
03 "Pujangga Di Balik Sarung
04 “Si Susilo dan Si Jangkrik”
05 “Abu-Abu dan Biru”
06 “Paradoks Kembar”
07 “Dua Afgan Satu Sleting”
08 “Welcome To The Family”
09 "Si Bawel"
10 "DBT"
11 “Tugas Mulia”
12 “Mati Gue”
13 “Matahari pagi”
14 “Roti Yang Tergampar”
15.1 “Tulisan Pisang Goreng”
15.2 “Tulisan Pisang Goreng”
15.3 "Tulisan Pisang Goreng"
16.1 "Taman"
16.2 "Taman"
17 "Bro Bro Yoo"
18 "Ijur"
19 "Lebih Dari Bodoh!"
20 "Senja Untukmu"
21 "Kapten Kapal"
22 "Kesempatan"
23 "Tembak Beh!"
24.1 "Generasi Idiot"
24.2 "Generasi Idiot"
25.1 "Ini Bukan Tentang LOVE”
25.2 "Ini Bukan Tentang LOVE”
25.3 "Ini Bukan Tentang LOVE"
26.1 "Surat Untuk Api"
END26.2 "Surat Untuk Api" END
Quote:
Diubah oleh rafinotes 18-05-2015 02:26
kopiko0385 dan anasabila memberi reputasi
2
21.7K
131
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
32.7KThread•51.8KAnggota
Tampilkan semua post
TS
rafinotes
#121
26.2 "Surat Untuk Api"
Ternyata benar ya, gue ini memang bodoh!. Entah apa yang gue pikir sampai gue bisa benar-benar membuat Lili bahagia, hahaha Lili bisa membuat gue bahagia, benar-benar bahagia, tapi gue apa?, gue nggak bisa membuat Lili bahagia!. Gue cuma orang pengecut yang mencoba membuat pacarnya bahagia, tapi GAGAL!.
Lili meninggalkan gue karena gue egois!, karena gue selalu berfikir apa yang menurut gue baik itu juga baik untuk dia!. Jujur gue sedih, gue sakit hati, tapi di sisi lain gue lega, dan bahagia. Hari ini lagi-lagi gue menangis!, malam ini gue menangis karena akhirnya gue mendapat jawaban atas semua pertanyaan yang menghantui gue!.
1 bulan lebih 21 jam sudah gue mengecewakan perempuan yang memberikan banyak kebahagiaan kepada gue (kepada “Api”). Semalaman gue nggak tidur, bukan gue yang mau terjaga sepanjang malam kayak gini!, tapi gue nggak bisa memejamkan mata, gue cuma terpaku melihat langit-langit kamar yang gelap, dan dengan pikiran yang kosong!.
– Selasa pagi di ruang kelas –
DBT bilang katanya gue udah berubah, gue nggak tau apa maksudnya. Masa iya gue di bilang berubah cuma gara-gara jawab pertanyaan Rafi?, emang sih pertanyaannya bikin gue nggak nyaman, tapi biarin deh paling cuma perasaan mereka aja. Pulang sekolah gue langsung ngebut pergi ke rumah, sampai di rumah Bokap gue malah heran “lahh tumben bener lu pulangnya cepet!, kaga pacaran dulu emangnye?”.
Hari rabu gue pergi sekolah, langsung pulang, tidur siang, ngaji, terus tidur. Nggak ada yang spesial, dan nggak ada yang beda, semuanya gue jalani biasa-biasa aja. Hari kamis di sekolah Tony bilang kalo Lia keluar atau pindah dari sekolah ini, dan mulai banyak yang melihat gue dengan tatapan heran, sedangkan Rafi diam aja soalnya sejak gue emosi hari selasa kemarin, gue sama Rafi nggak pernah ngomong lagi.
Seperti kemarin habis sekolah gue langsung pulang nggak ada acara nongkrong-nongkrong segala macem, ada kejadian yang bikin gue kaget yaitu gue hampir menabrak kucing. Sampai rumah sama seperti kemarin Bokap gue heran kenapa gue pulangnya cepat, oh iya gue belum cerita ke Bokap sama Nyokap kalo gue udah putus sama Lia. Tidur siang untuk menghilangkan pikiran gue yang kacau karena hampir menabrak kucing tadi, ngaji, dan yang terakhir tidur.
~wroongg mbrebebebeb...~
Habis gue baca SMS dari Lili, gue langsung gemetar!, tiba-tiba gue kepikiran Lili sampai nangis. Gue langsung ambil kunci, terus ngebut bawa Susilo. Ketika Rafi bilang cuma gue doang yang belum jenguk Lili, pikiran gue langsung kacau. Jujur gue menyesal banget, benar-benar bodoh ketika gue nggak peduli sama Lili walaupun statusnya bukan pacar lagi!. Entah udah berapa kali gue di bilang bego sama orang-orang di jalan karena ugal-ugalan, dan nggak terasa rumah sakitnya udah kelihatan “tunggu aku Li... plis tunggu sebentar lagi aku ada di samping kamu”
~Beeepppp grakkkk sreeetttt...~
“kenapa tuh?”
“woy lu gak kenapa-napa kan?”
“naik motor kencang banget sih”
gue di tabrak mobil sampai terpental
“Li... liii”
kaki gue sakit banget!, rasanya kaku!, gue mencoba bangun sambil manggil Lili dengan lirih
Sakit di kaki gue mulai berkurang, gue langsung lari menuju rumah sakit walaupun kaki gue lagi pincang, di depan pintu rumah sakit udah ada Iqbal, dan gue di bantu sama Iqbal ke ruangannya Lili di ICU. Di depan ruangan gue lihat si Om lagi memeluk Tante yang menangis sampai terisak-isak.
Gue terus meronta-ronta dari pelukan si Om, tapi ketika gue mendengar ucapan Nyokapnya Lili gue cuma bisa pasrah, gue baru sadar kalo gue sudah terlambat, badan gue lemas sampai akhirnya gue di gendong ke UGD karena luka bekas tabrakan tadi. Tangan kanan gue retak, lecet-lecet, dan dapat beberapa jahitan di pelipis, tapi kok nggak langsung terasa ya sakitnya?.
Jujur gue panik waktu Rafi bilang kalo itu semua bukan mimpi, Rafi langsung memotong omongan gue, dan langsung ngomong pakai nada tinggi. Sedangkan gue?, cuma bisa diam. Gue cuma tertunduk, omongannya Rafi berhasil “membungkam” mata, mulut, dan hati gue. Badan gue juga masih lemas jadi percuma gue memaksakan diri untuk keluar ruangan.
“Fi, yang lain kemana?, sekarang jam berapa?”
sekitar 10 menit gue terdiam
“Iqbal lagi cari makanan, orang tuanya Lia lagi pulang dulu katanya si Tante kecapean. Udah jam 4 pagi lebih beberapa menit, dan lu udah boleh pulang kok”
“Alhamdulillah”
– Jam 05:25 –
“Bro Bapi bro ayo pulang”
Iqbal datang, gue kira dia bawa makanan
“naik apaan Bal?”
“Naik mobil bro”
Gue jalan sampai Lobby rumah sakit, dan ternyata si Om menunggu gue di sana. Masih agak sakit sih kaki gue, jalan aja masih agak pincang. Gue di antar sama si Om naik mobil, sedangkan Iqbal, dan Rafi balik duluan, jadi kami pisah di depan rumah sakit.
“Om bisa pergi ke taman dekat jembatan itu gak Om?”
“oke”
Suasana di taman ini hangat sekali, taman ini lebih bercahaya karena matahari baru saja terbit. Gue berjalan menuju bangku taman, rasanya seperti memutar rekaman dari masa lalu. Ya, ini seperti mimpi, bahkan gue masih ingat dengan suara Lili yang bawel di bangku ini, gue masih ingat ketika Lili menangis, tersenyum, tertawa, tapi semuanya hanya bisa gue ingat, gue tidak bisa mengulang semua itu.
“Gue nggak boleh nangis, nggak boleh nangis, nggak boleh nangis” gue mengulang kata-kata itu dalam setiap langkah di taman ini, gue mengulangnya di dalam hati, apapun yang terjadi gue harus kuat demi Lili, gue harus bisa itu. Semuanya seperti tempat yang baru, tempat yang belum pernah gue kunjungi, gue lihat sekitar, dan gue merasakan banyak hal yang nggak bisa gue jelaskan.
“Kamu sering ke sini kan sama Lia?”
“iya Om”
gue jawab, tapi mata gue tetap heran, dan bingung dengan apa yang gue lihat di sini
“ini surat dari Lia, sama buku catatan ini yang selalu Lia pegang saat di rawat”
“surat apa ini Om?”
“udah kamu duduk terus baca, Om nggak tau isinya”
gue duduk di bangku tempat biasa sama Lili
“Om”
“iya?”
“biarkan Bapi menangis Om”
Gue langsung di peluk, dan menangis di dadanya. Gue nggak bisa menahan air mata ini lagi, gue nggak bisa mengendalikan emosi gue. Gue cuma bisa menangis terisak-isak sambil kedua tangan gue mencengkram pundak si Om, gue harus merelakannya, gue harus melepaskan semuanya. “Maaf Li aku harus nangis lagi”
“terima kasih Pi, kamu sudah membahagiakan anak Om, kamu sudah membahagiakan Lia... Lia pasti bahagia di sana sekarang”
Lili meninggalkan gue karena gue egois!, karena gue selalu berfikir apa yang menurut gue baik itu juga baik untuk dia!. Jujur gue sedih, gue sakit hati, tapi di sisi lain gue lega, dan bahagia. Hari ini lagi-lagi gue menangis!, malam ini gue menangis karena akhirnya gue mendapat jawaban atas semua pertanyaan yang menghantui gue!.
1 bulan lebih 21 jam sudah gue mengecewakan perempuan yang memberikan banyak kebahagiaan kepada gue (kepada “Api”). Semalaman gue nggak tidur, bukan gue yang mau terjaga sepanjang malam kayak gini!, tapi gue nggak bisa memejamkan mata, gue cuma terpaku melihat langit-langit kamar yang gelap, dan dengan pikiran yang kosong!.
– Selasa pagi di ruang kelas –
Quote:
DBT bilang katanya gue udah berubah, gue nggak tau apa maksudnya. Masa iya gue di bilang berubah cuma gara-gara jawab pertanyaan Rafi?, emang sih pertanyaannya bikin gue nggak nyaman, tapi biarin deh paling cuma perasaan mereka aja. Pulang sekolah gue langsung ngebut pergi ke rumah, sampai di rumah Bokap gue malah heran “lahh tumben bener lu pulangnya cepet!, kaga pacaran dulu emangnye?”.
Hari rabu gue pergi sekolah, langsung pulang, tidur siang, ngaji, terus tidur. Nggak ada yang spesial, dan nggak ada yang beda, semuanya gue jalani biasa-biasa aja. Hari kamis di sekolah Tony bilang kalo Lia keluar atau pindah dari sekolah ini, dan mulai banyak yang melihat gue dengan tatapan heran, sedangkan Rafi diam aja soalnya sejak gue emosi hari selasa kemarin, gue sama Rafi nggak pernah ngomong lagi.
Seperti kemarin habis sekolah gue langsung pulang nggak ada acara nongkrong-nongkrong segala macem, ada kejadian yang bikin gue kaget yaitu gue hampir menabrak kucing. Sampai rumah sama seperti kemarin Bokap gue heran kenapa gue pulangnya cepat, oh iya gue belum cerita ke Bokap sama Nyokap kalo gue udah putus sama Lia. Tidur siang untuk menghilangkan pikiran gue yang kacau karena hampir menabrak kucing tadi, ngaji, dan yang terakhir tidur.
~wroongg mbrebebebeb...~
Quote:
Habis gue baca SMS dari Lili, gue langsung gemetar!, tiba-tiba gue kepikiran Lili sampai nangis. Gue langsung ambil kunci, terus ngebut bawa Susilo. Ketika Rafi bilang cuma gue doang yang belum jenguk Lili, pikiran gue langsung kacau. Jujur gue menyesal banget, benar-benar bodoh ketika gue nggak peduli sama Lili walaupun statusnya bukan pacar lagi!. Entah udah berapa kali gue di bilang bego sama orang-orang di jalan karena ugal-ugalan, dan nggak terasa rumah sakitnya udah kelihatan “tunggu aku Li... plis tunggu sebentar lagi aku ada di samping kamu”
~Beeepppp grakkkk sreeetttt...~
“kenapa tuh?”
“woy lu gak kenapa-napa kan?”
“naik motor kencang banget sih”
gue di tabrak mobil sampai terpental
“Li... liii”
kaki gue sakit banget!, rasanya kaku!, gue mencoba bangun sambil manggil Lili dengan lirih
Sakit di kaki gue mulai berkurang, gue langsung lari menuju rumah sakit walaupun kaki gue lagi pincang, di depan pintu rumah sakit udah ada Iqbal, dan gue di bantu sama Iqbal ke ruangannya Lili di ICU. Di depan ruangan gue lihat si Om lagi memeluk Tante yang menangis sampai terisak-isak.
Quote:
Gue terus meronta-ronta dari pelukan si Om, tapi ketika gue mendengar ucapan Nyokapnya Lili gue cuma bisa pasrah, gue baru sadar kalo gue sudah terlambat, badan gue lemas sampai akhirnya gue di gendong ke UGD karena luka bekas tabrakan tadi. Tangan kanan gue retak, lecet-lecet, dan dapat beberapa jahitan di pelipis, tapi kok nggak langsung terasa ya sakitnya?.
Quote:
Jujur gue panik waktu Rafi bilang kalo itu semua bukan mimpi, Rafi langsung memotong omongan gue, dan langsung ngomong pakai nada tinggi. Sedangkan gue?, cuma bisa diam. Gue cuma tertunduk, omongannya Rafi berhasil “membungkam” mata, mulut, dan hati gue. Badan gue juga masih lemas jadi percuma gue memaksakan diri untuk keluar ruangan.
“Fi, yang lain kemana?, sekarang jam berapa?”
sekitar 10 menit gue terdiam
“Iqbal lagi cari makanan, orang tuanya Lia lagi pulang dulu katanya si Tante kecapean. Udah jam 4 pagi lebih beberapa menit, dan lu udah boleh pulang kok”
“Alhamdulillah”
– Jam 05:25 –
“Bro Bapi bro ayo pulang”
Iqbal datang, gue kira dia bawa makanan
“naik apaan Bal?”
“Naik mobil bro”
Gue jalan sampai Lobby rumah sakit, dan ternyata si Om menunggu gue di sana. Masih agak sakit sih kaki gue, jalan aja masih agak pincang. Gue di antar sama si Om naik mobil, sedangkan Iqbal, dan Rafi balik duluan, jadi kami pisah di depan rumah sakit.
“Om bisa pergi ke taman dekat jembatan itu gak Om?”
“oke”
Suasana di taman ini hangat sekali, taman ini lebih bercahaya karena matahari baru saja terbit. Gue berjalan menuju bangku taman, rasanya seperti memutar rekaman dari masa lalu. Ya, ini seperti mimpi, bahkan gue masih ingat dengan suara Lili yang bawel di bangku ini, gue masih ingat ketika Lili menangis, tersenyum, tertawa, tapi semuanya hanya bisa gue ingat, gue tidak bisa mengulang semua itu.
“Gue nggak boleh nangis, nggak boleh nangis, nggak boleh nangis” gue mengulang kata-kata itu dalam setiap langkah di taman ini, gue mengulangnya di dalam hati, apapun yang terjadi gue harus kuat demi Lili, gue harus bisa itu. Semuanya seperti tempat yang baru, tempat yang belum pernah gue kunjungi, gue lihat sekitar, dan gue merasakan banyak hal yang nggak bisa gue jelaskan.
“Tidak semua hal bisa di jelaskan, seperti saat ini hanya bisa di rasakan”
“Kamu sering ke sini kan sama Lia?”
“iya Om”
gue jawab, tapi mata gue tetap heran, dan bingung dengan apa yang gue lihat di sini
“ini surat dari Lia, sama buku catatan ini yang selalu Lia pegang saat di rawat”
“surat apa ini Om?”
“udah kamu duduk terus baca, Om nggak tau isinya”
gue duduk di bangku tempat biasa sama Lili
Quote:
“Om”
“iya?”
“biarkan Bapi menangis Om”
Gue langsung di peluk, dan menangis di dadanya. Gue nggak bisa menahan air mata ini lagi, gue nggak bisa mengendalikan emosi gue. Gue cuma bisa menangis terisak-isak sambil kedua tangan gue mencengkram pundak si Om, gue harus merelakannya, gue harus melepaskan semuanya. “Maaf Li aku harus nangis lagi”
“terima kasih Pi, kamu sudah membahagiakan anak Om, kamu sudah membahagiakan Lia... Lia pasti bahagia di sana sekarang”
“Bahagiakanlah orang yang menyayangi kita, caranya mudah... Ikuti kata hati, dan lakukan sepenuh hati. Jangan sampai penyesalan menyambut kita di akhir nanti”
Quote:
0

. Selamat tinggal”