- Beranda
- Stories from the Heart
Kelakuan Anak Kuliah
...
TS
pujangga1000
Kelakuan Anak Kuliah
Quote:
Quote:
Quote:
----------------------------------------------------------------------------------
========================================
pujangga1000
Diubah oleh pujangga1000 19-09-2016 03:37
yusrillllll dan 23 lainnya memberi reputasi
22
3.9M
7.4K
Thread Digembok
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
32.7KThread•51.9KAnggota
Tampilkan semua post
TS
pujangga1000
#3804
Pray through the sand
"Abang percaya sama kau, dek"
Saut bang Din sambil menyembulkan asap dari mulutnya.
"
"
"Tadi gua pikir lu ke kantor polisi
" Kata bang Din dengan tawa
"
"
Kantor polisi? Gue bahkan gak kepikiran kesana. Well, mungkin sedikit.
"Aku bahkan gak tau kantor polisi dimana bang" Kata gue
"
"
"Jadi kalo tau, lu bakal pergi?" Bang Din tetiba melotot
"Mana tega aku bang.." jawab gue spontan
"
"
Senyum dari Bang Din.
Entah apa artinya..
"Kau uda lama make bang?" Tanya gue
"Uda" jawab bang Din
"Gak niat berhenti?" Tanya gue lagi
"Gak" jawab bang Din lagi
"
"
"Kalau gitu, mungkin aku bakal lapor polisi" Saut gue
"Gua kenal sifat-sifat lu Jek, gak mungkin lu lakuin" Kata bang Din
"
"
Salahkah gue? Apa gue sudah melakukan tindakan bodoh saat ini?
Jujur saja, apa yang dikatakan bang Din itu benar.
Gue gak akan pergi ke kantor polisi dan membuat laporan bahwa dikostan gue ada seorang pemakai narkobah.
Mungkin kalau bang Din adalah anak kost gue yang lain, gue akan membuat laporan tersebut.
Tapi karena ini adalah bang Din...
Gue gak tau...
"Kenapa kau gak mau berhenti sih bang?"
"Kau tau narkobah itu bahaya"
"Apa yang kau pakai barusan itu"
"Bukannya itu paling berat dosisnya?"
Jelas gue
Ya gue gak mungkin tega memenjarakan bang Din, tapi mungkin gue akan berusaha sekuat tenaga untuk membuatnya berhenti..
Bisakah gue?
"Kau tau juga ternyata haha" Kata bang Din
"Temanku pakai dulu" Jawab gue
"Siapa?" tanya bang Din
"Teman sekolah" jawab gue lagi
"Sekarang dia uda berhenti?" Tanya bang Din
"Gak.. Dia uda mati" Kata gue
Gue sengaja memberi penekanan pada kata "mati". Gue tau itu gak sopan. Tapi gue ingin agar bang Din tau konsekuensi dari apa yang dilakukannya itu. Gue pikir, bang Din bakal jera..
"Yauda biarin gua mati hahaha" jawab bang Din sinis
"
"
Gue kaget mendengar jawaban bang Din. Walaupun dengan ganjaran kematian, dia juga tidak mau berhenti?
Gue..
Gue..
Orang ini aneh..
Apa bang Din bercanda?
"Udalah.. Gak usah bahas soal itu.." Kata bang Din
"Siapa aja yang tau bang?" Tanya gue
"Anak kostan?" bang Din bertanya balik
"Ya"
"Gak ada, kecuali lu" Kata bang Din mengepulkan asap rokoknya
"Bang Artur? Bang Arif? Bang Abid?" Tanya gue gak percaya
"Gak ada satu pun" jawab bang Din
"
"
Artinya cuman gue yang tau? Atau dengan kata lain, cuman gue yang "bisa" membuat bang Din berhenti?
Gue akan coba..
"Kalau.."
"Kau kerja?"
Gue dan Bang Din ngomong bersamaan
"Lu kerja malam ini?" Bang Din nyerocos tetiba
Gue mengangguk
"Gua ikut nanti malam. Lagi suntuk gua. Sekaligus mau liat Rara
" Kata bang Din dengan wajah genit
"
"
Ah iya. Gue lupa. Gue mau ngasih tau bang Din sesuatu mengenai Rara
"Ohya bang, kata Rara, dia mau berhenti beberapa bulan lagi" Kata gue
"Berhenti jadi LC?" Tanya bang Din
"Iya bang" jawab gue
"Jadi pramuria, berhenti gak?"
"
"
Gue kaget mendengar kalimat bang Din barusan. Gue pengen marah. Dari kemarin sepertinya bang Din melihat Rara begitu rendah. Gue gak terima itu.
"Bang, jaga mulut mu lah" Kata gue
"
"
"Dia emang wanita malam"
"Tapi sekarang dia uda mau berubah"
"Kau gak berhak merendahkan dia"
Kata gue
"Lu lupa apa yang gua bilang?" tanya bang Din
"Sifat orang gak akan berubah selamanya" Kata bang Din lagi
"Gak mungkin!" gue setengah berteriak
"
"
"Selama masih ada kesempatan, biarkan dia berubah untuk lebih baik"
"Kau teman lamanya bang.."
"Seharusnya kau dukung dia"
Kata gue
"Hahahaha" Bang Din tertawa
"
"
"Gua gak mau debat sama lu. Gak ada gunanya. Hahaha" Kata bang Din
"
"
Gue jengkel dengan sikap bang Din.
Gue beneran gak suka caranya.
Apa dia tidak ngaca dulu?
Dia pecandu narkobah, Rara pekerja malam.
Kalau Rara saja mau berubah
Kenapa dia tidak?
Bodoh..
"Ehh, kok lu bisa tau?" Tanya bang Din
"Dia cerita ke aku bang" jawab gue
"Gak mungkin.."
"
"
"Jek, gua tau sifat Rara gimana. Dia gak mungkin semudah itu cerita ke orang lain persoalan personal seperti itu. Kau habis ngapain lagi sama dia? Tidur lagi?" Kata bang Din
"
"
"Bang, kau bisa gak menjelekkan Rara?!" Kata gue sedikit emosi
"Terus? Kenapa dia tiba-tiba cerita?" Bang Din penasaran
Akhirnya dengan malu-malu gue ceritain kalo kemarin gue nembak Rara.
Tidak ketinggalan juga bagian ketika gue dimarah-marahin oleh Rara.
Termasuk didalamnya ketika Rara mengatakan bahwa gue hanya sebatas nafsu dengan doi.
"Hahahaha
"
Bang Din cuman tertawa terbahak-bahak dari pertama kali gue cerita sampai selesai. Tidak ada komentar berarti. Cuman "ha" yang keluar berkali-kali dari mulutnya
"
"
"Pengalaman pertama memang susah yang dilupakan jek
" Goda bang Din
"
"
Gue tidak berharap komentar seperti ini. Sialan..
"Kenapa kau tembak dia?" tanya bang Din
"Entah, aku gak tau bang" jawab gue
"Kebawa perasaan lu?" Kata bang Din
"
"
"Setelah lu tau dia ditinggal nikah sama Bambang, lu jadi simpatik kan sama dia?" Kata bang Din
"
"
"Gak mungkin lu gak kebawa perasaan. Lu tipe orang kayak gitu" kata bang Din
"fak" gumam gue dalam hati.
Apa iya gue se melankolis ini??
"Gini ya jek, gua kasih tau"
"Umur lu sama umur dia berapa berapa tahun?"
"Dia bukan seumuran lu lagi yang suka lawan jenis"
"Malu-malu kucing"
"Umur dia, seharusnya uda umur untuk nikah"
Kata bang Din
"Iya tau bang.." jawab gue lesu
"Cari cewek lain lah!" Teriak bang Din
"
"
Gue melihat jam dinding dikamar bang Din. Ternyata kita uda ngobrol begitu lama. Akhirnya gue harus siap-siap untuk berangkat kerja karena memang sudah waktunya.
***
Gue berangkat bareng bang Din hari ini. Seperti biasa, dia cuman duduk-duduk dilounge sambil minum-minum gak jelas. Daritadi dia ngebet pengen ketemu Rara. Tapi sialnya pas kita berdua nyampe, Rara sudah dibooking orang. Jadi gak mungkin bang Din bisa ketemu Rara. Palingan berharap saja tamunya Rara mau ke lounge atau ketemu entar pas pulang gawean.
Skip.. skip.. skip..
Ternyata Rara gak ke lounge sampai gue uda beberes untuk balik. Biasanya sih gue bakal ketemu Rara di pintu masuk. Doi mesti lagi nunggu taxi kalo misalnya Rara gak pulang ikut bus jemputan.
Ehh, belum sempat gue jalan menuju pintu keluar. Saat gue balik lagi ke meja bang Din untuk ngajak dia pulang, Rara menghampiri gue.
"
"
"Kenapa kamu? Kayak ngeliat setan" kata Rara
"
"
Gue gak pernah menyangka. Dari awal gue kenal Rara, belum pernah sekalipun bahu gue ditepuk olehnya. Atau lebih gampangnya, belum sekalipun doi yang pertama kali nyari gue. Tapi kali ini, hal itu kejadian di gue..
Tampaknya bang Din melihat gue dan Rara. Dia segera menghampiri kami
"Bang" Panggil Rara
"Ehh, elu Ra, belum balik?" Kata bang Din
"Belum bang" Jawab Rara
"Jek.. Ini buat kamu
" Rara memberikan gue kado
"
"
"Maaf ya telat"
"selamat ulang tahun
"
"
"
Gue menerima kado itu sambil menjabat tangan Rara
Wajah gue segera memerah dengan sendirinya
"plak!"
Kepala gue dipukul bang Din
"
"
"Kau ulang tahun gak bilang-bilang?!
" Teriak bang Din
Rara tertawa melihat tingkah kami
"Aku duluan ya" Rara mengundurkan diri
"Eh tunggu!" panggil bang Din ke Rara
"
"
"Anak ini belum ngomong terima kasih" Kata bang Din menunjuk ke gue
"
"
"Makasih Ra" gue setengah menundukkan badan
"Sama-sama
" jawab Rara
Gue menggoyang-goyangkan isi kado tersebut. Gue penasaran dengan apa yang diberikan oleh Rara. Tapi sama sekali tidak tertebak. Tidak ada suara. Tidak ada guncangan. Kotaknya berukuran dua kali telapak tangan. Kira-kira apa ya?
Setelah Rara pergi agak jauh
"Buka.." Kata bang Din
"
"
"Buka.. penasaran gua" Kata bang Din tidak sabar
"
"
Perasaan ini kado gue deh. Heran..
Gue buka perlahan-lahan hingga terlihat bungkusan kardus didalamnya.
Hmm..
Gue buka penutup kardusnya..
Ternyata..
"
"
Gue gak percaya apa yang diberikan oleh Rara.
Refleks gue memberikan benda yang ada ditangan gue kepada bang Din.
Lalu gue memutar badan mengejar Rara yang sudah terlebih dahulu jalan keluar.
Ketika sampai, sambil mengatur nafas gue yang memburu, gue mencari-cari sosok Rara
Ternyata tidak ada..
Nampaknya dia telah pulang dengan taxi.
Ahh, telepon!
Gue harus telepon doi sekarang juga!
Tapi hp gue ada didalam bersama tas yang gue titipkan ke bang Din.
Gue berlari kembali ke dalam.
Bang Din tengah ngoceh-ngoceh ke gue.
Tapi tidak gue hiraukan karena gue sibuk mencari hp.
Ketemu!
Gue dial nomor Rara..
"tuut.. tuuut... tuuuuut..."
"tuut.. tuuut... tuuuuut..."
Tidak tersambung..
Gue coba lagi
"tuut.. tuuut... tuuuuut..."
Gagal
Dengan segera gue mengetik pesan untuk Rara
Tapi gue bingung apa yang harus gue ketik
Tidak ada kata-kata yang bisa menjelaskan perasaan gue sekarang..
"Ra, thanks banget ya.."
Saking bingungnya, gue mengirim pesan itu kepada Rara.
Hp gue bergetar beberapa menit kemudian..
"Jangan sia-siakan tiap pasir mu yang jatuh (: "
dari Rara
"Kamu juga (: "
to Rara
Rara memberikan gue sebuah jam pasir.
Sebuah doa terucap dibibir gue dengan sendirinya..
Saut bang Din sambil menyembulkan asap dari mulutnya.
"
""Tadi gua pikir lu ke kantor polisi
" Kata bang Din dengan tawa"
"Kantor polisi? Gue bahkan gak kepikiran kesana. Well, mungkin sedikit.
"Aku bahkan gak tau kantor polisi dimana bang" Kata gue
"
""Jadi kalo tau, lu bakal pergi?" Bang Din tetiba melotot
"Mana tega aku bang.." jawab gue spontan
"
"Senyum dari Bang Din.
Entah apa artinya..
"Kau uda lama make bang?" Tanya gue
"Uda" jawab bang Din
"Gak niat berhenti?" Tanya gue lagi
"Gak" jawab bang Din lagi
"
""Kalau gitu, mungkin aku bakal lapor polisi" Saut gue
"Gua kenal sifat-sifat lu Jek, gak mungkin lu lakuin" Kata bang Din
"
"Salahkah gue? Apa gue sudah melakukan tindakan bodoh saat ini?
Jujur saja, apa yang dikatakan bang Din itu benar.
Gue gak akan pergi ke kantor polisi dan membuat laporan bahwa dikostan gue ada seorang pemakai narkobah.
Mungkin kalau bang Din adalah anak kost gue yang lain, gue akan membuat laporan tersebut.
Tapi karena ini adalah bang Din...
Gue gak tau...
"Kenapa kau gak mau berhenti sih bang?"
"Kau tau narkobah itu bahaya"
"Apa yang kau pakai barusan itu"
"Bukannya itu paling berat dosisnya?"
Jelas gue
Ya gue gak mungkin tega memenjarakan bang Din, tapi mungkin gue akan berusaha sekuat tenaga untuk membuatnya berhenti..
Bisakah gue?
"Kau tau juga ternyata haha" Kata bang Din
"Temanku pakai dulu" Jawab gue
"Siapa?" tanya bang Din
"Teman sekolah" jawab gue lagi
"Sekarang dia uda berhenti?" Tanya bang Din
"Gak.. Dia uda mati" Kata gue
Gue sengaja memberi penekanan pada kata "mati". Gue tau itu gak sopan. Tapi gue ingin agar bang Din tau konsekuensi dari apa yang dilakukannya itu. Gue pikir, bang Din bakal jera..
"Yauda biarin gua mati hahaha" jawab bang Din sinis
"
"Gue kaget mendengar jawaban bang Din. Walaupun dengan ganjaran kematian, dia juga tidak mau berhenti?
Gue..
Gue..
Orang ini aneh..
Apa bang Din bercanda?
"Udalah.. Gak usah bahas soal itu.." Kata bang Din
"Siapa aja yang tau bang?" Tanya gue
"Anak kostan?" bang Din bertanya balik
"Ya"
"Gak ada, kecuali lu" Kata bang Din mengepulkan asap rokoknya
"Bang Artur? Bang Arif? Bang Abid?" Tanya gue gak percaya
"Gak ada satu pun" jawab bang Din
"
"Artinya cuman gue yang tau? Atau dengan kata lain, cuman gue yang "bisa" membuat bang Din berhenti?
Gue akan coba..
"Kalau.."
"Kau kerja?"
Gue dan Bang Din ngomong bersamaan
"Lu kerja malam ini?" Bang Din nyerocos tetiba
Gue mengangguk
"Gua ikut nanti malam. Lagi suntuk gua. Sekaligus mau liat Rara
" Kata bang Din dengan wajah genit"
"Ah iya. Gue lupa. Gue mau ngasih tau bang Din sesuatu mengenai Rara
"Ohya bang, kata Rara, dia mau berhenti beberapa bulan lagi" Kata gue
"Berhenti jadi LC?" Tanya bang Din
"Iya bang" jawab gue
"Jadi pramuria, berhenti gak?"
"
"Gue kaget mendengar kalimat bang Din barusan. Gue pengen marah. Dari kemarin sepertinya bang Din melihat Rara begitu rendah. Gue gak terima itu.
"Bang, jaga mulut mu lah" Kata gue
"
""Dia emang wanita malam"
"Tapi sekarang dia uda mau berubah"
"Kau gak berhak merendahkan dia"
Kata gue
"Lu lupa apa yang gua bilang?" tanya bang Din
"Sifat orang gak akan berubah selamanya" Kata bang Din lagi
"Gak mungkin!" gue setengah berteriak
"
""Selama masih ada kesempatan, biarkan dia berubah untuk lebih baik"
"Kau teman lamanya bang.."
"Seharusnya kau dukung dia"
Kata gue
"Hahahaha" Bang Din tertawa
"
""Gua gak mau debat sama lu. Gak ada gunanya. Hahaha" Kata bang Din
"
"Gue jengkel dengan sikap bang Din.
Gue beneran gak suka caranya.
Apa dia tidak ngaca dulu?
Dia pecandu narkobah, Rara pekerja malam.
Kalau Rara saja mau berubah
Kenapa dia tidak?
Bodoh..
"Ehh, kok lu bisa tau?" Tanya bang Din
"Dia cerita ke aku bang" jawab gue
"Gak mungkin.."
"
""Jek, gua tau sifat Rara gimana. Dia gak mungkin semudah itu cerita ke orang lain persoalan personal seperti itu. Kau habis ngapain lagi sama dia? Tidur lagi?" Kata bang Din
"
""Bang, kau bisa gak menjelekkan Rara?!" Kata gue sedikit emosi
"Terus? Kenapa dia tiba-tiba cerita?" Bang Din penasaran
Akhirnya dengan malu-malu gue ceritain kalo kemarin gue nembak Rara.
Tidak ketinggalan juga bagian ketika gue dimarah-marahin oleh Rara.
Termasuk didalamnya ketika Rara mengatakan bahwa gue hanya sebatas nafsu dengan doi.
"Hahahaha
"Bang Din cuman tertawa terbahak-bahak dari pertama kali gue cerita sampai selesai. Tidak ada komentar berarti. Cuman "ha" yang keluar berkali-kali dari mulutnya
"
""Pengalaman pertama memang susah yang dilupakan jek
" Goda bang Din"
"Gue tidak berharap komentar seperti ini. Sialan..
"Kenapa kau tembak dia?" tanya bang Din
"Entah, aku gak tau bang" jawab gue
"Kebawa perasaan lu?" Kata bang Din
"
""Setelah lu tau dia ditinggal nikah sama Bambang, lu jadi simpatik kan sama dia?" Kata bang Din
"
""Gak mungkin lu gak kebawa perasaan. Lu tipe orang kayak gitu" kata bang Din
"fak" gumam gue dalam hati.
Apa iya gue se melankolis ini??
"Gini ya jek, gua kasih tau"
"Umur lu sama umur dia berapa berapa tahun?"
"Dia bukan seumuran lu lagi yang suka lawan jenis"
"Malu-malu kucing"
"Umur dia, seharusnya uda umur untuk nikah"
Kata bang Din
"Iya tau bang.." jawab gue lesu
"Cari cewek lain lah!" Teriak bang Din
"
"Gue melihat jam dinding dikamar bang Din. Ternyata kita uda ngobrol begitu lama. Akhirnya gue harus siap-siap untuk berangkat kerja karena memang sudah waktunya.
***
Gue berangkat bareng bang Din hari ini. Seperti biasa, dia cuman duduk-duduk dilounge sambil minum-minum gak jelas. Daritadi dia ngebet pengen ketemu Rara. Tapi sialnya pas kita berdua nyampe, Rara sudah dibooking orang. Jadi gak mungkin bang Din bisa ketemu Rara. Palingan berharap saja tamunya Rara mau ke lounge atau ketemu entar pas pulang gawean.
Skip.. skip.. skip..
Ternyata Rara gak ke lounge sampai gue uda beberes untuk balik. Biasanya sih gue bakal ketemu Rara di pintu masuk. Doi mesti lagi nunggu taxi kalo misalnya Rara gak pulang ikut bus jemputan.
Ehh, belum sempat gue jalan menuju pintu keluar. Saat gue balik lagi ke meja bang Din untuk ngajak dia pulang, Rara menghampiri gue.
"
""Kenapa kamu? Kayak ngeliat setan" kata Rara
"
"Gue gak pernah menyangka. Dari awal gue kenal Rara, belum pernah sekalipun bahu gue ditepuk olehnya. Atau lebih gampangnya, belum sekalipun doi yang pertama kali nyari gue. Tapi kali ini, hal itu kejadian di gue..
Tampaknya bang Din melihat gue dan Rara. Dia segera menghampiri kami
"Bang" Panggil Rara
"Ehh, elu Ra, belum balik?" Kata bang Din
"Belum bang" Jawab Rara
"Jek.. Ini buat kamu
" Rara memberikan gue kado"
""Maaf ya telat"
"selamat ulang tahun
""
"Gue menerima kado itu sambil menjabat tangan Rara
Wajah gue segera memerah dengan sendirinya
"plak!"
Kepala gue dipukul bang Din
"
""Kau ulang tahun gak bilang-bilang?!
" Teriak bang DinRara tertawa melihat tingkah kami
"Aku duluan ya" Rara mengundurkan diri
"Eh tunggu!" panggil bang Din ke Rara
"
""Anak ini belum ngomong terima kasih" Kata bang Din menunjuk ke gue
"
""Makasih Ra" gue setengah menundukkan badan
"Sama-sama
" jawab RaraGue menggoyang-goyangkan isi kado tersebut. Gue penasaran dengan apa yang diberikan oleh Rara. Tapi sama sekali tidak tertebak. Tidak ada suara. Tidak ada guncangan. Kotaknya berukuran dua kali telapak tangan. Kira-kira apa ya?
Setelah Rara pergi agak jauh
"Buka.." Kata bang Din
"
""Buka.. penasaran gua" Kata bang Din tidak sabar
"
"Perasaan ini kado gue deh. Heran..
Gue buka perlahan-lahan hingga terlihat bungkusan kardus didalamnya.
Hmm..
Gue buka penutup kardusnya..
Ternyata..
"
"Gue gak percaya apa yang diberikan oleh Rara.
Refleks gue memberikan benda yang ada ditangan gue kepada bang Din.
Lalu gue memutar badan mengejar Rara yang sudah terlebih dahulu jalan keluar.
Ketika sampai, sambil mengatur nafas gue yang memburu, gue mencari-cari sosok Rara
Ternyata tidak ada..
Nampaknya dia telah pulang dengan taxi.
Ahh, telepon!
Gue harus telepon doi sekarang juga!
Tapi hp gue ada didalam bersama tas yang gue titipkan ke bang Din.
Gue berlari kembali ke dalam.
Bang Din tengah ngoceh-ngoceh ke gue.
Tapi tidak gue hiraukan karena gue sibuk mencari hp.
Ketemu!
Gue dial nomor Rara..
"tuut.. tuuut... tuuuuut..."
"tuut.. tuuut... tuuuuut..."
Tidak tersambung..
Gue coba lagi
"tuut.. tuuut... tuuuuut..."
Gagal
Dengan segera gue mengetik pesan untuk Rara
Tapi gue bingung apa yang harus gue ketik
Tidak ada kata-kata yang bisa menjelaskan perasaan gue sekarang..
"Ra, thanks banget ya.."
Saking bingungnya, gue mengirim pesan itu kepada Rara.
Hp gue bergetar beberapa menit kemudian..
"Jangan sia-siakan tiap pasir mu yang jatuh (: "
dari Rara"Kamu juga (: "
to RaraRara memberikan gue sebuah jam pasir.
Sebuah doa terucap dibibir gue dengan sendirinya..
Tuhan,
Kalau memang Rara masih diberi kesempatan..
Tolong bimbing dia..
Kalau memang Rara masih diberi kesempatan..
Tolong bimbing dia..
Diubah oleh pujangga1000 05-05-2015 05:08
jenggalasunyi dan 5 lainnya memberi reputasi
6
