Akupun menutup kembali jendela dan hordeng tersebut lalu mengambil Gameboard yg biasa aku mainkan sebelum tidur tergeletak dimeja belajarku dan merebahkan tubuhku diatas tempat tidurku nan empuk.
Hampir 2 jam aku bermain gameboard tersebut, dan juga dari ruang keluarga kami sepertinya sudah sunyi dan sepi sudah tak ada lagi suara TV ataupun suara orang yg sedang mengobrol terdengar,
Sudah tidur semua ternyata.
Malam itu aku masih terus memainkan gameboard yg ada ditanganku karna aku masih belum merasakan kantuk sama sekali hingga jam dinding dikamarku menunjukkan jarum jam paling pendek hampir tepat sedikit lagi diangka 12 dan yg panjang diangka 10.
Tak lama kemudian aku tersentak mendengar suara langkah kaki yg begitu perlahan menginjak dedaunan yg sudah kering menuju kearah jendela kamarku, membuat bulu roma ku pun berdiri dan merinding rasanya berdesir seperti ular cobra siap siaga menghadapi musuh menakutkan di hadapannya.
Namun aneh rasanya perasaanku, sepertinya ada setengah rasa takut dan setengah rasa berani dalam hati dan pikiranku, tak seperti malam kemarin dimana tepat didepan mataku terpampang sesosok wajah seram menakutkan yg aku tak tau pastinya itu mimpi atau kenyataan.
“Sreeeekkkk,, Srekkkkk, Srekkkkk!!!” terdengar lagi suara cakaran dikaca seperti dijendela ruang tamu kami kemarin malam.
Diterjang setengah rasa takut dan setengah lagi rasa berani, akupun berdiri menuju jendela kamarku tersebut.
Dengan gerakan cepat kilat ku singkap hordeng yg menutupi jendela kaca kamarku tersebut, alangkah terkejutnya tepat didepan mataku sosok menyeramkan kemarin muncul dengan mata merah coklat melotot dan dengan wajah senyum seringai kepadaku, Juga kira-kira 10 meter dibelakangnya tepat disekitar pohon beringin raksasa tua tersebut bermunculan sosok-sosok menyeramkan lain, ada beberapa yg sedang duduk dan bergelantungan diatas pohon tersebut menggunakan pakaian kain putih panjang serta kucel kecoklatan dengan rambut panjang menutupi setengah wajah dan ada yg hampir menutupi seluruh wajahnya sembari mengeluarkan suara “Hiii, hiiii, hihihihihi...!!!”
ada juga yg sedang berdiri tepat disekitar pohon tersebut sosok setengah ular besar berkepala manusia, sosok dengan wajah rusak dengan bola mata kiri terurai sejajar dengan hidung keluar dari kelopak mata, ada lagi sosok seorang pria tanpa kedua kaki mengambang kira-kira 4 meter diatas tanah dengan mata melotot dan tangan kanan menunjuk kearahku .
Suara hening malam itu berubah menjadi mencekam dengan suara-suara menyeramkan terdengar ditelingaku, namu tak ada yg terbangun malam itu padahal suara-suara tersebut sangatlah keras.
“Apakah Cuma aku yg mendengar suara-suara ini” Gumamku dalam hati.
Aku pun ingin berteriak minta tolong namun suara ku seperti malam kemarin membisu begitu saja, begitupun seluruh badanku tak bisa digerakkan sama sekali.
Keringat dingin dari sekujur tubuhku mulai deras mengalir, detak jantungku mulai menggebu-gebu, begitu juga dengan tubuhku mulai terasa lemas lunglai seperti kehilangan tenaga dipersendianku.
Tapi apa daya aku mulai pasrah dengan keadaan itu, air mataku mulai menetes setelah dipikiranku terlintas “Mungkin malam ini aku akan mati dan nyawaku akan diambil oleh mereka...”
Kemudian ditengah-tengah ketakutanku sosok yg dari tadi tepat didepan wajahku mengeluarkan suara yg begitu serak dan menyerangai, menakutkan rasanya mendengar suara tersebut ditambah disekeliling kamarku mulai tercium bau busuk nan menyengat sehingga membuatku mual dan ingin muntahhh..
“JANGAN TAKUT,,,!!! POHON ITU,,,,,, ADALAH,,,,,,ISTANA KERAJAANKU,,,,, DAN MEREKA SEMUA,,,, ADALAH,,,PENGHUNI,,, DARI KERAJAANKU INI...!!! KELAK,,,,,AKU INGIN,,,, ENGKAU,,,,MENGGANTIKANKU DIISTANA INI...!!! MULAI MALAM INI,,, AKU,,, DAN MEREKA SEMUA,,, AKAN MENJAGAMU,,, DIMANAPUN,,, DAN KAPANPUN,,,,!!! DAN AKUPUN,,, AKAN SELALU,,,BERADA,,, DALAM RAGAMUUU,,,,!!!” Itulah suara menyeramkan yg kudengar malam itu dari sosok tersebut.
Kemudian dia menggenggam kepalaku dengan telapak tangan kanan nya yg begitu besar dan berbulu hitam lebat tersebut, lalu menghilang begitu saja dihadapanku seakan tersedot kedalam tubuhku, disusul sosok-sosok yg berada dipohon beringin tersebut pun menghilang satu per satu entah kemana.
Akhirnya pandanganku pun mulai kehilangan ketajaman dan semua yg ada disekelilingku mulai terasa gelap, begitu juga dengan tubuhku lunglai kehilangan keseimbangan dan tenaga hingga akhirnya akupun kehilangan kesadaranku.