Terinspirasi dari peristiwa Revolusi Prancis dan Lushan Rebellion di Dinasti Tang (plus science fiction time machine?), gw persembahkan *sound effect trompet* :
Lushan merupakan seorang pembrontak yang menjunjung tinggi kebebasan atas masyarakatnya yang tertindas dibawah kekuasaan dinasti Tang. Visinya semakin buyar dan di penuhi oleh tragedi yang membuatnya kehilangan banyak hal, istri, sahabat, dan semua hal yang disayanginya untuk meraih impian tersebut. Kehilangan pijakan, Lushan seperti api yang berkobar menghancurkan segala hal, bertranformasi menjadi monster. Ketika tinggal satu langkah lagi bagi Lushan untuk mendapatkan impiannya, dia terbunuh oleh orang terdekatnya, darah dagingnya sendiri yang menganggap ayahnya sudah dibutakan oleh ambisi. Ketika itu, dia diberi kesempatan oleh kekuatan misterius untuk memperbaiki kesalahannya dimasa lalu.
*Naqoyqatsi merupakan bahasa suku Hopi yang berarti Hidup sebagai perang (Qatsi-Hidup, Naqoy-Perang), terinspirasi dari dokumenter eksperimental Godfrey Reggio
Sangat di mohon komentar, saran dan kritikannya karena penulis yang masih newbie ini sangat membutuhkan bimbingan kalian para pembaca/kawan penulis juga
Diubah oleh simamats 09-05-2017 01:06
0
13.6K
Kutip
83
Balasan
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Kenyataannya aku telah membunuh banyak orang, dari tanganku langsung, keputusanku, ataupun tindakanku yang sesungguhnya tak ada hubungannya sama sekali dengan itu. Menjadi pusat dari sesuatu yang dinamis, terutama sebagai pemimpin yang menciptakan perperangan, bahkan setiap hembusan nafas yang kukeluarkan terdapat nyawa yang hilang karenanya.
“Untuk itu aku tercipta, karena semua kegilaan, ambisi, visi, dan segala kebanggaan yang tercipta. Berapa kalipun kau mengelak dan menyesalinya, dalam hati kau bangga akan hal tersebut bukan?”
Tak bisa mengelak, ya, aku bangga. Mereka sebut diriku sebagai jendral agung dari surga, naga dari timur, dan sebutan lainnya. Memimpin perperangan, membakar moral pasukan, menembus pertahanan seorang jendral tangguh yang dulu mereka sebut sebagai jendral agung, menangkal segala jenis taktik yang dikeluarkan strategis handal yang dulunya mereka sebut sebagai naga dari barat dan sebagainya, aku merasa tidak terkalahkan.
“Kau lupa menyebutkan sebutan populer lainnya, Sang Iblis. Apa kau lupa kebengisan yang telah kau perbuat? Ingat tiang-tiang yang berjejer dengan kepala diantaranya?”
Iblis. Aku tak bangga dengan sebutan itu, dan tindakan saat itu, aku bahkan tidak sadar dengan apa yang kulakukan.
“Tidak sadar? Kau sadar seratus persen saat itu!”
Tahu bahwa aku tidak bisa dikalahkan, mengetahui bahkan penyihir-penyihir bajingan tersebut telah kutaklukan dan bahkan sudah tak ada jendral-jendral lagi dihadapanku, dan cahaya kuberikan pada mereka, bagaimana mungkin mereka masih mengikuti kaisar bodoh tersebut dengan segala jenis politik busuk didalamnya? Bagaimana mungkin orang-orang di bawah kekuasaanku masih mencoba membrontak? Kepala tersebut adalah amarahku atas kebodohan mereka, dan menunjukan bahwa aku adalah raja mereka, dan hidup mereka ada di tangan..
“Tanganmu? Yang benar saja, apa kau pikir dirimu tuhan?”
Kekuasaan ditanganku saat itu, dan jutaan manusia berharap padaku untuk menggerakan mereka, kearah harapan ataupun kematian mereka sendiri. Saat itu aku sendirian, Roxanna meninggalkanku dan tak ada yang menopang beban ini selain diriku sendiri. Saat itu aku menjelma menjadi manusia setengah dewa, tuhan yang masih terikat oleh kematian. Ya, untuk mampu menopang beban itu aku harus menjelma menjadi dewa, siapa lagi yang mampu menjaga kewarasannya selain dewa itu sendiri. Kau tahu apa yang tuhan lakukan? Memegang takdir kita dan bahkan segala konflik merupakan hal yang ia sendiri ciptakan dan biarkan. Kebengisan yang terjadi, segala ketidakadilan, era kekacauan yang kini tercipta dengan perperangan tiada henti dan dia membiarkannya? Orang tidak bersalah dipancung, orang miskin mati kelaparan, orang-orang korup dengan perut gendutnya dan wanita-wanita pramurianya, dia biarkan bahagia dengan angan-angan neraka yang tidak mampu kita buktikan selagi kita hidup. Apa kau pikir tuhan waras?
“Tidak, kau pun tidak.”
Apakah kau pikir aku pantas disalahkan? Semua tindakan yang kulakukan? Bukankah itu demi visi ataupun tujuan yang baik? Kalian bahkan tidak pernah menyalahkan tuhan?!
“Tentu saja kau salah, kau nyata, dan bagaimana mungkin kita salahkan pada imajinasi fiksional yang memiliki banyak versi yang baru bisa buktikan setelah mati?”
Tapi, bukankah seharusnya kita percaya?
“...”
Ya ,bukan?
Hei bicara padaku!
Jangan tinggalkan aku sendirian, kumohon.
Aku bisa gila!!
Hei..