Kaskus

Story

natashyaaAvatar border
TS
natashyaa
I Am (NOT) Your Sister
Dear Warga SFTH.

Sebelumnya ijinkan gue untuk menulis sepenggal kisah hidup gue di SFTH. Cerita ini bersumber dari pengalaman pribadi yang gue modifikasi sedemikian rupa sehingga membentuk cerita karangan gue sendiri. Cerita ini ditulis dengan dua sudut pandang berbeda dari kedua tokohnya.
So... langsung saja.


I Am (NOT) Your Sister

Big thanks to quatzlcoatlfor cover emoticon-Smilie

Quote:
Diubah oleh natashyaa 20-01-2018 23:32
imamarbaiAvatar border
pulaukapokAvatar border
itkgidAvatar border
itkgid dan 8 lainnya memberi reputasi
9
464K
3K
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
Stories from the Heart
KASKUS Official
32.7KThread52KAnggota
Tampilkan semua post
natashyaaAvatar border
TS
natashyaa
#275
F Part 15
“Kenapa lu tadi ke rumah sakit bareng Ani?”
“Gak boleh ya? Gue kan sekalian balikin tas lo Fe.”
“Gak usah dan jangan sok cari perhatian deh.”
“Fe…”
Tutup gue di telepon.

***


“Rim kenapa ibu nyembunyiin ini semua dari gue ya?” Tanyaku kepada Rima yang menginap di rumah.
“Gak tau. Aku bukan ibumu. Haha,”
“Yaelah, bantu gue napa? Tau begini mah…”
“Begini apa..?”
“Gakpapa, Rim.”
“Ohiya, kenapa barusan dengan Bram. Kalian masih pacaran kan?”
“Ngak Rim, udah putus.”
“Loh..loh kenapa?”
“Gak tau. Aku bukan Bram, Haha.” Gue melempar bantal ke arah Rima yang sedang tiduran sambil membaca novel.
“Yailah bales dendam. Haha. Terus tadi dia tadi dateng ke rumah sakit bareng si Ani, Oya ngomong-ngomong soal Ani, gimana rasanya punya adik tiri?”
“Biasa aja sih.”
“Baik kok Ani orangnya, gue suka.”
“Yayaya, Everybody loves Any.”

***


Ibu akhirnya pulang ke rumah, kondisinya sudah mulai baikan. Ada rencana mau dikemoterapi dan juga pengobatan tradisional, entahlah pilih yang mana saja asalkan yang terbaik. Sepulangnya ibu ke rumah, gue lebih sering berbicara dengan ibu walau sebatas “Sudah minum obatnya bu?” “Istirahat saja bu.” Dsb. Kulitnya yang lebih pucat dan badannya yang agak kurusan membuat gue terenyuh. Sebetulnya gue masih cuek-cuek saja, segala kebutuhan dan yang merawat ibu sebenarnya Ani. Si Burhan? Jangan ditanya, dia sedang dines keluar kota. Konyol kan?

***


Akhir-akhir ini sepertinya gue agak sedikit menarik perhatian guru-guru di sekolah, dengan sikap gue yang terlalu arogan gue dipanggil ke ruangan bk.

“Kamu ini kenapa Felisha, kamu jarang sekali mengerjakan PR dan juga kamu akhir-akhir ini sering tidak masuk pada saat jam pelajaran. Apa yang terjadi?” Ibu Dewi, guru bk ku yang paling ramah.
“Gak ada apa-apa sih Bu, aku pengen aja. Sekali-kali nyobain jadi anak bandel.” Jawabku ketus.
“Kamu tidak boleh begitu, sebentar lagi kan kamu mau lulus.”
“Lulus sih lulus aja Bu.”
“Kamu ini, sebaiknya ibu telepon ibu mu.”
“EHHHH.. Jangan bu, iya-iya aku berubah janji, aku bakal ngerjain PR lagi dan tidak akan sering membolos di jam pelajaran.”
“Baiklah, ibu pegang kata-katamu.”
“Makasih Bu, pokoknya jangan sampai ibu tau kalau aku sekarang di sekolah gimana.”
“Tapi ada satu hal lagi, yang ingin ibu tanyakan kepadamu.”
“Apa itu bu?”
“Apa benar kamu kemarin-kemarin melabrak siswa kelas X lalu menguncinya di kamar mandi?”
“Hah? Kata siapa bu?’ Gue tercengang mendengar perkataan ibu Dewi.
“Kata siswa tersebut, dia bilang kamu yang melakukan hal itu. Dia melapor ke pak Ujang.”
“Siapa nama siswanya bu? Sumpah Bu, ini fitnah, ibu tau kan fitnah lebih kejam dari pembunuhan!” Tegas gue.
“Namanya Meily kelas X-4.”
“Beneran bu, aku tidak melakukannya. Akan kubuktikan kepada ibu kalau aku tidak melakukan hal semacam itu.”

***.


Kesal sekali gue dituduh melabrak seseorang adik kelas. Untungnya bagi gue apa coba melabrak adik kelas, walau harus gue akui adik kelas gue sekarang terlalu berlebihan dalam berpenampilan di sekolah tapi gue tidak pernah melabraknya. Sehabis keluar dari ruang BK gue tidak langsung masuk ke kelas gue. Gue menuju kelas X-4, gue mau menemui Meily yang telah memfitnah gue. Gue menunggu guru yang sedang mengajar dikelasnya keluar. Gue menunggu saat yang tepat untuk benar-benar melabrak siswa yang bernama Meily sekarang. Setelah guru keluar dan para siswa sudah mulai gaduh karena akan pulang gue langsung masuk ke kelas. Gue langsung berdiri di depan kelas, semua siswa yang berada disana kaget dan kelas mendadak sunyi dengan kedatangan gue.

“Disini siapa yang bernama Meily?”
Semua orang terdiam dan kaget. Tapi gue lihat beberapa orang menoleh ke arah seorang gadis berambut pendek yang posisinya berada di bangku kedua sebelah kanan.
“Saya kak.” Ternyata benar gadis tersebut bernama Meily. Gue langsung menuju ke arahnya.
“Kenapa lu tuduh gue melabrak lu heh?”
“Labrak apa kak? Kakak emang siapa?”
“Gue Felisha ! Orang yang lu tuduh mengunci lu di kamar mandi.”
“Loh, ini kak Felisha? Orang yang mengunci aku dikamar mandi bukan kakak, tapi mengaku namanya Felisha.” Jawab dia polos.
“Terus siapa?” Tanya gue.
“Aku gak tau kak. Aku tidak kenal.”
“Siapa?”
“Aku gak tau kak sumpah, pokoknya ciri-cirinya dia punya tahi lalat di bibirnya.”
Aha! Gue tau sekarang orangnya. Setelah mendengar ucapan Meily mengenai tahi lalat di bibirnya pikiran gue tertuju pada satu orang. “Meily, kamu tunggu disni, gue bakal segera kembali.”

Gue pun meninggalkan kelas X-4 lalu menuju ke tempat yang pastinya sehabis jam pelajaran orang tahi lalat itu pasti bakal berada disana. Gue menuju kantin.

Benar saja dugaan gue, orang tersebut sedang berada disana bercengkrama dengan gengnya dan juga pacarnya, Bram. Gue pun membeli teh botol dan langsung berjalan ke dekatnya. Sambil berjalan ketika gue melewatinya gue menumpahkan air teh botol tersebut di kepalanya. Sontak saja orang bertahi lalat tersebut histeris karena kepala dan bajunya basah, dia langsung menatap gue kesal dan mencoba meraih badan gue. “Apa-apaan lu ?” Teriaknya. Dia mencoba menarik dan meraih badan gue sekali lagi tapi gue berhasil menghindar dan langsung dipisahkan oleh beberapa orang disana.

“Hey Susi, kurang terkenal ya sehingga pinjem-pinjem nama gue?” Ujar gue ke dia. Gue langsung mengacungkan jari tengah kepada dia lalu meninggalkan kantin. Gue tidak mempedulikan teriakan dan cacian yang dilontarkan Susi kepada gue. Masa bodo ah. Gue kembali menemui Meily yang masih berada di kelasnya.

“Mei, yang melabrak dan mengunci lu di WC itu namanya Susi, dia yang mitnah gue. Lu bilang aja ke ibu atau bapak BK ya buat bersihin nama gue disana. Mereka pasti tau kok tentang gue dan Susi dan mereka bakal mengerti. Ok?”

“Oh oke, kak. Terima kasih.”

“Oke sip.” Senyum gue kepada Meily.
itkgid
itkgid memberi reputasi
1
Ikuti KASKUS di
© 2025 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.