natashyaaAvatar border
TS
natashyaa
I Am (NOT) Your Sister
Dear Warga SFTH.

Sebelumnya ijinkan gue untuk menulis sepenggal kisah hidup gue di SFTH. Cerita ini bersumber dari pengalaman pribadi yang gue modifikasi sedemikian rupa sehingga membentuk cerita karangan gue sendiri. Cerita ini ditulis dengan dua sudut pandang berbeda dari kedua tokohnya.
So... langsung saja.




Big thanks to quatzlcoatlfor cover emoticon-Smilie

Quote:
Diubah oleh natashyaa 20-01-2018 16:32
tukangdjagal
makola
imamarbai
imamarbai dan 6 lainnya memberi reputasi
7
461.8K
3K
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
Stories from the HeartKASKUS Official
31.5KThread42.1KAnggota
Tampilkan semua post
natashyaaAvatar border
TS
natashyaa
#104
A Part 9
Aku segera merapikan kembali obat-obatan yang berserakan dan kumasukan kembali ke sebuah tabung kecil yang berada di sana dan menaruhnya di meja. Aku panik, aku harus bagaimana sekarang, aku ingin mengangkat badan ibu ke kasur tapi tenagaku tidak cukup kuat. Lantas aku kepikiran tentang kak Fe. Aku belum menghubungi dia.
Aku segera mengambil lagi gagang telepon.

“nomor yang anda tuju sedang tidak aktif atau berada di luar jangkauan.”
“the number you are calling is not active or out of complidge area”
“please try again later”


Ya, Tuhan kok tidak aktip sih. Aku semakin khawatir dan ketakutan. Aku kembali melihat ibu dan dia masih tidak sadarkan diri lantai.
Aku kemudian menunggu ayah pulang. Perasaanku sangat cemas. Aku berdoa semoga ibu tidak kenapa-kenapa dan semoga ayah dapat pulang dengan cepat.

~~****~~

“Ani…..!!” Seru Ayah ketika memasuki rumah.
“Ayah… !!” Aku langsung menghampiri ayah.
“Ayah, itu ibu. Aku harus bagaimana? Huehue” Aku menangis. Sementara ayah mendekat ke ibu dan mencoba mengangkat ibu.
“Ayo, bantu ayah angkat ibu ke mobil.”
Aku dan ayah kemudian mengangkat ibu ke mobil.
“Ada apa dengan ibu, Ani?” Tanya ayah di dalam mobil.
“Aku ngak tau,, aku pulang tadi aku kira tidak ada siapa-siapa. Aku kira ibu pergi. Tapi pas aku membuka kamarnya, ibu udah tergeletak. Aku takut yah.”

“Kamu tenang, kita bawa ke rumah sakit terdekat. Kamu berdoa saja untuk keselamatan ibu.”
Akhirnya kami sampai di sebuah rumah sakit terdekat. Untungnya jalanan tidak macet. Ibu langsung di bawa ke IGD untuk mendapatkan perawatan intensif. Aku menunggu di luar dan cemas. Sementara ayah mengurus pengadministrasian ibu.

“Felisha dimana?” Tanya Ayah menghampiri.
“Tidak tahu yah, aku udah coba telepon kak Fe tapi nomornya tidak aktip.”
“Kamu cari dong, Ni!” Bentak ayah kepadaku.
“Tapi yah…”
“Kamu cari dia, beritahu..”
“Iya yah…” Aku menuruti saja. Aku bingung harus cari kemana. Ditambah lagi dengan sikap ayah tadi yang keras kepadaku, aku makin panik dan cemas. Aku kemudian naik taksi menuju ke sekolah, mungkin kak Fe masih berada di sekolah. Ketika aku sampai disana sekolah sudah sepi dan tidak ada siapa-siapa. Aku mencari ke setiap sudut sekolah dan tidak menemukan keberadaan kak Fe. Aku hanya bertemu dengan om Iwan, satpam belakang.

“Pak, lihat kak Felisha gak ?” Tanyaku.
“Ngak, Neng, kenapa emang.”
“Aduh gimana ya… Oh ya pak tau rumah kak Andrea, yang suka bareng kak Felisha?”
“Oh, neng Nde ya, tau kok, sini bareng bapak aja sekalian ke rumah neng Andrea. Dia rumahnya satu jalur dengan rumah Bapak.”
“Iya, boleh pak.”

Aku kemudian dibonceng om Iwan ke rumah kak Andrea. Sementara pikiranku kacau, aku memikirkan kondisi ibu, memikirkan sikap ayah, memikirkan keberadaan kak Fe. Arghhhh….
“Nah, ini rumah neng Andrea. Tanya aja.”
“Makasih pak.”

Aku kemudian memencet tombol bel rumahnya. Aku menunggu di luar semoga benar kak Fe berada di rumah kak Andrea.

“Hey, Ani.. Ada apa?” kak Andrea yang membuka pintunya.
“Kak, ada kak Fe, gak?” Tanyaku gelisah.
“Ngak ada ni, Fe gak ke rumah kakak.”
“Yah… kakak tau dimana sekarang gak ?”
“Gak tau Ni, kan kakak tadi pulang duluan tadi gak bareng yang lain. Kenapa emang?”
“Aduh, gpp. Makasih kak.”

Aku segera pergi meninggalkan rumah kak Andrea. Aku sudah menyerah, aku capek, dan tidak bisa berpikir jernih. Semua rasa gelisah dan takut menyelimuti diriku. Malam-malam begini aku berjalan kebingungan, aku harus mencari kak Felisha kemana lagi.
“Mungkin kak Felisha sudah di rumah kali ya?”Pikirku dalam hati. Ah iya juga kenapa baru kepikiran sekarang, hari sudah larut pasti orang-orang sudah kembali ke rumahnya masing-masing.

Aku kemudian mencari taksi lagi untuk pergi ke rumah. Setibanya di rumah, benar adanya kak Felisha sedang tertidur di kursi depan. Aku segera berlari menghampirinya. Aduh dalam keadaan tidurpun kak Felisha masih tetap keliatan cantik banget, dia tertidur pulas sepertinya. Kasian sekali, mungkin dia sudah lama menunggu disini. Aku kemudian mencoba membangunkannya.

“Kak..bangun kak..”

“Ka..?”

“Kak..Fe.”

Kak Fe kemudian bangun dan teriak histeris. Aku ingin ketawa sebenarnya baru pertama kali melihat kak Fe histeris. Setelah bangun kak Felisha menatapku lalu mengomel kepadaku. Dia terus berbicara tanpa berhenti, sedangkan aku harus segera memberitahu dia. Dia terus saja mengoceh… sampai akhirnya aku tidak tahan lagi lalu aku teriak di depan muka dia. Seketika dia berhenti berbicara dan akhirnya ada kesempatan buatku untuk berbicara memberitahu dia tentang kondisi ibu. Dia sempat terdiam seolah tidak percaya, kemudian aku memegang tangannya dan mengajak dia untuk pergi cepat-cepat karena tidak ada waktu lagi.

“Mana kunci rumah?” Kata dia melepaskan genggaman tanganku.
“Tapi kak, ibu dirumah sakit?”
“Mana kunci rumah ?”
“Kak…”
“MANA?” Bentak dia.

Aku kaget dan segera mengeluarkan kunci rumah dari saku celanaku. Dia langsung menyambar dan mengambil kunci rumah lalu berbalik badan berjalan menuju pintu depan rumah. Dia memasukan kunci ke lobang pintu, setelah pintunya terbuka dia masuk ke dalam rumah. Terdengar suara pintu dikunci kembali oleh kak Fe. Demi apapun aku hanya bisa terdiam melihat dia meninggalkanku disini, di luar rumah.
0
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.