- Beranda
- Stories from the Heart
[Action, Special Ability] Erik the Vampire Hunter
...
TS
Shadowroad
[Action, Special Ability] Erik the Vampire Hunter
Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Ane mau share novel buatan ane sendiri gan
Novel ane bergenre action, horror, romance, school-life dan supranatural
Inspirasi dapat dari alur game, film, anime, kehidupan, komik, mitologi, legenda dan novel yang pernah ane amati
Part 62: Erik dan Vela Versus Pengendali Tulang
Spoiler for Begini gan ceritanya::
Gan, setelah baca mohon komennya, ya
Ane sangat menerima kritik dan saran
Pertanyaan juga sangat dianjurkan, supaya agan2 dapat lebih memahami cerita yang rumit ini
Kalau terjadi kesalahan seperti tanda baca, kurang jelas, ketidak konsistenan cerita mohon diingatkan ya gan
Terima kasih gan
Diubah oleh Shadowroad 26-11-2017 06:31
2
86.8K
544
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
32.7KThread•52KAnggota
Tampilkan semua post
TS
Shadowroad
#86
Part 11: Kematian Rudy
Anak panah pasir Rudy hampir sempurna. Sebelum panah Rudy sempurna, Erik secepat mungkin melesatkan listrik berwarna biru yang dikumpulkannya dari tadi menjadi empat garis listrik ke tubuh Rudy. Listriknya memang belum sempurna. Tujuan Erik minimal memang melukainya untuk sementara. Sehingga tidak perlu listrik biru pembunuh yang sempurna.
Rudy mengubah taktiknya menjadi bertahan karena dia tahu serangan Erik lebih cepat dari yang dia duga. Anak panah pasir yang berada di atas kepala Rudy dan awalnya ingin dilemparkannya ke leher Erik, kini berada di genggamannya untuk menangkis serangan Erik. Tiga garis listrik berhasil berhasil ditangkis oleh anak panah pasir. Hanya saja satu garis listrik berhasil menghancurkan tulang selangka kiri Rudy. Pengendali pasir itu menjerit dan berlari mundur. Dia tiba-tiba menghilang di balik peti muatan.
Selama Rudy menghilang, Erik cepat-cepat menaburkan serbuk regenerasi di kakinya yang terluka. Gara-gara cambukan Rudy barusan, Erik menghabiskan satu bungkus serbuk regenerasi. Sekarang dia hanya memiliki satu bungkus lagi dan tentunya dia harus baik-baik dalam menggunakannya. Setelah serbuknya habis, Erik perlahan berjalan ke arah kapal. Tangannya menopang tubuhnya dengan cara bertumpu pada peti muatan yang ada di sebelah kanannya. Perlahan-lahan rasa perih di kakinya hilang sedikit demi sedikit.
Kenapa dia kabur? Berencana untuk melakukan serangan mendadak? Atau hanya menyembuhkan diri seperti yang kulakukan barusan? Atau mungkin keduanya? Ah, entahlah. Bagian terburuknya adalah dia mengetahui kakiku, pikir Erik.
Rasa perih di kaki Erik sudah menghilang dan darahnya pun sudah membeku. Ketika sampai di perempatan, Erik melihat tali sepatunya terurai sehingga Erik langsung berlutut untuk merapikan talinya. Bersamaan dengan itu, Erik merasakan ada sesuatu yang meleset di atasnya. Dia menoleh ke kiri dan melihat anak panah pasir yang ujungnya bercabang dua bergerak lurus sebelum akhirnya menglubangi peti muatan yang ada di sebelah kiri Erik.
Rudy langsung tiarap dan tidak membalas perkataan Erik. Sepertinya dia waspada pada sifat Erik yang suka mengalihkan konsentrasi dengan cara mengajak lawan bicara.
Pikiran Erik mengucap syukur tanpa henti pada Tuhan karena telah menyelamatkan nyawanya dengan cara menguraikan tali sepatunya. Yang perlu dia jaga sekarang adalah jangan sampai Rudy melukai kakinya lagi. Karena Erik tahu benar, bahwa mulai saat ini, kemungkinan besar Rudy akan terus-terusan menyerang kakinya.
Rudy sudah membentuk semua pasirnya menjadi dua anak panah. Panah yang satu berada di sebelah kiri Erik, yang langsung dilesatkannya tapi berhasil dihindari Erik dengan cara melompat. Dan panah yang kedua yang awalnya berada di atas kepala Rudy dan langsung ditembakan ketika Erik berada di udara. Tetapi panah kedua berhasil dihancurkan dengan listrik biru.
Di saat itu pula Erik segera berlari menghampiri tangga ketika Rudy masih tiarap dan tak melihat dimana dirinya. Erik yang sekarang berada di atas peti muatan membuat Rudy terkejut. Erik meraba pinggang untuk mengambil pistolnya.
Rudy langsung berlari ke arah Erik dengan tangan terkepal. Pengendali pasir itu langsung memukul pipi kanan Erik hingga terhempas. Rudy cukup pintar, dia langsung berlari dan memilih pertarungan jarak dekat untuk mencegah Erik menembak.
Erik mengusap darah yang keluar dari bibirnya. Rudy berlari kea rah Erik dengan tangan terkepal. Erik segera bangkit dan menangkap tinju Rudy dengan tangan kiri kemudian mendaratkan tinjunya di pipi kiri Rudy.
Rudy memukul perut Erik. Membuat tubuh Erik condong ke depan. Di saat itu pula, Rudy meraih kepala Erik dan membenturkannya ke lututnya. Darah mengucur dari hidung Erik. Rudy membenturkan lagi hingga mengenai kepala Erik. Baru ketiga kalinya Erik berhasil menahan lutut Rudy dengan tangannya. Di saat itu juga, Erik menyengat kaki Rudy dengan kejutan listriknya. Lagi-lagi kaki Rudy mengalami kelumpuhan.
Karena kepalanya masih pusing, Erik tak bisa langsung menyerangnya. Hidungnya juga masih mengeluarkan darah gara gara-gara serangan Rudy tadi. Namun, Erik tidak membuang waktunya sia-sia. Dia menciptakan granat listrik berwarna biru.
“Oi … oi …,” kata Rudy yang tahu nyawanya terancam.
Rudy berusaha bangkit namun apa daya masih belum bisa merasakan kakinya. Akhirnya dia menggulingkan tubuhnya ketika Erik sudah melempatkan granatnya. Beruntung, Rudy berhasil meraih tepian peti muatan ketika granat listrik meledak melubangi bagian atas muatan.
Erik sendiri berhasil meraih tangga ketika dia melemparkan granatnya. Pengendali listrik itu menuruni tangga. Pusingnya belum hilang benar. Dia menuruni tangga sambil terhuyung-huyung.
Erik terengah-rengah sambil bersandar di peti muatan. Dia memijat kepalanya. Erik mencoba bangkit. Dia berjalan terhuyung-huyung untuk mencari Rudy.
Erik berjalan ke arah kapal. Baru saja memulai berjalan, Erik melihat Rudy muncul di hadapannya. Dia hanya berdiri di depan Erik dengan mata yang sangat geram. Bagian kepalanya mengucurkan darah. Erik tahu bahwa Rudy mengalami patah tulang. Dilihat dari jubah yang melingkar di bahu kanan Rudy. Tangan kirinya diletakkan di lingkaran jubahnya. Erik tersenyum. Tangan kiri dan selangka kiri Rudy sudah hancur.
Rudy mengangkat tangan kanannya tinggi. Ketika tangannya sudah sampai di atas, Rudy mengepalkan tangannya. Setelah itu, dia menurunkan tangannya. Tujuh panah pasir muncul dari atas muatan.
Erik berhasil menghancurkan dua panah pasir dan menghindari kelimanya. Mengejutkan, lima panah sisanya mengejar Erik. Dua panah pasir menusuk lengan kiri Erik hingga menimbulkan luka yang cukup dalam. Erik langsung menghancurkan dua panah yang menusuknya itu. Sisanya tinggal tiga panah yang mengejar Erik. Mengubah strateginya, Erik langsung berlari menggunakan sisa energy dan staminanya menuju ke Rudy. Listrik di tangan kanan Erik berwarna biru berpercikan.
Tahu Erik akan membunuhnya, Rudy mempercepat anak panah pasirnya. Tiga anak panah itu sukses menusuk punggung Erik.
Kepanikan melanda kepala Rudy. Dia mengira tiga anak panah tadi menikam Erik cukup dalam dan membunuhnya. Tapi tidak sesuai dugaannya. Malah membuat Erik semakin brutal. Rudy mundur dengan kaki kanan terpincang-pincang. Namun terlambat.
Tangan kanan Erik menembus dada kiri Rudy hingga mendorongnya ke peti muatan di belakang Rudy. Peti muatan itu hancur dan berlubang karena listrik Erik. Tangan kanan Erik bermandikan darah karena dia telah menghancurkan jantung Rudy. Tubuh Rudy yang sudah tak bernyawa hangus mengeluarkan asap. Erik menarik tangan kanannya, berjalan menjauhi mayat Rudy dan menyandarkan tubuhnya di peti muatan.
Karena ada pasir di punggungnya, luka Erik terasa semakin perih saja. Dia mengambil serbuk regenerasi dan menaburkannya di luka-lukanya. Tubuhnya benar-benar terasa berat. Tak kuat menahan tubuhnya, Erik akhirnya roboh.
Rudy mengubah taktiknya menjadi bertahan karena dia tahu serangan Erik lebih cepat dari yang dia duga. Anak panah pasir yang berada di atas kepala Rudy dan awalnya ingin dilemparkannya ke leher Erik, kini berada di genggamannya untuk menangkis serangan Erik. Tiga garis listrik berhasil berhasil ditangkis oleh anak panah pasir. Hanya saja satu garis listrik berhasil menghancurkan tulang selangka kiri Rudy. Pengendali pasir itu menjerit dan berlari mundur. Dia tiba-tiba menghilang di balik peti muatan.
Selama Rudy menghilang, Erik cepat-cepat menaburkan serbuk regenerasi di kakinya yang terluka. Gara-gara cambukan Rudy barusan, Erik menghabiskan satu bungkus serbuk regenerasi. Sekarang dia hanya memiliki satu bungkus lagi dan tentunya dia harus baik-baik dalam menggunakannya. Setelah serbuknya habis, Erik perlahan berjalan ke arah kapal. Tangannya menopang tubuhnya dengan cara bertumpu pada peti muatan yang ada di sebelah kanannya. Perlahan-lahan rasa perih di kakinya hilang sedikit demi sedikit.
Kenapa dia kabur? Berencana untuk melakukan serangan mendadak? Atau hanya menyembuhkan diri seperti yang kulakukan barusan? Atau mungkin keduanya? Ah, entahlah. Bagian terburuknya adalah dia mengetahui kakiku, pikir Erik.
Rasa perih di kaki Erik sudah menghilang dan darahnya pun sudah membeku. Ketika sampai di perempatan, Erik melihat tali sepatunya terurai sehingga Erik langsung berlutut untuk merapikan talinya. Bersamaan dengan itu, Erik merasakan ada sesuatu yang meleset di atasnya. Dia menoleh ke kiri dan melihat anak panah pasir yang ujungnya bercabang dua bergerak lurus sebelum akhirnya menglubangi peti muatan yang ada di sebelah kiri Erik.
Quote:
Rudy langsung tiarap dan tidak membalas perkataan Erik. Sepertinya dia waspada pada sifat Erik yang suka mengalihkan konsentrasi dengan cara mengajak lawan bicara.
Pikiran Erik mengucap syukur tanpa henti pada Tuhan karena telah menyelamatkan nyawanya dengan cara menguraikan tali sepatunya. Yang perlu dia jaga sekarang adalah jangan sampai Rudy melukai kakinya lagi. Karena Erik tahu benar, bahwa mulai saat ini, kemungkinan besar Rudy akan terus-terusan menyerang kakinya.
Rudy sudah membentuk semua pasirnya menjadi dua anak panah. Panah yang satu berada di sebelah kiri Erik, yang langsung dilesatkannya tapi berhasil dihindari Erik dengan cara melompat. Dan panah yang kedua yang awalnya berada di atas kepala Rudy dan langsung ditembakan ketika Erik berada di udara. Tetapi panah kedua berhasil dihancurkan dengan listrik biru.
Di saat itu pula Erik segera berlari menghampiri tangga ketika Rudy masih tiarap dan tak melihat dimana dirinya. Erik yang sekarang berada di atas peti muatan membuat Rudy terkejut. Erik meraba pinggang untuk mengambil pistolnya.
Rudy langsung berlari ke arah Erik dengan tangan terkepal. Pengendali pasir itu langsung memukul pipi kanan Erik hingga terhempas. Rudy cukup pintar, dia langsung berlari dan memilih pertarungan jarak dekat untuk mencegah Erik menembak.
Erik mengusap darah yang keluar dari bibirnya. Rudy berlari kea rah Erik dengan tangan terkepal. Erik segera bangkit dan menangkap tinju Rudy dengan tangan kiri kemudian mendaratkan tinjunya di pipi kiri Rudy.
Rudy memukul perut Erik. Membuat tubuh Erik condong ke depan. Di saat itu pula, Rudy meraih kepala Erik dan membenturkannya ke lututnya. Darah mengucur dari hidung Erik. Rudy membenturkan lagi hingga mengenai kepala Erik. Baru ketiga kalinya Erik berhasil menahan lutut Rudy dengan tangannya. Di saat itu juga, Erik menyengat kaki Rudy dengan kejutan listriknya. Lagi-lagi kaki Rudy mengalami kelumpuhan.
Karena kepalanya masih pusing, Erik tak bisa langsung menyerangnya. Hidungnya juga masih mengeluarkan darah gara gara-gara serangan Rudy tadi. Namun, Erik tidak membuang waktunya sia-sia. Dia menciptakan granat listrik berwarna biru.
“Oi … oi …,” kata Rudy yang tahu nyawanya terancam.
Rudy berusaha bangkit namun apa daya masih belum bisa merasakan kakinya. Akhirnya dia menggulingkan tubuhnya ketika Erik sudah melempatkan granatnya. Beruntung, Rudy berhasil meraih tepian peti muatan ketika granat listrik meledak melubangi bagian atas muatan.
Erik sendiri berhasil meraih tangga ketika dia melemparkan granatnya. Pengendali listrik itu menuruni tangga. Pusingnya belum hilang benar. Dia menuruni tangga sambil terhuyung-huyung.
Quote:
Erik terengah-rengah sambil bersandar di peti muatan. Dia memijat kepalanya. Erik mencoba bangkit. Dia berjalan terhuyung-huyung untuk mencari Rudy.
Quote:
Erik berjalan ke arah kapal. Baru saja memulai berjalan, Erik melihat Rudy muncul di hadapannya. Dia hanya berdiri di depan Erik dengan mata yang sangat geram. Bagian kepalanya mengucurkan darah. Erik tahu bahwa Rudy mengalami patah tulang. Dilihat dari jubah yang melingkar di bahu kanan Rudy. Tangan kirinya diletakkan di lingkaran jubahnya. Erik tersenyum. Tangan kiri dan selangka kiri Rudy sudah hancur.
Quote:
Rudy mengangkat tangan kanannya tinggi. Ketika tangannya sudah sampai di atas, Rudy mengepalkan tangannya. Setelah itu, dia menurunkan tangannya. Tujuh panah pasir muncul dari atas muatan.
Erik berhasil menghancurkan dua panah pasir dan menghindari kelimanya. Mengejutkan, lima panah sisanya mengejar Erik. Dua panah pasir menusuk lengan kiri Erik hingga menimbulkan luka yang cukup dalam. Erik langsung menghancurkan dua panah yang menusuknya itu. Sisanya tinggal tiga panah yang mengejar Erik. Mengubah strateginya, Erik langsung berlari menggunakan sisa energy dan staminanya menuju ke Rudy. Listrik di tangan kanan Erik berwarna biru berpercikan.
Tahu Erik akan membunuhnya, Rudy mempercepat anak panah pasirnya. Tiga anak panah itu sukses menusuk punggung Erik.
Quote:
Kepanikan melanda kepala Rudy. Dia mengira tiga anak panah tadi menikam Erik cukup dalam dan membunuhnya. Tapi tidak sesuai dugaannya. Malah membuat Erik semakin brutal. Rudy mundur dengan kaki kanan terpincang-pincang. Namun terlambat.
Tangan kanan Erik menembus dada kiri Rudy hingga mendorongnya ke peti muatan di belakang Rudy. Peti muatan itu hancur dan berlubang karena listrik Erik. Tangan kanan Erik bermandikan darah karena dia telah menghancurkan jantung Rudy. Tubuh Rudy yang sudah tak bernyawa hangus mengeluarkan asap. Erik menarik tangan kanannya, berjalan menjauhi mayat Rudy dan menyandarkan tubuhnya di peti muatan.
Quote:
Karena ada pasir di punggungnya, luka Erik terasa semakin perih saja. Dia mengambil serbuk regenerasi dan menaburkannya di luka-lukanya. Tubuhnya benar-benar terasa berat. Tak kuat menahan tubuhnya, Erik akhirnya roboh.
0