- Beranda
- Stories from the Heart
Kelakuan Anak Kuliah
...
TS
pujangga1000
Kelakuan Anak Kuliah
Quote:
Quote:
Quote:
----------------------------------------------------------------------------------
========================================
pujangga1000
Diubah oleh pujangga1000 19-09-2016 03:37
yusrillllll dan 23 lainnya memberi reputasi
22
3.9M
7.4K
Thread Digembok
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
32.7KThread•51.9KAnggota
Tampilkan semua post
TS
pujangga1000
#3245
Galau.. Galau.. Senang..
Mulai dari 2-3 minggu yang lalu, gue uda ceritain mengenai Rara, Rara, dan Rara. Teman-teman semua pasti punya judgement sendiri. Entah dari sudut pandang gue terhadap Rara, hingga tercipta nuansa pilu atau kehidupan yang berat ataupun sampai rasa simpatik. Kehidupannya pada masa itu adalah buah dari ketidak adilan dari masa lalunya (atau mungkin takdir jelek?). Namun disisi lain, bagi teman-teman yang mengerti maksud dari omongan bang Din, pasti punya penilaian sendiri dan gue yakin penilaian itu bersifat sedikit negatif terhadap Rara. Gue yakin itu. Entahlah mana yang benar. Gue juga bingung. Tapi kalau hidup semudah menentukan mana yang benar dan mana yang salah seperti kuis, gue gak yakin itu namanya hidup. Gampang banget bung! Hahahaha..
Kelanjutan mengenai Rara, gue simpan dulu ya. Sekarang gue mau mundur dulu. Gue uda gak jelas lagi settingan waktu dari awal perkenalan gue dengan Rara sampai cerita dari bang Din kemarin. Susunan waktunya uda samar-samar diingatan gue. Pokoknya itu ditahun kedua gue kuliah, entah itu semester 3 atau semester 4. Ada beberapa kejadian di waktu kuliah yang terjadi paralel dengan kejadian ditempat gue kerja. Gue bingung mana yang duluan, dan bagaimana sambungannya. Maklum, otak gue otak lama. Gue angkatannya intel masih pake pentium, belum pake core seperti sekarang. Zamannya photoshop belum main counter strike seperti sekarang.
Zamannya Cloud masih suka sama Tifa, Squall yang jatuh cinta dengan Rinoa, dan juga Zidane sama Garnet. Ngak kayak sekarang, banyak banget karakter ceweknya di final fantasy 
Tapi tenang, gue bukan cowok seperti karakter Harvest Moon yang bisa pilih 5 cewek untuk dinikahi. Gue mah boro-boro. Suka satu, eh jadian sama teman sendiri. Suka cewe yang lain, eh malah dibecandain. Disukai cewek yang baik banget, eh gue tinggalin. Ngenes banget emang asmara gue
Kali ini cerita mengenai kuliah dulu ya. Tapi nanti ujung-ujungnya mengarah ke satu konklusi kok bareng kejadian dengan Rara..
Kita mulai dari Imus. Siapa yang masih ingat dia? Itu loh teman gue yang mau jadian sama cewek, tapi pengorbanan yang gue lakukan lebih banyak daripada dia. Gue yang jatuh bangun, dia yang dapat enaknya
Suatu hari, ketika gue sedang menikmati kopi bikinan sendiri dan asap tembakau di kandang. Tiba-tiba pintu kebuka. Otomatis gue kaget. Lah kalo itu dosen atau pegawai di kampus gue gimana? Peraturannya itu, tidak boleh merokok didalam gedung kampus. Kandang kan termasuk didalam gedung kampus.
"
" Gue reflek menoleh ke arah pintu
"
"
Disitu gue liat ada sosok dengan pandangan mata kosong. Sayu banget raut wajahnya.
Dia Imus..
Tapi gue gak tau kenapa dia tiba-tiba muncul di kandang. Karena setelah dia jadian dengan Tyas, Imus uda gak pernah lagi ke kandang. Kurang lebih hampir 6 bulan lebih mungkin. Cuman gue sendiri penghuni kandang.
Kabar terakhir yang gue denger dari anak-anak. Imus uda berhenti merokok.
Jadi untuk apa dia ke kandang?
Gue liat ni bocah jalan ke arah gue tanpa ada sepatah kata pun. Gue masih tetap memandanginya. Ekor mata gue mengikuti setiap gerak-gerik dari Imus. Dia mengambil sebuah karton yang ditumpuk di pinggir ruangnya. Membersihkan debu-debu yang menempel dengan telapak tangannya. Lalu karton tadi digelar di lantai.
Imus menjatuhkan diri diatas gelaran karton tadi. Awalnya dia tiduran. Mata gue mengikuti gerakan tubuhnya. Dia golek ke kanan. Beberapa detik kemudian, dia balik golek ke kiri. Cukup lama dia terdiam dengan posisi itu. Gue ambil gelas kopi. Gue sesap sedikit. Sambil menunggu kira-kira ada apa dengan Imus.
...
...
...
Sepertinya dia capek, karena gue gak mendengar ada suara apapun dan mungkin dia sudah terlelap. Kopi gue uda habis, tapi gue gak bisa mencuci gelasnya, karena sedang ada Imus yang tertidur disana. Gue jadi gak bisa berdiri untuk mencuci gelasnya di wastafel. Akhirnya gue putuskan untuk membakar batang rokok kedua.
...
...
...
Setelah batang kedua gue matikan. Imus masih terlihat diam dengan posisi persis sama seperti tadi. Gila ni orang! Perasaan gue gak kecil-kecil amat deh sampe dia gak bisa ngeliat gue. Kayaknya gue juga belum belajar ilmu menghilang. Masa gue dicuekin???!
Tapi gue juga gak tega untuk ngebangunin Imus. Gue liat jam tangan. Masih ada sekitar 20 menit sebelum kelas berikutnya. Tiba-tiba gue ngerasa ngantuk juga karena ngeliat Imus yang tiduran. Mumpung kelasnya masih lama, mungkin gue bisa memejamkan mata sejenak. Setidaknya mengurangi rasa lelah dalam diri gue yang setiap hari harus bergadang sampe gak tidur.
Baru beberapa detik gue memejamkan mata,
tiba-tiba..
"Cuk, minta rokok.." Kata Imus dalam posisi tidur
"Noh" Gue memberi bungkusan rokok gue
Dia berdiri. Duduk. Mengambil sebatang gudang garam filter gue.
Diletakkan rokok itu diantara bibirnya.
"Korek?" Katanya
"..." gue menyodorkan korek api yang kebetulan ada dimeja
Dia bakar rokok tersebut. Ditariknya hisapan pertama.
Kalo kata orang, tarikan pertama dari garpit itu berat banget.
Soalnya emang asam dimulut dan asapnya juga banyak..
"Uhuk.. Uhuk.." Imus batuk
Tuh kan berat. Imus aja langsung batuk.
Tapi ni anak nekat, dihisapnya hisapan kedua.
Gak batuk lagi sih..
Hisapan ketiga..
Hisapan keempat..
Hisapan selanjutnya..
Bukannya ni bocah uda berhenti merokok ya?
"Cuk, lo ngerti kan kalo gue uda berhenti merokok?" Tanya Imus
"Lah?
" gue kaget
"Kan elo yang minta rokok tadi..
" Kata gue
Imus kayaknya gak menghiraukan kata-kata gue barusan.
Dia kembali menikmati rokoknya...
Gue kembali memejamkan mata.
"Gue barusan putus sama Tyas.." Kata Imus tiba-tiba
"
"
Aseeeem..
Kok bisa putus??
Lah terus gue jadi kacung seharian itu? Terus pulang malem-malem? Sendirian? Nombokin duit sewa mobil?
Semua sia-sia??
Sebenarnya bukan urusan gue sih Imus mau putus atau ngak sama Tyas. Mereka lanjut jadian, gue tetep jomblo. Mereka putus pun, Una gak bakalan nerima gue. Gue juga jomblo.
Tapi wajahnya itu sedih banget. Mukanya murung banget dari pertama kali datang sampe sekarang. Apalagi barusan ketika Imus mengatakan kalau dia barusan putus. Gak bisa dijelasin deh gimana aura kesedihan Imus waktu itu. Gue rasa dia benar-benar down banget.
"Terus menurut lo, gimana cuk?" Tanya Imus ke gue
"Cari penggantinya" gue menjawab spontan
"
" Imus kaget
Kenapa gue bilang gitu? Soalnya Imus tuh ganteng. Fisik dan perawakannya juga enak dipandang mata. Gue sebagai cowok normal aja mengakui hal ini. Gue akui emang dia lebih ganteng dari gue. Kalo ngak dua kali lebih ganteng, ya tiga kali lah, tapi gak sampe empat kali. Belum lagi ni anak emang pinter dibalik tingkahnya. Pokoknya tu Imus paket komplit buat wanita-wanita mana pun. Jadi gue rasa, walaupun dia putus dari Tyas, dia bisa mendapatkan penggantinya dengan segera kalo dia mau.
"Bro.." Imus manggil gue
"
"
Sekarang giliran gue yang kaget. Biasanya dia manggil gue cak-cuk-cak-cuk, gak pernah pake "bro" ato "sob". Tumben kali ini dia sopan sama gue.
"You make my life bro!" Kata dia tiba-tiba berdiri
"
"
Imus berdiri dari duduknya dan langsung mematikan rokoknya yang emang uda mau habis.
Dia genggam tangan gue.
WTH?! NI ANAK KENAPA MEGANG TANGAN GUE???
"Gue semangat lagi gara-gara ucapan lo tadi.."
"Bener kata lo.."
"Gue gak pantas untuk sedih cuman karena cewek.."
"Thanks banget bro.."
Kata Imus
Gue gak ngerti. Apa perkataan Imus barusan sarkas atau emang yang sebenarnya dari lubuk hatinya yang terdalam. Padahal gue cuman ngomong dua patah kata tanpa makna. Dia mengartikannya terlalu dalam. ckckck
Tiba-tiba aura semangat dari seorang Imus memenuhi ruangan kandang di pagi hari ini.
"Kalo gue gak ketemu lo.."
"Mungkin gue bakalan sedih sepanjang hari.."
"Untung tadi gue jalan kesini.."
"Makan yuk bro.."
"Gue traktir.."
Kata Imus lagi
"
"
"Lah? Terus kuliah?" Tanya gue polos
"Cabut aja" saran Imus
"
" gue mengiyakan
Pikir gue, kelas hari ini juga pasti membosankan. Jadi daripada gue masuk kelas tapi pikiran gue dikantin, lebih baik gue dikantin tapi pikiran gue di kuliah. Perut kenyang, pasti hati juga ikutan senang! Horeeee
Sampe dikantin,
Imus mesen ke ibu-ibu penjual nasi..
"Bu, nasi pake ayam kampus
" Kata Imus
"Dada ya, yang montok Bu
" Lanjut Imus
"
"
Sekitar setengah jam yang lalu. Gue liat raut sedih terukir diwajah Imus. Sekarang, ni anak bisa nyablak lagi serasa tanpa ada masalah.
Hidupnya enteng banget perasaan..
What a simple man..
Tapi bodoh ah.. Setidaknya sekarang gue bisa bikin dunia Final Fantasy lagi. Berpetualang bersama teman-teman gue, tanpa ada karakter cewek yang pasti ujung-ujungnya having crush sama si pemeran cowok.. sucksss
Welcome to the club, dude

Kelanjutan mengenai Rara, gue simpan dulu ya. Sekarang gue mau mundur dulu. Gue uda gak jelas lagi settingan waktu dari awal perkenalan gue dengan Rara sampai cerita dari bang Din kemarin. Susunan waktunya uda samar-samar diingatan gue. Pokoknya itu ditahun kedua gue kuliah, entah itu semester 3 atau semester 4. Ada beberapa kejadian di waktu kuliah yang terjadi paralel dengan kejadian ditempat gue kerja. Gue bingung mana yang duluan, dan bagaimana sambungannya. Maklum, otak gue otak lama. Gue angkatannya intel masih pake pentium, belum pake core seperti sekarang. Zamannya photoshop belum main counter strike seperti sekarang.
Zamannya Cloud masih suka sama Tifa, Squall yang jatuh cinta dengan Rinoa, dan juga Zidane sama Garnet. Ngak kayak sekarang, banyak banget karakter ceweknya di final fantasy 
Tapi tenang, gue bukan cowok seperti karakter Harvest Moon yang bisa pilih 5 cewek untuk dinikahi. Gue mah boro-boro. Suka satu, eh jadian sama teman sendiri. Suka cewe yang lain, eh malah dibecandain. Disukai cewek yang baik banget, eh gue tinggalin. Ngenes banget emang asmara gue

Kali ini cerita mengenai kuliah dulu ya. Tapi nanti ujung-ujungnya mengarah ke satu konklusi kok bareng kejadian dengan Rara..
Kita mulai dari Imus. Siapa yang masih ingat dia? Itu loh teman gue yang mau jadian sama cewek, tapi pengorbanan yang gue lakukan lebih banyak daripada dia. Gue yang jatuh bangun, dia yang dapat enaknya

Suatu hari, ketika gue sedang menikmati kopi bikinan sendiri dan asap tembakau di kandang. Tiba-tiba pintu kebuka. Otomatis gue kaget. Lah kalo itu dosen atau pegawai di kampus gue gimana? Peraturannya itu, tidak boleh merokok didalam gedung kampus. Kandang kan termasuk didalam gedung kampus.
"
" Gue reflek menoleh ke arah pintu"
"Disitu gue liat ada sosok dengan pandangan mata kosong. Sayu banget raut wajahnya.
Dia Imus..
Tapi gue gak tau kenapa dia tiba-tiba muncul di kandang. Karena setelah dia jadian dengan Tyas, Imus uda gak pernah lagi ke kandang. Kurang lebih hampir 6 bulan lebih mungkin. Cuman gue sendiri penghuni kandang.
Kabar terakhir yang gue denger dari anak-anak. Imus uda berhenti merokok.
Jadi untuk apa dia ke kandang?
Gue liat ni bocah jalan ke arah gue tanpa ada sepatah kata pun. Gue masih tetap memandanginya. Ekor mata gue mengikuti setiap gerak-gerik dari Imus. Dia mengambil sebuah karton yang ditumpuk di pinggir ruangnya. Membersihkan debu-debu yang menempel dengan telapak tangannya. Lalu karton tadi digelar di lantai.
Imus menjatuhkan diri diatas gelaran karton tadi. Awalnya dia tiduran. Mata gue mengikuti gerakan tubuhnya. Dia golek ke kanan. Beberapa detik kemudian, dia balik golek ke kiri. Cukup lama dia terdiam dengan posisi itu. Gue ambil gelas kopi. Gue sesap sedikit. Sambil menunggu kira-kira ada apa dengan Imus.
...
...
...
Sepertinya dia capek, karena gue gak mendengar ada suara apapun dan mungkin dia sudah terlelap. Kopi gue uda habis, tapi gue gak bisa mencuci gelasnya, karena sedang ada Imus yang tertidur disana. Gue jadi gak bisa berdiri untuk mencuci gelasnya di wastafel. Akhirnya gue putuskan untuk membakar batang rokok kedua.
...
...
...
Setelah batang kedua gue matikan. Imus masih terlihat diam dengan posisi persis sama seperti tadi. Gila ni orang! Perasaan gue gak kecil-kecil amat deh sampe dia gak bisa ngeliat gue. Kayaknya gue juga belum belajar ilmu menghilang. Masa gue dicuekin???!

Tapi gue juga gak tega untuk ngebangunin Imus. Gue liat jam tangan. Masih ada sekitar 20 menit sebelum kelas berikutnya. Tiba-tiba gue ngerasa ngantuk juga karena ngeliat Imus yang tiduran. Mumpung kelasnya masih lama, mungkin gue bisa memejamkan mata sejenak. Setidaknya mengurangi rasa lelah dalam diri gue yang setiap hari harus bergadang sampe gak tidur.
Baru beberapa detik gue memejamkan mata,
tiba-tiba..
"Cuk, minta rokok.." Kata Imus dalam posisi tidur
"Noh" Gue memberi bungkusan rokok gue
Dia berdiri. Duduk. Mengambil sebatang gudang garam filter gue.
Diletakkan rokok itu diantara bibirnya.
"Korek?" Katanya
"..." gue menyodorkan korek api yang kebetulan ada dimeja
Dia bakar rokok tersebut. Ditariknya hisapan pertama.
Kalo kata orang, tarikan pertama dari garpit itu berat banget.
Soalnya emang asam dimulut dan asapnya juga banyak..
"Uhuk.. Uhuk.." Imus batuk
Tuh kan berat. Imus aja langsung batuk.
Tapi ni anak nekat, dihisapnya hisapan kedua.
Gak batuk lagi sih..
Hisapan ketiga..
Hisapan keempat..
Hisapan selanjutnya..
Bukannya ni bocah uda berhenti merokok ya?

"Cuk, lo ngerti kan kalo gue uda berhenti merokok?" Tanya Imus
"Lah?
" gue kaget"Kan elo yang minta rokok tadi..
" Kata gueImus kayaknya gak menghiraukan kata-kata gue barusan.
Dia kembali menikmati rokoknya...
Gue kembali memejamkan mata.
"Gue barusan putus sama Tyas.." Kata Imus tiba-tiba
"
"Aseeeem..
Kok bisa putus??
Lah terus gue jadi kacung seharian itu? Terus pulang malem-malem? Sendirian? Nombokin duit sewa mobil?
Semua sia-sia??
Sebenarnya bukan urusan gue sih Imus mau putus atau ngak sama Tyas. Mereka lanjut jadian, gue tetep jomblo. Mereka putus pun, Una gak bakalan nerima gue. Gue juga jomblo.

Tapi wajahnya itu sedih banget. Mukanya murung banget dari pertama kali datang sampe sekarang. Apalagi barusan ketika Imus mengatakan kalau dia barusan putus. Gak bisa dijelasin deh gimana aura kesedihan Imus waktu itu. Gue rasa dia benar-benar down banget.
"Terus menurut lo, gimana cuk?" Tanya Imus ke gue
"Cari penggantinya" gue menjawab spontan
"
" Imus kagetKenapa gue bilang gitu? Soalnya Imus tuh ganteng. Fisik dan perawakannya juga enak dipandang mata. Gue sebagai cowok normal aja mengakui hal ini. Gue akui emang dia lebih ganteng dari gue. Kalo ngak dua kali lebih ganteng, ya tiga kali lah, tapi gak sampe empat kali. Belum lagi ni anak emang pinter dibalik tingkahnya. Pokoknya tu Imus paket komplit buat wanita-wanita mana pun. Jadi gue rasa, walaupun dia putus dari Tyas, dia bisa mendapatkan penggantinya dengan segera kalo dia mau.
"Bro.." Imus manggil gue
"
"Sekarang giliran gue yang kaget. Biasanya dia manggil gue cak-cuk-cak-cuk, gak pernah pake "bro" ato "sob". Tumben kali ini dia sopan sama gue.
"You make my life bro!" Kata dia tiba-tiba berdiri
"
"Imus berdiri dari duduknya dan langsung mematikan rokoknya yang emang uda mau habis.
Dia genggam tangan gue.
WTH?! NI ANAK KENAPA MEGANG TANGAN GUE???

"Gue semangat lagi gara-gara ucapan lo tadi.."
"Bener kata lo.."
"Gue gak pantas untuk sedih cuman karena cewek.."
"Thanks banget bro.."
Kata Imus
Gue gak ngerti. Apa perkataan Imus barusan sarkas atau emang yang sebenarnya dari lubuk hatinya yang terdalam. Padahal gue cuman ngomong dua patah kata tanpa makna. Dia mengartikannya terlalu dalam. ckckck
Tiba-tiba aura semangat dari seorang Imus memenuhi ruangan kandang di pagi hari ini.
"Kalo gue gak ketemu lo.."
"Mungkin gue bakalan sedih sepanjang hari.."
"Untung tadi gue jalan kesini.."
"Makan yuk bro.."
"Gue traktir.."
Kata Imus lagi
"
""Lah? Terus kuliah?" Tanya gue polos
"Cabut aja" saran Imus
"
" gue mengiyakanPikir gue, kelas hari ini juga pasti membosankan. Jadi daripada gue masuk kelas tapi pikiran gue dikantin, lebih baik gue dikantin tapi pikiran gue di kuliah. Perut kenyang, pasti hati juga ikutan senang! Horeeee
Sampe dikantin,
Imus mesen ke ibu-ibu penjual nasi..
"Bu, nasi pake ayam kampus
" Kata Imus"Dada ya, yang montok Bu
" Lanjut Imus"
"Sekitar setengah jam yang lalu. Gue liat raut sedih terukir diwajah Imus. Sekarang, ni anak bisa nyablak lagi serasa tanpa ada masalah.
Hidupnya enteng banget perasaan..
What a simple man..

Tapi bodoh ah.. Setidaknya sekarang gue bisa bikin dunia Final Fantasy lagi. Berpetualang bersama teman-teman gue, tanpa ada karakter cewek yang pasti ujung-ujungnya having crush sama si pemeran cowok.. sucksss

Welcome to the club, dude

Spoiler for :
jenggalasunyi dan 5 lainnya memberi reputasi
6
