Kaskus

Story

novelajualkomikAvatar border
TS
novelajualkomik
KISAH HORROR - Mereka Ada di Setiap Rumah! (TRUE STORY)
Gan, perkenalkan. Namaku Ella. Sekarang aku sudah berusia 27 tahun. Aku lima bersaudara, kakak dan adik pertamaku adalah perempuan, sedangkan adik kedua dan ketigaku adalah laki-laki. Di sini, aku hendak menceritakan berbagai kisah mistis yang pernah aku alami pada saat usiaku masih lebih belia dari saat ini. Kejadiannya di beberapa rumah yang sempat aku tinggali sebelumnya. Sekarang aku sudah pindah ke rumah baru dan sekarang syukurnya sudah tidak banyak terjadi kejadian mistis, ya paling hanya beberapa saja yang tidak jadi masalah sama sekali buatku.

Sebelumnya, bagi siapapun yang menganggap bahwa cerita-ceritaku ini hanyalah hoax / karangan fiksi, keputusan aku kembalikan pada kalian masing-masing. Di sini aku hanya mau sharing pengalaman ghaib-ku, bukan memaksa orang untuk percaya. Hanya satu hal yang aku minta, jangan kasih aku bata jika telat update ceritanya, ya. Karena di Kaskus, aku lebih aktif sebagai seller di FJB yang masih merintis. Sebaliknya, cendol atau rate bintang 5 sangat diharapkan. Terimakasih.

Mohon maaf juga jika aku lambat dalam meng-update thread ini karena aku cukup sibuk di dunia nyata dan kejadian-kejadian yang harus aku ceritakan sudah cukup lama sehingga aku perlu waktu untuk mengingat dan menuliskannya dengan tepat tanpa ada satu hal-pun yang ditambah-tambahkan. Syukuri apa yang ada dulu ya, gan. Mudah-mudahan aku dapat menyelesaikan thread ini dengan bertahap walau membutuhkan waktu yang lama. Terimakasih. emoticon-Smilie

*Buat yang nanya nama-nama kompleks dalam ceritaku, mohon maaf karena aku tidak akan memberitahukannya baik di thread ini ataupun melalui PM (PM cuma buat yang mau nanya atau beli daganganku di lapak emoticon-Big Grin). Semua pertanyaan yang berkaitan dengan hal tersebut tidak akan aku respon. Aku tidak mau dianggap menjelek-jelekan suatu kompleks perumahan dan merugikan pihak-pihak tertentu. Niatku hanya sekedar share pengalaman mistis saja, tidak perlu diusut lebih mendalam ya, gan. Yang jelas, semua kompleks yang aku sebutkan di dalam cerita ini letaknya di Bekasi Utara. Jadi terka-terka sendiri aja dari berbagai petunjuk yang aku beri, ya. Mohon maaf juga jika ada komentar ataupun pertanyaan lainnya yang tidak sempat aku balas / terlewat, ya. Yang jelas, semua komentar agan pasti akan aku baca semuanya, kok emoticon-Big Grin

Quote:
vNyvNy
afifrahman22
wisudajuni
wisudajuni dan 5 lainnya memberi reputasi
6
431.2K
2K
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
Stories from the Heart
KASKUS Official
32.2KThread46.3KAnggota
Tampilkan semua post
novelajualkomikAvatar border
TS
novelajualkomik
#1236
CERITA VI – ENDING (PART 1)

Karena lelah sedari perjalanan jauh, keluarga kami pun langsung tidur di kamar masing-masing dengan begitu nyenyaknya. Di dalam kamar, aku masih bingung dengan perkataan ayah tadi. Meskipun begitu, aku juga harus segera ikut tidur karena waktu istirahatku masih sangat kurang. Kini keluargaku sudah kembali berada di rumah, aku berharap dapat tidur dengan lebih tenang saat itu. Dari luar teras, terdengar suara cekikikan perempuan, lalu berganti dengan senandung seperti yang terkadang kudengar. Karena sudah cukup terbiasa mendengar suara tersebut, aku pun mengabaikannya dan tertidur nyenyak subuh itu.

Aku bangun menjelang siang. Ibu dan kakak sudah tidak ada di rumah karena sedang mencari rumah bapak Adi (nama telah disamarkan), bapak tua yang menemani aku dan kakakku bersama isterinya dulu ketika ada insiden kipas sate terbang di rumah. Aku mencari ayah yang masih libur kerja hari itu. Kutemuinya di ruang tamu, ia sedang menonton TV. “Yah, aku mau tanya,” ujarku membuka percakapan. Kusinggung lagi makhluk mistis yang kulihat di lorong tengah malam tadi, juga maksud dari komentarnya yang membuatku bingung.

“Bagaimana sosok yang kamu lihat waktu itu?” tanya ayah. Aku menjelaskannya sesuai dengan apa yang aku lihat waktu itu. “Ayah pernah melihatnya juga?” tanyaku. Beliau mengangguk. Ayah bercerita bahwa pada suatu tengah malam di bulan lalu, ia belum juga bisa tidur sementara ibu dan adik laki-lakiku sudah lama terlelap. Karena acara TV sudah tidak ada yang menarik, ia pun mematikannya lalu rebahan sambil menatap langit-langit kamar dengan pikiran kosong. Dialihkannya pandangan ke dalam kamar mandi yang pintunya sedang terbuka saat itu. Tidak ada yang menarik sampai pandangan matanya tertahan pada lubang ventilasi di dalam kamar mandi tersebut.

Bagian belakang dari kamar mandi adalah ruang makan. Dari lubang ventilasi tersebut, dapat diketahui bahwa lampu di ruang makan sedang menyala. Sebenarnya tidak ada yang aneh, bila saja cahaya lampu yang sedang dilihatnya dari lubang ventilasi itu tidak tiba-tiba padam. Ayah pikir, mungkin lampunya rusak dan memang sudah harus diganti karena cahayanya pun kini sudah tak seterang waktu ia pertama kali memasangnya. Namun tiba-tiba, cahaya lampu kembali terlihat dari lubang ventilasi di dalam kamar mandi dan kembali padam tak lama kemudian. Ayah yang kebingungan, terus memperhatikan lubang itu. Lubang-lubang itu cukup besar dengan kawat nyamuk tipis yang melapisinya. Ketika lampu di ruang makan kembali menyala, ayah yang sedang memperhatikan lubang itu pun terperanjat karena pasalnya saat itu terlihat sosok bayangan hitam berupa kepala yang sedang mengintip ke dalam kamar lalu pergi dari balik lubang ventilasi tersebut.

Ayah yang sebenarnya sangat penakut ini memutuskan untuk mengecek ke dapur sambil membawa sapu ijuk dari dalam kamar. Dibukanya perlahan pintu kamar dan didapatinya lampu ruang makan masih dalam keadaan menyala. Dengan mengendap-endap, ayah berjalan menuju tembok dengan lubang ventilasi kamar mandi yang berada di ruang makan. Ditengokkan kepalanya ke segala penjuru, namun ayah tidak menemukan sosok yang ia lihat dari dalam kamarnya tadi. Ia terus berjalan ke arah dapur, menuju ke area tempat parkir motor. Namun begitu tepat melintas di depan lorong yang terdapat di area dapur, ayah mendengar suara seperti orang yang sedang memanggilnya dengan bisikan.

“PSSST!” Ia berhenti seketika. Ketika ia menoleh ke arah sumber suara di pojok lorong, ayah melihat juga sosok bayangan hitam sama seperti yang aku lihat tengah malam itu, sedang melambai-lambaikan tangannya ke arah ayah. Ia yang ketakutan langsung melemparkan sapu yang dipegangnya ke arah makhluk itu dan sosok misterius itu pun menghilang. Ayah mengancam, jika makhluk ghaib itu masih berani mengganggu ia dan keluarganya, ayah takkan segan-segan untuk meminta bantuan ‘orang pintar’ untuk membinasakannya. Ancaman ayah tengah malam itu hanya dibalas dengan bunyi gayung yang jatuh di dalam kamar mandi. Sekembalinya ayah ke dalam kamar tidur, ia masuk ke dalam kamar mandi untuk mengembalikan gayung ke tempatnya semula lalu menutup pintu kamar mandi tersebut dan berusaha keras untuk dapat segera tertidur. Paginya, ayah memberitahukan hal ini pada ibu dan mereka setuju untuk merahasiakan hal tersebut dari anak-anaknya agar kami tidak ketakutan.

Sore itu, akhirnya ibu pulang bersama kakak. “Tidak bisa hari ini,” kata ibu kepada ayah. Rupanya ibu telah menceritakan semua fenomena ghaib yang terjadi di keluarga kami pada pak Adi. Beliau berjanji akan membantu keluarga kami namun meminta waktu paling tidak 2 atau 3 hari untuk mengumpulkan beberapa personil yang akan membantunya di ritual pengusiran makhluk ghaib nantinya. Esok malamnya, seorang teman datang ke rumah untuk meminta copy mp3 dari komputerku. Kupersilahkan ia masuk dan menuju kamarku melalui ruang makan.

Oh iya, walau ada 3 pintu depan di rumahku yang mengarah ke teras, salah satunya termasuk pintu di kamarku, namun hanya 1 saja yang sebenarnya difungsikan, yaitu pintu di tengah rumah yang menuju ke ruang tamu. Pintu depan di bagian paling kiri rumahku yang bersebelahan dengan tangga luar yang menuju ke area jemuran tidak pernah dibuka sejak awal kami pindah karena lubang kuncinya rusak sehingga pintu amat susah dibuka. Begitu pula pintu di kamarku yang menuju teras hanya pernah dibuka 2 atau 3 kali sebelum akhirnya kunci tersangkut di dalam lubang kunci dan tidak bisa digerakkan sama sekali.

Temanku berjalan di depan, sementara aku mengikutinya dari belakang. Begitu memasuki area ruang makan, “DUGG!” Tiba-tiba aku terjatuh karena tersandung sesuatu. Kuperhatikan lantai dan sekitarnya, tak kulihat ada benda apapun di sana. Aku bingung karena tadi jelas-jelas kakiku merasa menubruk sesuatu hingga terjatuh. “Lah, kenapa jatuh?” tanya temanku keheranan. Ingin jawab “tersandung” tapi takut dikira mengada-ada karena aku berjalan melewati rute yang sama dengannya, akhirnya aku bilang kalau tadi kakiku terkilir.

Sesampainya di kamar, aku kembali dibingungkan sewaktu melihat pintu kamarku yang menuju teras rumah kini sudah dalam keadaan terbuka, walau tidak begitu lebar. Kunci masih menggantung di lubangnya. “Ini bisa masuk dari sini, kenapa tadi muter lewat belakang?” tanya temanku saat itu. Karena enggan membuatnya takut dan aku juga bingung menjawabnya saat itu, aku hanya berkata, “Oh iya, maaf. Aku lupa.” Padahal, pintu itu sudah tidak pernah aku buka selama berminggu-minggu karena kuncinya tersangkut di dalam lubang. Selesai mendapatkan apa yang diinginkannya, temanku pulang dengan keluar melalui pintu yang langsung menuju teras rumah. Aku mengantarkannya sampai pintu pagar lalu kembali masuk ke dalam kamar melalui pintu yang sama. Ketika kembali berada di dalam kamar, kemudian aku menutup pintu dan menguncinya dengan begitu mudah. Ketika aku mencoba untuk kembali membukanya, kunci pintu kamar itu tidak mau bergerak sedikit pun seperti biasanya. Aku merinding. Orang rumah pun kebingungan sewaktu aku menceritakan hal ini.

Esok sore harinya selepas Maghrib, pak Adi bersama 2 orang rekannya yang terlihat lebih muda, datang ke rumah kami. Ketiganya hanya mengenakan pakaian biasa, kemeja putih dengan celana panjang hitam, di tangan salah seorang di antaranya membawa botol mineral berisi air putih setengah penuh. Hari itu mereka berniat untuk melakukan pengusiran makhluk halus yang mengganggu di rumah kami. Aku mempersilakannya untuk masuk dan duduk di kursi, namun mereka semua lebih memilih untuk duduk bersila di lantai. Kusuguhkan makanan kecil dan air putih. Sedangkan anggota keluargaku terlihat sedang duduk di atas kursi yang menghadap ke arah pak Adi dan kawanannya dengan perasaan cemas.

Malam itu, ayah belum pulang dari tempat kerjanya. Di rumah hanya ada ibu dan para anaknya. Pak Adi meminta agar pintu depan ditutup, kakak-ku pun segera menutupnya. “Selama saya di sini, harap semuanya terus membaca doa di dalam hati dan jangan pernah mengosongkan pikiran. Jangan bengong!” suruh bapak tua itu pada keluarga kami. Degup jantungku pun memacu lebih cepat mendengar perkataannya itu. Sebelum ritual dimulai, pak Adi meminta kami untuk menunjukkan di lokasi mana saja kejadian mistis pernah muncul. Kami mengantarnya ke beberapa bagian rumah sambil menjelaskan dalam kengerian. Sepanjang melihat isi rumah, bapak itu hanya terus mengangguk-anggukan kepalanya sambil pandangan matanya merayap ke berbagai sudut lain yang tidak sedang kami jelaskan. Sesekali, ia memberi salam dan mencipratkan air yang telah didoakan dari botol mineral yang dibawanya ke berbagai sudut ruangan. Di ruang makan dekat tangga, sesuatu di lantai menarik perhatian pak Adi. Ia membungkukkan badan, membaca doa, memunguti sesuatu lalu memasukannya ke dalam kantong celana. Sesuatu itu tak dapat kami lihat dengan mata telanjang.

Usai hal tersebut, kami semua kembali ke ruang tamu dan duduk di tempat semula. Sebenarnya aku khawatir pada adik laki-lakiku yang masih SD saat itu. Ia duduk tepat di antara ibu dan kakak-ku sambil terlihat begitu ketakutan. Pak Adi melafalkan doa-doa. Kedua rekannya juga melakukan hal yang sama. Setelah mereka selesai, pak Adi bertanya kepada kami semua, “Ada yang berani mencoba agar mata bathinnya dibuka?”

Kami semua langsung menolak, kecuali adik laki-lakiku. Kelihatannya ia masih terlalu kecil untuk tahu apa itu mata bathin. Ketika mata bathin dibuka berarti seseorang tersebut akan memiliki mata ketiga. Ini bukan arti mata secara harafiah. Dengan mata ketiga, orang akan mampu melihat berbagai sosok makhluk halus di sekitarnya yang tidak dapat dilihat menggunakan mata biasa. Jika tidak memiliki keberanian yang cukup tinggi, maka orang itu dapat histeris dan jatuh pingsan. Bukan tidak mungkin akan meninggalkan trauma dan teror walau mata bathin sudah kembali ditutup sekalipun. Tiba-tiba ibuku berkata, “Boleh deh, pak.” Namun setelah diyakinkan kembali oleh pak Adi bahwa pembukaan mata bathin ini bukanlah hanya untuk sekedar iseng-iseng, ibu kembali mengurungkan niatnya.

Ritual pun dimulai, pak Adi kembali melafalkan doa dan memberi salam pada para makhluk halus di rumah itu. Ia terlibat pembicaraan yang terlihat seperti percakapan satu arah oleh kami. Tiba-tiba, salah seorang rekannya kesurupan. Ia menggelepar di lantai, rekan lainnya memegangi tubuh pemuda itu. Kami semua ketakutan, terutama adikku yang nampaknya sudah mulai ingin menangis. Pemuda yang kesurupan itu diposisikan untuk kembali duduk, kepalanya menunduk lesu. Badannya bergerak pelan ke depan dan belakang. Sesaat kemudian, ia menengadahkan kepalanya untuk menatap kami secara acak sambil meringis. “Siapa yang suruh kamu masuk?! Panggil raja kalian!” hardik pak Adi pada pemuda yang tengah kesurupan itu. “Keluar kamu!” katanya lagi sambil menekan bahu pemuda itu dan membacakan doa terhadapnya. Pemuda tadi langsung terkulai lemas dan kembali sadar perlahan-lahan setelah didoakan. “Yang tadi itu siluman monyet yang suka ambil barang di rumah ini, saya akan panggil pemimpinnya.”

Aku menelan ludah. Nampaknya anggota keluargaku yang lain juga melakukan hal yang sama. Tiba-tiba pemuda yang sama tadi kembali kesurupan. Sewaktu pemuda yang lain memegangi tubuhnya, ia memberontak sehingga susah untuk dikontrol. “Biarkan saja,” suruh pak Adi. Pemuda kesurupan itu pun duduk tanpa ada seorang pun yang memeganginya, kepalanya mendongak ke arah langit-langit. “Siapa nama kamu?” Makhluk ghaib di dalam tubuh pemuda itu tak menjawab. “Siapa yang kirim kamu ke sini?” tanya pak Adi lagi dengan nada tegas. Badan pemuda itu bergerak ke depan dan ke belakang, sementara tangan kanannya mengepal dan dipukul-pukulkannya perlahan ke bagian paha. “Kamu dengar pertanyaan saya?! Sekarang jawab!” Pemuda itu hanya menggeram dalam posisi tubuh yang sama. “Kamu mau main-main sama saya?!” Pak Adi membacakan doa dan pemuda tadi menggeram lebih keras, namun kali ini kepalanya perlahan menunduk.

Ketika doa terus dibacakan, akhirnya makhluk tersebut bersuara. Suaranya besar dan terdengar serak, ia menyebutkan nama sang pengirim juga meminta pak Adi untuk segera menghentikan doanya. Keluarga kami kebingungan karena nama tersebut terdengar begitu asing di telinga. “Bawa semua anak buahmu dan pergi dari rumah ini! Kalau tidak, saya tidak segan-segan untuk membinasakan kamu!” ancamnya. “Tidak, saya cuma kiriman,” jawab sang pemuda yang kerasukan sambil bertingkah setengah kebingungan. Karena makhluk ghaib itu keras kepala, pak Adi kembali membacakan doa. “Panas! Panasss! Hentikan atau orang ini mati!” Tanpa mempedulikan ancaman makhluk ghaib tersebut, pak Adi terus melanjutkan bacaan doanya. Pemuda itu terus mengerang kesakitan sambil menggelepar-gelepar hebat, rekannya yang lain langsung memegangi tubuhnya. Tak lama kemudian, pemuda tersebut kembali terkulai lemas. Adik laki-lakiku langsung menangis menyaksikan peristiwa yang menakutkan baginya itu.

Namun ternyata, tak butuh waktu lama untuk menghentikan tangisannya. Seketika itu juga, makhluk ghaib yang lain kembali merasuki tubuh pemuda itu. Ia kembali bangkit duduk dan tertawa cekikikan dengan suara mirip perempuan. Walau rambut pemuda itu pendek, namun gerakan tangannya seperti sedang menyisir rambut panjang yang lurus terjuntai hingga ke dadanya. Tangan kanannya seolah tengah memegang sebuah sisir yang terus disapukan ke rambut panjangnya yang tak terlihat. Sementara tangan kirinya sibuk mengelus rambut tiap kali baru disisir. Kepalanya sedikit miring ke kanan namun terus menunduk sambil tak hentinya menyisir rambut. Makhluk ghaib itu menggoyang-goyangkan tubuh pemuda tersebut ke kiri dan ke kanan penuh manja, dan saat itu aku melihat kalau tingkahnya benar-benar gemulai bak perempuan sejati. Pak Adi memberi salam dan menanyakan nama makhluk tersebut. Ia memberitahukan namanya, “Ayu.”

“Kuntilanak ini sedang malu-malu. Ada yang dia suka dari antara kalian,” pak Adi memberitahu kami, yang tentunya hal itu langsung membuat kami semua bergidik. “Silakan tunjuk siapa yang sebenarnya kamu suka di rumah ini,” suruh pak Adi. Makhluk ghaib bisa menyukai manusia? Aku baru tahu saat itu. Dengan penuh harap bercampur cemas, aku berdoa supaya ia tidak menunjukku. Perlahan namun pasti, tangan kanan pemuda itu terangkat dan jari telunjuknya mengarah tepat ke arah adik laki-lakiku. Hal itulah yang membuat adikku langsung berhenti menangis dan diam seribu bahasa. Padahal kukira hal tersebut justru akan membuat tangisannya bertambah besar.

“Aku cantik, tidak?” tanya Kuntilanak tersebut dengan genit sambil tetap menunduk dan kembali menyisir rambutnya yang sepertinya sangat panjang. Tiba-tiba kepala pemuda itu terangkat dan melotot ke arahku, “Tapi aku tidak suka dia!” Jantungku terasa langsung ingin copot saat itu. Di dalam hati aku terus berdoa dengan perasaan yang campur aduk. “Kenapa kamu membencinya?” tanya pak Adi. “Pokoknya tidak suka! Suatu saat akan aku celakai dia!” ancam makhluk itu terhadapku. “Kalau kamu berani, berarti kamu mencari masalah dengan saya,” pak Adi mengancam balik. Dengan sigap, ia langsung melafalkan bacaan doa untuk menghukum makhluk ghaib tersebut. Namun bukannya ketakutan, pemuda yang sedang dirasuki Kuntilanak tersebut malah melafalkan balik bacaan doa pak Adi lalu tertawa cekikikan. Kami jadi makin ketakutan. Aku sudah terlanjur menaruh banyak harapan pada bapak tua yang sedang ditertawakan oleh makhluk ghaib tersebut. Dicipratkannya air yang telah didoakan ke muka pemuda tersebut lalu pak Adi berdiri dan memegangi kening sang pemuda. Sementara rekannya yang lain memegangi tubuh pemuda kerasukan yang mulai memberontak ke sana – ke mari. Dibacakannya doa yang lain dan pemuda itu kini mulai meronta-ronta. “Ampuun, ampuuun. Aku akan pergii.., ampuuun..” makhluk ghaib tersebut memelas.

BERSAMBUNG
1
Ikuti KASKUS di
© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.