- Beranda
- Stories from the Heart
Kelakuan Anak Kuliah
...
TS
pujangga1000
Kelakuan Anak Kuliah
Quote:
Quote:
Quote:
----------------------------------------------------------------------------------
========================================
pujangga1000
Diubah oleh pujangga1000 19-09-2016 03:37
yusrillllll dan 23 lainnya memberi reputasi
22
3.9M
7.4K
Thread Digembok
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
32.7KThread•51.9KAnggota
Tampilkan semua post
TS
pujangga1000
#3513
Genderang 1
Una? Apa maksudnya melakukan ini? Gue gak ngerti maunya dia itu apa. Tiba-tiba gue teringat omongan Widya pas makrab semester kemarin. Seingat gue, doi ngomong.. Doi ngomong apa?? Ahhh, semacam meminta gue bersahabat kembali dengan Una. Lalu untuk apa? Apa dia tidak mengerti apa yang gue rasakan atas perlakuan Una kepada gue? 
Memori demi memori muncul dikepala gue. Mulai dari bagaimana perkenalan gue dengan ketiga teman gue. Pertama kali gue kenal Wawan karena ospek. Kita sama-sama berimajinasi liar mengenai teman sekelompok kami. Hahaha lucu juga kalau diingat-ingat. Bisa-bisanya kami mengarah ke hal yang sama. Lalu beranjak ke rasa suka gue ke Widya. Sebentar! Kenapa gue bisa merelakan Widya tapi tidak dengan Una? Gue bisa menerima Wawan dan Widya jalan bareng, tapi gue gak bisa menerima Anton dan Una jalan bareng.
Pertanyaan bodoh. Masih ingat bagaimana pertama kali gue larut dalam permainan Una? Charlatan, someone do a confidence trick to gain advantages. Una memainkan trik dan melibatkan gue dalam permainannya. Gue baru sadar. Ini semua cuman sebatas permainan. Sebenarnya memang Una tidak punya perasaan apa-apa ke gue. Hanya gue yang terlalu berharap kepada Una dan melupakan bahwa semua ini hanyalah trik darinya. Bertepuk sebelah tangan? Sepertinya iya. Beda dengan kasus Widya. Dia sama sekali tidak tahu perasaan gue. Jadi gue terpaksa memendam rasa kecewa gue, agar gue tidak kehilangan teman.. Indeed..
Sejujurnya, gue malah berharap kejutan ini adalah ide dari Widya. Entahlah. Gue cuman ingin skenario seperti itu. Gue ingin Widya yang mengucapkan selamat ulang tahun kepada gue. Gue gak peduli apakah teman-teman gue ingat hari ulang tahun gue atau tidak. Not so important. Apa mungkin Wawan berbohong kepada gue? Kalau sebenarnya ini adalah ide dari Widya? Tapi Wawan mengatakan bahwa Una adalah dalang semuanya agar gue baikan dengan Una. Gue tidak boleh melupakan bahwa Wawan dan Widya bagaimanapun terkoneksi, jadi apa yang diketahui Wawan juga diketahui Widya, begitu juga sebaliknya.
Bicara soal teman-teman, sudah lama juga gue gak kumpul bareng mereka bertiga. Uda lama juga gue menutup diri. Alasannya cuman karena gue ditolak Una dan gue sakit hati dengannya. Unbelievable. Masih untung mereka mau merayakan ulang tahun gue. Sedangkan gue? Gak pernah peduli dengan mereka. Menganggap seakan-akan mereka musuh. Nampaknya gue harus berubah. Wawan dan Widya tidak punya masalah dengan gue. Okelah, but still an exception for Una. Mungkin nanti gue bisa dekat lagi dengan doi sebagai sahabat seperti sedia kala, ketika gue belum buta oleh cinta. Tapi untuk sekarang gak dulu deh. Karena masih ada bayang-bayang masa lalu menghantui gue..
***
Kerja ketika hari ulang tahun. Kenapa tidak? Toh gue tidak merayakan apa-apa.
Gue sibuk melayani tamu-tamu yang datang hari ini. Mondar mandir sana sini. Mencatat orderan, melayani pesanan, sambil ngobrol lepas dengan tamu. Ternyata setelah sekian bulan gue kerja disini, gue mulai dikenal sama beberapa tamu. Ada beberapa orang yang selalu minta untuk diorder oleh gue. Istilahnya mereka jadi pelanggan loyal gue. Entahlah, mungkin mereka senang dengan service yang gue berikan. Padahal gue gak punya pengalaman sebagai waiter sebelumnya. Beginner luck.
Dari pertama kali gue mulai kerja disini sampai sekarang, tabungan gue di bank uda terisi cukup banyak
. Kalau ditakar sih sebenarnya uda cukup untuk membayar uang kuliah gue yang bersisa sampai gue lulus 4 tahun. Ya cukup untuk bayar doank, tapi kalau ditambah biaya hidup sehari-hari sih belum cukup. Apalagi sepertinya nyokap belum membaik keadaan ekonominya. Gue masih harus lanjut kerja. Tapi gue menikmatinya kok, walaupun jam tidur gue jadi kebalik-balik 
Ngomong-ngomong, kok gue belum ngeliat Rara ya hari ini? Apa dia cuti? Kayaknya ngak deh. Kemarin seingat gue, ketika gue ngajak doi makan dihari ultah gue ini, dia bilang dia gak bisa karena gak bisa cuti. Hemmm.. Doi dimana ya?
"
"
Celingak-celinguk gue menerawang setiap sudut diruangan. Tapi tetap gue tidak menemukannya.
"
"
Gue mondar-mandir sambil nganterin pesanan tamu, gue tidak menemukan sosok doi.
Apa mungkin doi duduk dimeja yang bukan merupakan tanggung jawab gue?
Tapi ngak kok.
Setiap menit, setiap detik yang berlalu, gue selalu memperhatikan pintu masuk dan pintu keluar. Tapi gue tetap tidak menemukan sosok Rara. Hemmm..
Sampai akhirnya ketika waktunya pulang. Gue membereskan barang-barang gue ke dalam tas lalu memakai jaket untuk pulang. Ketika gue sampai ke pintu utama. Nah loh!
"
"
Ada Rara.
Doi berdiri sendiri, nampaknya sih doi telat untuk ikut mobil jemputan dari kantor. Jadi sepertinya doi harus nunggu taxi buat balik.
Gue deketin doi dari belakang tanpa membuat suara apapun. Lalu gue berdiri disebelahnya..
"Belum pulang Ra?" Kata gue basa basi
"
" Rara kaget
"
" Gue senyum
"Ohh belum nih, kamu?" Tanya Rara ke gue
"Ini mau balik
" gue nyengir
"Hati-hati ya
" Kata doi
Yaaah, kok gue diusir sih..
Tapi sepertinya doi capek, keliatan wajahnya sedikit lesu..
"Kamu gak ke lounge tadi?" Usaha gue biar bisa ngobrol lebih lama
"Ngak, tadi tamunya diroom doank" Jawab Rara
"ohhh"
"Eh iya, kamu kok masuk kerja sih?
" tanya Rara tiba-tiba
"Kan belum dipecat Ra
"
Gue gak ngerti kenapa doi tiba-tiba nanya gue seperti ini? Apa ini tanda-tanda kalo Rara uda bosen ngeliat gue?
"Haha, maksudnya kok kamu masuk? Kan hari ini ultah toh?" Tanya Rara
"
" gue kaget
Kok Rara masih inget? Walaupun ini simple, tapi buat gue, dengan Rara masih mengingat hari ulang tahun gue, itu uda special banget buat gue.
"Bukannya kamu ada acara makan-makan ya?" Tanya Rara lagi
"Heee??
"
"
" Rara menunggu jawaban gue
Ahhh.. Gue ngerti sekarang. Sepertinya Rara menduga bahwa gue traktir makan ke teman-teman gue semua. Padahal rencana gue cuman mau makan berdua dengan Rara. Ternyata Rara salah paham.
"Ehh ngak.. ngak.." Gue mengayunkan tangan
"
" Rara tampak kebingungan..
"Hmmm
" gue malu mengatakan yang sebenarnya
Rara memiringkan kepalanya
"Aku tuh ngajak makan kamu doank, hehe bukan rame-rame hehe
" Gue mengatakan terbata-bata
"
"
"Berdua?
" Rara memastikan perkataan gue barusan
"Yuuup" Gue merunduk
"Ayuk lah kalo gitu" Kata Rara
"
"
"Se.. seka.. sekarang??" Tanya gue dengan kaget
"Iya donk jek, kan ulang tahunnya sekarang" Jawab Rara
"
" Gue gak tau mau ngomong apa
"Ehh uda lewat ya, kan uda lewat tengah malam" Kata Rara
"Gapapa kok gapapa
" Kata gue segera
"Tapi mau dimana?" Tanya gue
"Kamu pengennya dimana?" Tanya Rara
"
" gue berpikir sejenak
"Kalo yang buka sekarang sih cuman KFC doank" jawab gue polos
"Yauda
" Jawab Rara
"
" Gue masih gak percaya
"Kok bengong? Kamu bawa motor kan?" Tanya Rara
"Ehh, bawa kok, gak mau taxi aja?" Tanya gue
"Lama" jawab Rara singkat
Seketika itu juga gue lepas jaket gue. Gue berikan ke Rara.
Dia tertawa sejenak. Lalu kami berjalan ke arah motor gue.
Hati gue senang banget..
I gone insane

Memori demi memori muncul dikepala gue. Mulai dari bagaimana perkenalan gue dengan ketiga teman gue. Pertama kali gue kenal Wawan karena ospek. Kita sama-sama berimajinasi liar mengenai teman sekelompok kami. Hahaha lucu juga kalau diingat-ingat. Bisa-bisanya kami mengarah ke hal yang sama. Lalu beranjak ke rasa suka gue ke Widya. Sebentar! Kenapa gue bisa merelakan Widya tapi tidak dengan Una? Gue bisa menerima Wawan dan Widya jalan bareng, tapi gue gak bisa menerima Anton dan Una jalan bareng.
Pertanyaan bodoh. Masih ingat bagaimana pertama kali gue larut dalam permainan Una? Charlatan, someone do a confidence trick to gain advantages. Una memainkan trik dan melibatkan gue dalam permainannya. Gue baru sadar. Ini semua cuman sebatas permainan. Sebenarnya memang Una tidak punya perasaan apa-apa ke gue. Hanya gue yang terlalu berharap kepada Una dan melupakan bahwa semua ini hanyalah trik darinya. Bertepuk sebelah tangan? Sepertinya iya. Beda dengan kasus Widya. Dia sama sekali tidak tahu perasaan gue. Jadi gue terpaksa memendam rasa kecewa gue, agar gue tidak kehilangan teman.. Indeed..
Sejujurnya, gue malah berharap kejutan ini adalah ide dari Widya. Entahlah. Gue cuman ingin skenario seperti itu. Gue ingin Widya yang mengucapkan selamat ulang tahun kepada gue. Gue gak peduli apakah teman-teman gue ingat hari ulang tahun gue atau tidak. Not so important. Apa mungkin Wawan berbohong kepada gue? Kalau sebenarnya ini adalah ide dari Widya? Tapi Wawan mengatakan bahwa Una adalah dalang semuanya agar gue baikan dengan Una. Gue tidak boleh melupakan bahwa Wawan dan Widya bagaimanapun terkoneksi, jadi apa yang diketahui Wawan juga diketahui Widya, begitu juga sebaliknya.
Bicara soal teman-teman, sudah lama juga gue gak kumpul bareng mereka bertiga. Uda lama juga gue menutup diri. Alasannya cuman karena gue ditolak Una dan gue sakit hati dengannya. Unbelievable. Masih untung mereka mau merayakan ulang tahun gue. Sedangkan gue? Gak pernah peduli dengan mereka. Menganggap seakan-akan mereka musuh. Nampaknya gue harus berubah. Wawan dan Widya tidak punya masalah dengan gue. Okelah, but still an exception for Una. Mungkin nanti gue bisa dekat lagi dengan doi sebagai sahabat seperti sedia kala, ketika gue belum buta oleh cinta. Tapi untuk sekarang gak dulu deh. Karena masih ada bayang-bayang masa lalu menghantui gue..
***
Kerja ketika hari ulang tahun. Kenapa tidak? Toh gue tidak merayakan apa-apa.
Gue sibuk melayani tamu-tamu yang datang hari ini. Mondar mandir sana sini. Mencatat orderan, melayani pesanan, sambil ngobrol lepas dengan tamu. Ternyata setelah sekian bulan gue kerja disini, gue mulai dikenal sama beberapa tamu. Ada beberapa orang yang selalu minta untuk diorder oleh gue. Istilahnya mereka jadi pelanggan loyal gue. Entahlah, mungkin mereka senang dengan service yang gue berikan. Padahal gue gak punya pengalaman sebagai waiter sebelumnya. Beginner luck.
Dari pertama kali gue mulai kerja disini sampai sekarang, tabungan gue di bank uda terisi cukup banyak
. Kalau ditakar sih sebenarnya uda cukup untuk membayar uang kuliah gue yang bersisa sampai gue lulus 4 tahun. Ya cukup untuk bayar doank, tapi kalau ditambah biaya hidup sehari-hari sih belum cukup. Apalagi sepertinya nyokap belum membaik keadaan ekonominya. Gue masih harus lanjut kerja. Tapi gue menikmatinya kok, walaupun jam tidur gue jadi kebalik-balik 
Ngomong-ngomong, kok gue belum ngeliat Rara ya hari ini? Apa dia cuti? Kayaknya ngak deh. Kemarin seingat gue, ketika gue ngajak doi makan dihari ultah gue ini, dia bilang dia gak bisa karena gak bisa cuti. Hemmm.. Doi dimana ya?
"
"Celingak-celinguk gue menerawang setiap sudut diruangan. Tapi tetap gue tidak menemukannya.
"
"Gue mondar-mandir sambil nganterin pesanan tamu, gue tidak menemukan sosok doi.
Apa mungkin doi duduk dimeja yang bukan merupakan tanggung jawab gue?
Tapi ngak kok.
Setiap menit, setiap detik yang berlalu, gue selalu memperhatikan pintu masuk dan pintu keluar. Tapi gue tetap tidak menemukan sosok Rara. Hemmm..
Sampai akhirnya ketika waktunya pulang. Gue membereskan barang-barang gue ke dalam tas lalu memakai jaket untuk pulang. Ketika gue sampai ke pintu utama. Nah loh!
"
"Ada Rara.
Doi berdiri sendiri, nampaknya sih doi telat untuk ikut mobil jemputan dari kantor. Jadi sepertinya doi harus nunggu taxi buat balik.
Gue deketin doi dari belakang tanpa membuat suara apapun. Lalu gue berdiri disebelahnya..
"Belum pulang Ra?" Kata gue basa basi
"
" Rara kaget"
" Gue senyum"Ohh belum nih, kamu?" Tanya Rara ke gue
"Ini mau balik
" gue nyengir"Hati-hati ya
" Kata doiYaaah, kok gue diusir sih..
Tapi sepertinya doi capek, keliatan wajahnya sedikit lesu..
"Kamu gak ke lounge tadi?" Usaha gue biar bisa ngobrol lebih lama
"Ngak, tadi tamunya diroom doank" Jawab Rara
"ohhh"
"Eh iya, kamu kok masuk kerja sih?
" tanya Rara tiba-tiba"Kan belum dipecat Ra
"Gue gak ngerti kenapa doi tiba-tiba nanya gue seperti ini? Apa ini tanda-tanda kalo Rara uda bosen ngeliat gue?

"Haha, maksudnya kok kamu masuk? Kan hari ini ultah toh?" Tanya Rara
"
" gue kagetKok Rara masih inget? Walaupun ini simple, tapi buat gue, dengan Rara masih mengingat hari ulang tahun gue, itu uda special banget buat gue.

"Bukannya kamu ada acara makan-makan ya?" Tanya Rara lagi
"Heee??
""
" Rara menunggu jawaban gueAhhh.. Gue ngerti sekarang. Sepertinya Rara menduga bahwa gue traktir makan ke teman-teman gue semua. Padahal rencana gue cuman mau makan berdua dengan Rara. Ternyata Rara salah paham.
"Ehh ngak.. ngak.." Gue mengayunkan tangan
"
" Rara tampak kebingungan.."Hmmm
" gue malu mengatakan yang sebenarnyaRara memiringkan kepalanya
"Aku tuh ngajak makan kamu doank, hehe bukan rame-rame hehe
" Gue mengatakan terbata-bata"
""Berdua?
" Rara memastikan perkataan gue barusan"Yuuup" Gue merunduk
"Ayuk lah kalo gitu" Kata Rara
"
""Se.. seka.. sekarang??" Tanya gue dengan kaget
"Iya donk jek, kan ulang tahunnya sekarang" Jawab Rara
"
" Gue gak tau mau ngomong apa"Ehh uda lewat ya, kan uda lewat tengah malam" Kata Rara
"Gapapa kok gapapa
" Kata gue segera"Tapi mau dimana?" Tanya gue
"Kamu pengennya dimana?" Tanya Rara
"
" gue berpikir sejenak"Kalo yang buka sekarang sih cuman KFC doank" jawab gue polos
"Yauda
" Jawab Rara"
" Gue masih gak percaya"Kok bengong? Kamu bawa motor kan?" Tanya Rara
"Ehh, bawa kok, gak mau taxi aja?" Tanya gue
"Lama" jawab Rara singkat
Seketika itu juga gue lepas jaket gue. Gue berikan ke Rara.
Dia tertawa sejenak. Lalu kami berjalan ke arah motor gue.
Hati gue senang banget..
I gone insane
jenggalasunyi dan 8 lainnya memberi reputasi
9
