- Beranda
- Stories from the Heart
I Am (NOT) Your Sister
...
TS
natashyaa
I Am (NOT) Your Sister
Dear Warga SFTH.
Sebelumnya ijinkan gue untuk menulis sepenggal kisah hidup gue di SFTH. Cerita ini bersumber dari pengalaman pribadi yang gue modifikasi sedemikian rupa sehingga membentuk cerita karangan gue sendiri. Cerita ini ditulis dengan dua sudut pandang berbeda dari kedua tokohnya.
So... langsung saja.
Sebelumnya ijinkan gue untuk menulis sepenggal kisah hidup gue di SFTH. Cerita ini bersumber dari pengalaman pribadi yang gue modifikasi sedemikian rupa sehingga membentuk cerita karangan gue sendiri. Cerita ini ditulis dengan dua sudut pandang berbeda dari kedua tokohnya.
So... langsung saja.
Quote:
Diubah oleh natashyaa 20-01-2018 23:32
itkgid dan 8 lainnya memberi reputasi
9
464K
3K
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
32.7KThread•52KAnggota
Tampilkan semua post
TS
natashyaa
#306
A Part 16
Hubunganku dengan kak Bram semakin intens. Kak Bram terus sms dan meneleponku. Aku sadar posisiku, Aku tetap menjaga perasaaanku untuk tidak terjatuh ke dalam buaiannya kak Bram. Tujuanku berhubungan dengan kak Bram hanya satu, ingin tahu orangnya seperti apa, itu aja sih. Aku biarkan kak Bram mencoba memasuki hidupku, tapi aku telah membuat dinding untuk tidak jatuh ke dalamnya. Mungkin aku menyebutnya ini sebuah permainan.
Hampir setiap hari di sekolah kak Bram selalu mampir ke kelasku, entah itu hanya menyapa atau mengobrol. Aku sebenarnya takut ketahuan kak Fe, tapi kak Bram selalu menjamin bahwa kak Fe tidak akan melihat. Aku sih agak kurang peraya, mungkin saja kak Fe tidak melihat, tapi siswa yang lain bagaimana?
Seringnya kak Bram ke kelasku jadi buah bibir di kelasku. Bagi anak-anak yang tahu siapa itu kak Bram pasti tidak menyangka. Aku selalu dilempari pertanyaan “Ni kak Bram pacar kamu?” “Ni kak Bram kan mantan kakakmu?” “Ni serius itu kak Bram ama kamu.” “Ni kamu jadian ama kak Bram?”
Nininini. Bosen aku mendengarnya. Aku udah katakan kepada mereka bahwa aku tidak jadian ama kak Bram. Aku juga tau diri kak Bram mantan kak Fe. Ngapain juga aku pacaran dengan kak Bram. Aku hanya penasaran dengan teori kak Fe kalau kak Bram itu orang jahat. Titik.!
Di kelas tidak ada guru, seperti biasa hampir semua siswa mulai membuat kegaduhan. Tidak bagiku, aku selalu diam saja di bangku, tidur-tiduran dan males-malesan di meja. Aku kelaparan tadi ngak makan.
“Ni, kak Bram manggil.” Teriak Anisa di dekat pintu. Haduh ada apa lagi ini, aku kemudian menemuinya dengan terpaksa.
“Ya kak?” Kataku ketika menemuinya.
“Udah makan belum?”
“Belum kak.”
“Kantin yuk.”
“Hmm.. Boleh.”
Aku mengiyakan ajakan kak Bram daripada aku harus terjebak ditengah kegaduhan kelas. Kantin masih sepi jam 9 pagi, siswa lain sedang belajar sedangkan aku malah jajan ke kantin dan saat itu di kantin hanya aku dan kak Bram serta pedagang di kantin.
“Memang gak ada guru kak?” Tanyaku sambil
“Ada Ni, gue laper, gue takut maag gue kambuh.”
“Oh…”
“Nanti pulang ama siapa?”
“Sendiri kak.”
“Bareng gue aja.”
“Gak usah kak, makasih.”
Setelah makan nasi kuning berdua, kita segera kembali ke kelas masing-masing. Apes bagiku ketika sedang berjalan bareng kak Bram aku berpasan dengan teman kak Fe, entah siapa namanya pokoknya aku tau dia karena sering bareng kak Fe. Ketika kita berpapasan dia melihatku dan terus melihatku, aku jadi malu. “Kenapa Ni?” Tanya kak Bram yang melihat tingkahku yang mencoba menutupi wajah dengan tangan kananku ketika aku berapasan dengan teman kak Fe. “Oh ngak apa-apa kak, rambutku gatal.”
****.
Karena kak Bram sering menelponku sekarang, aku jadi lebih suka menghabiskan waktu di kamar biar tidak ketahuan kalau aku sedang menelepon seseorang. Lagian biasanya tidak ada yang suka masuk ke kamarku. Kak Bram selalu menelpon setiap sore, dia selalu bertanya tentang musik kesukaanku. Aku jawab aku suka lagu-lagu klasik, soft rock tahun 1970an, dia bilang dia juga suka. Dia bertanya tentang film favoritku, aku jawab aku suka film-film drama ringan, komedi romantis gitu, aku suka film jepang. dia juga bilang suka juga -____-.
Tok…Tok…Tok…
Aku membuka pintu dan ternyata itu kak Fe. Tumben.
“Hai, ada apa kak?”
Dia tidak menjawab dan nyelonong masuk ke kamar, matanya melihat-lihat kamarku, udah kayak inspeksi saja pikirku.
“Dipanggil ibu Ni.” Kata dia yang duduk dikasur. Aku pun segera turun ke bawah menemui ibu sementara kak Fe berada dikamarku.
“Iya, Bu ada apa?” Tanyaku kepada ibu yang sedang berbaring di kasur sambil menonton tv.
“Apa ni?”
“Ibu manggil aku?”
“Ngak kok, tapi eh kebetulan. Ajak kak Felisha suruh beli kebutuhan bulanan di supermarket.”
“Oh, ibu aja yang bilang bu. Aku takut dia gak mau.”
“Yauda suruh kesini aja, biar ibu yang bilang.”
Aku pun segera kembali ke kamar untuk memberitahukan kepada kak Fe kalau ibu nyuruh belanja bulanan, tapi dia sudah tidak berada di kamarku lagi. Aku pun mengetuk pintu kamarnya yang selalu terkunci rapat.
“Kak…”
“Kak…”
“Kak Fe..”
“Kakak.. Fe..”
Aku terus saja mengetuk pintu kamarnya.
“Apa sih…?” Dia tampak bete ketika aku mengetuk pintu kamarnya.
“Dipanggil ibu kak.”
“Ngapain?”
“Ngak tau.”
“Yaudah.” Dia keluar kamar dan langsung menutup kembali pintu kamarnya yang tak sempat aku lihat isi kamarnya. Aku juga ikut turun ke bawah untuk menonton tv.
“Ayo Ni, pergi.” Ajak dia.
Yes, pertama kalinya dia mengajaku pergi jalan.
Hampir setiap hari di sekolah kak Bram selalu mampir ke kelasku, entah itu hanya menyapa atau mengobrol. Aku sebenarnya takut ketahuan kak Fe, tapi kak Bram selalu menjamin bahwa kak Fe tidak akan melihat. Aku sih agak kurang peraya, mungkin saja kak Fe tidak melihat, tapi siswa yang lain bagaimana?
Seringnya kak Bram ke kelasku jadi buah bibir di kelasku. Bagi anak-anak yang tahu siapa itu kak Bram pasti tidak menyangka. Aku selalu dilempari pertanyaan “Ni kak Bram pacar kamu?” “Ni kak Bram kan mantan kakakmu?” “Ni serius itu kak Bram ama kamu.” “Ni kamu jadian ama kak Bram?”
Nininini. Bosen aku mendengarnya. Aku udah katakan kepada mereka bahwa aku tidak jadian ama kak Bram. Aku juga tau diri kak Bram mantan kak Fe. Ngapain juga aku pacaran dengan kak Bram. Aku hanya penasaran dengan teori kak Fe kalau kak Bram itu orang jahat. Titik.!
**.*
Di kelas tidak ada guru, seperti biasa hampir semua siswa mulai membuat kegaduhan. Tidak bagiku, aku selalu diam saja di bangku, tidur-tiduran dan males-malesan di meja. Aku kelaparan tadi ngak makan.
“Ni, kak Bram manggil.” Teriak Anisa di dekat pintu. Haduh ada apa lagi ini, aku kemudian menemuinya dengan terpaksa.
“Ya kak?” Kataku ketika menemuinya.
“Udah makan belum?”
“Belum kak.”
“Kantin yuk.”
“Hmm.. Boleh.”
Aku mengiyakan ajakan kak Bram daripada aku harus terjebak ditengah kegaduhan kelas. Kantin masih sepi jam 9 pagi, siswa lain sedang belajar sedangkan aku malah jajan ke kantin dan saat itu di kantin hanya aku dan kak Bram serta pedagang di kantin.
“Memang gak ada guru kak?” Tanyaku sambil
“Ada Ni, gue laper, gue takut maag gue kambuh.”
“Oh…”
“Nanti pulang ama siapa?”
“Sendiri kak.”
“Bareng gue aja.”
“Gak usah kak, makasih.”
Setelah makan nasi kuning berdua, kita segera kembali ke kelas masing-masing. Apes bagiku ketika sedang berjalan bareng kak Bram aku berpasan dengan teman kak Fe, entah siapa namanya pokoknya aku tau dia karena sering bareng kak Fe. Ketika kita berpapasan dia melihatku dan terus melihatku, aku jadi malu. “Kenapa Ni?” Tanya kak Bram yang melihat tingkahku yang mencoba menutupi wajah dengan tangan kananku ketika aku berapasan dengan teman kak Fe. “Oh ngak apa-apa kak, rambutku gatal.”
****.
Karena kak Bram sering menelponku sekarang, aku jadi lebih suka menghabiskan waktu di kamar biar tidak ketahuan kalau aku sedang menelepon seseorang. Lagian biasanya tidak ada yang suka masuk ke kamarku. Kak Bram selalu menelpon setiap sore, dia selalu bertanya tentang musik kesukaanku. Aku jawab aku suka lagu-lagu klasik, soft rock tahun 1970an, dia bilang dia juga suka. Dia bertanya tentang film favoritku, aku jawab aku suka film-film drama ringan, komedi romantis gitu, aku suka film jepang. dia juga bilang suka juga -____-.
Tok…Tok…Tok…
Aku membuka pintu dan ternyata itu kak Fe. Tumben.
“Hai, ada apa kak?”
Dia tidak menjawab dan nyelonong masuk ke kamar, matanya melihat-lihat kamarku, udah kayak inspeksi saja pikirku.
“Dipanggil ibu Ni.” Kata dia yang duduk dikasur. Aku pun segera turun ke bawah menemui ibu sementara kak Fe berada dikamarku.
“Iya, Bu ada apa?” Tanyaku kepada ibu yang sedang berbaring di kasur sambil menonton tv.
“Apa ni?”
“Ibu manggil aku?”
“Ngak kok, tapi eh kebetulan. Ajak kak Felisha suruh beli kebutuhan bulanan di supermarket.”
“Oh, ibu aja yang bilang bu. Aku takut dia gak mau.”
“Yauda suruh kesini aja, biar ibu yang bilang.”
Aku pun segera kembali ke kamar untuk memberitahukan kepada kak Fe kalau ibu nyuruh belanja bulanan, tapi dia sudah tidak berada di kamarku lagi. Aku pun mengetuk pintu kamarnya yang selalu terkunci rapat.
“Kak…”
“Kak…”
“Kak Fe..”
“Kakak.. Fe..”
Aku terus saja mengetuk pintu kamarnya.
“Apa sih…?” Dia tampak bete ketika aku mengetuk pintu kamarnya.
“Dipanggil ibu kak.”
“Ngapain?”
“Ngak tau.”
“Yaudah.” Dia keluar kamar dan langsung menutup kembali pintu kamarnya yang tak sempat aku lihat isi kamarnya. Aku juga ikut turun ke bawah untuk menonton tv.
“Ayo Ni, pergi.” Ajak dia.
Yes, pertama kalinya dia mengajaku pergi jalan.
0
