Kaskus

Story

pujangga1000Avatar border
TS
pujangga1000
Kelakuan Anak Kuliah
Kelakuan Anak Kuliah

Takut mati? Jangan hidup ~
Takut hidup? Mati saja... - Anak kostan

Quote:

Quote:

Buat ngobrol santai
(click!)Kamar 3A

Quote:


emoticon-rainbow----------------------------------------------------------------------------------emoticon-rainbow

emoticon-rainbow========================================emoticon-rainbow


pujangga1000
Diubah oleh pujangga1000 19-09-2016 03:37
faeyzarbnAvatar border
hllowrld23Avatar border
yusrillllllAvatar border
yusrillllll dan 23 lainnya memberi reputasi
22
3.9M
7.4K
Thread Digembok
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
Stories from the Heart
KASKUS Official
32.7KThread51.8KAnggota
Tampilkan semua post
pujangga1000Avatar border
TS
pujangga1000
#3689
Mistake
Sebenarnya gue malu sama Rara. Kira-kira apa ya yang dipikirkan doi tentang gue? Anak muda yang masih labil? Tidak tau malu? Cuman pengen main-main doank? Cuman sekedar nafsu? Nampaknya semua yang dikatakan ada benarnya. Gue jadi ragu sama perasaan gue sendiri terhadap Rara. Apa karena gue tau masa lalunya dari cerita-cerita bang Din? Oleh karena itu gue jadi simpatik terhadap doi?

Apa benar gue suka sama Rara? Atau gue cuman kasihan dengan dia? Kayaknya gue masih harus bertanya pada diri gue sendiri. Tapi caranya? Arghhh, gue pusing..

***
Gue gak masuk kuliah hari ini, karena tadi pagi gue pulang telat hampir jam 7 pagi. Gue gak akan keburu masuk kelas pagi. Lagipula gue capek banget, jadi gue putuskan untuk istirahat saja. Saat bangun, gue liat jam di hp, ternyata uda jam 3 sore. Gue mandi bentar lalu turun kebawah, rencananya mau beli rokok karena stok gue uda habis sekaligus mau mengisi perut. Saat di parkiran, gue liat motor bang Din masih ada tapi pintu kamarnya tertutup. Apa dia sedang tidur? Ohiya, gue ajak bang Din makan siang sekalian lah. Daripada gue makan sendiri. Gue juga sepertinya pengen cerita kejadian kemarin ke bang Din. Gue menangkap beberapa perkataan Rara yang gue rasa perlu gue sampaikan ke bang Din.

"tok..tok..tok.."

Gue mengetuk kamar bang Din.
Tidak ada yang membuka pintu. Apa dia gak ada dikostan? Tapi motornya ada kok. Apa mungkin dia keluar boncengan dengan anak kost yang lain?

Gue baru saja akan meninggalkan kamar bang Din, tapi langkah gue terhenti. Ada feeling gue untuk membuka pintu kamarnya.
Gue pengang gagang pintunya, gue putar.

"ceklek emoticon-Roll Eyes (Sarcastic) "

Pintunya terbuka. Gue intip kedalam..

" emoticon-Kagets "

Sekujur tubuh gue lemas.
Mata gue melotot memperhatikan seseorang yang tengah duduk bersandar pada dinding.
Sosok yang gue kenal betul.

" emoticon-Belo "

Gue ingin teriak.
Tapi suara gue tertahan ditenggorokan.
Gigi gue gemertak.
Gue takut..

Selama ini gue gak pernah melihatnya langsung..
Tapi kali ini dengan kedua mata kepala gue sendiri..
Semua berita-berita miring mengenai bang Din..
Terbukti..

Bang Din..
Tengah duduk dengan kepala mendongak ke belakang.
Ada beberapa benda yang gue tau persis fungsinya untuk apa.
Teman-teman gue ketika sekolah juga pernah menggunakannya.

Mata gue terbelalak melihatnya.
Gue sedih..
Sebenarnya gue tidak ingin mempercayainya,
tapi kali ini,
mau tidak mau, gue harus percaya..

Tanpa sadar, pintu semakin terbuka lebar.
Cahaya matahari dari luar masuk semakin banyak ke dalam kamar bang Din.
Sampai cahaya itu menyinari bang Din,
dan bang Din membuka matanya..

Bola matanya merah besar melihat ke gue.
Tidak ada suara..
Dengan gemetar, gue menutup kembali pintu tersebut.
Pikiran gue kalut tiba-tiba..
Tanpa sadar gue meneteskan air mata..

Bang Dino adalah sosok yang gue kagumi. Berkali-kali dia uda nolong gue. Ya walaupun gue gak sependapat soal dia mengenai Rara, tapi dia tetap abang yang gue hormati. Kita tidak lahir lewat satu rahim. Bahkan dalam diri kita tidak mengalir darah dari keluarga yang sama. Tapi gue uda anggap bang Din, sebagai abang kandung gue..

Gue memacu motor setelahnya. Selera makan gue jadi hilang. Pikiran gue kemana-mana. Gue yang masih galau soal Rara, sekarang ditambah dengan sedihnya gue melihat bang Din tadi. Setelah gue beli rokok, gue putar-putar kota Jogja. Gue gak berani pulang ke kostan dulu. Gue gak bisa membayangkan kalo gue ketemu bang Din, gue harus gimana? Pura-pura gak tau? Atau bersikap biasa doank?

Hp gue berbunyi, ada sms masuk. Gue cek..

"Jek, dimana lu?" emoticon-mail dari bang Din
" emoticon-Shutup "

Gue kaget. Kenapa bang Din sms..

"Beli rokok bang" emoticon-mail to bang Din
"Ohh.. balik masih lama? Gua titip rokok juga" emoticon-mail dari bang Din

Apa jangan-jangan bang Din tadi tidak sadar kalau gue buka pintu?

"Bentar lagi bang" emoticon-mail to bang Din

Gue putar balik motor ke arah kostan, sebelumnya gue singgah dulu di warung untuk beli pesanan bang Din. Saat gue baru sampai digerbang kostan. Gue bisa melihat bang Din tengah berdiri didepan kamarnya. Tapi...

Spoiler for tapi...:


Gue parkir motor gue,

"Lama amat, uda asam nih mulut emoticon-Mad" Bang Din marah-marah
" emoticon-EEK! "

Apa bang Din tidak tau kalau gue ngeliat tadi??

"Ini bang" Kata gue menyodorkan bungkusan rokok
"Berapa?" tanya bang Din
"Gak usah bang" jawab gue pelan
"Orang kaya dia sekarang ya emoticon-Big Grin " bang Din menggoda gue

Gue cuman tersenyum tipis membalas gurauan bang Din barusan..
Gue berusaha untuk berlalu dari bang Din.
Gue rasa suasananya benar-benar canggung antara gue dan bang Din..

"Jek.." panggil bang Din
" emoticon-Roll Eyes (Sarcastic) " gue merespon panggilannya
"Masuk dulu" perintah bang Din
" emoticon-Kagets "

Bang Din masuk kedalam kamarnya tanpa melihat gue lagi. Perintah dia barusan.. Gue merasa bukan dari bang Din yang biasa gue kenal. Suaranya barusan berbeda dengan suara yang gue dengar beberapa menit barusan ketika gue baru sampai di kostan. Ini adalah sosok bang Din yang gue lihat lebih "berkuasa".

Gue masuk kedalam kamarnya..

"Tutup pintu" perintah bang Din lagi
" emoticon-Roll Eyes (Sarcastic) "

Biasanya kalo gue sedang nongkrong dikamar bang Din, pintu tidak pernah terbuka. Karena kita berdua pasti ngerokok dan asapnya akan memenuhi ruangan kalau pintu ditutup. Gue tutup pintu. Bang Din terlihat baru saja akan duduk diatas ranjangnya. Gue masih berdiri mematung.

"Duduk" Katanya sambil membuka bungkusan rokoknya

Gue duduk didepan bang Din, bersandar ke sudut lemari pakaiannya.

"Lu tadi kemana?" Tanya bang Din
" emoticon-EEK! "
"Kemana?" suara bang Din lebih berat lagi
"Beli rokok bang" jawab gue jujur

"Selama itu?" tanya bang Din
" emoticon-Kagets "
"i.. iya bang" gue menelan ludah

Bang Din tidak pernah seserius ini kalau sedang ngobrol dengan gue.

"Rokok?" Bang Din menawarkan kepada gue
"Ngak bang, aku punya" gue mengeluarkan bungkusan rokok gue
"Ini rokok bukan ganja" kata bang Din
" emoticon-Kagets "

Iya gue tau, rokok itu gue yang beli. Tapi apa maksudnya bang Din mengatakan seperti itu? Kenapa kalimat sarkasme seperti ini yang harus gue dengar..

"Kenapa kau masuk kamar gua tadi?" Bang Din membakar rokoknya
"Aku mau ajak makan" Jawab gue jujur
"Terus?" Tanya bang Din

"Aku uda ketuk pintu, tapi gak ada yang buka. Aku lihat motormu masih ada, jadi kupikir kau dikamar bang" Jelas gue sedikit takut

"Jangan cerita siapa-siapa" Bang melotot ke gue

" emoticon-Kagets "

"Ngerti?!"

Gue gemetar..

"Iya bang.." jawab gue gugup

"Lain kali jangan asal masuk kamar orang" Kata bang Din

"Iya.." jawab gue lagi

Gue coba mengatur nafas gue yang sudah memburu. Gue keluarkan sebatang rokok.

"nih" bang Din menawarkan korek ke gue
"makasih bang" gue menerima korek tersebut

Hening.. Gue menghisap rokok gue beberapa saat. Bang Din juga terlihat mengetuk-ketukkan rokoknya ke asbak untuk membuang sisa bakarannya..

"Gimana kerjaan?" tanya bang Din
"Baik bang.." jawab gue singkat

Hening lagi..

"Gimana Rara?" tanya bang Din
"Kabarnya ya baik-baik aja bang" Jawab gue lagi

Hening untuk kesekian kalinya..
JabLai cOY
itkgid
jenggalasunyi
jenggalasunyi dan 6 lainnya memberi reputasi
7
Ikuti KASKUS di
© 2025 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.