- Beranda
- Stories from the Heart
Kelakuan Anak Kuliah
...
TS
pujangga1000
Kelakuan Anak Kuliah
Quote:
Quote:
Quote:
----------------------------------------------------------------------------------
========================================
pujangga1000
Diubah oleh pujangga1000 19-09-2016 03:37
yusrillllll dan 23 lainnya memberi reputasi
22
3.9M
7.4K
Thread Digembok
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
32.7KThread•51.8KAnggota
Tampilkan semua post
TS
pujangga1000
#3124
Dino, Bambang & Rara - Untold 4
Hidup menjadi indah buat Rara. Sangat-sangat indah. Ibarat anak tangga. Dahulu ia menaiki tangga dari dasar keterpurukan, dasar kekecewaan, dasar penyesalan. Tapi sekarang ia sudah sampai ditujuannya. Di anak tangga terakhir. Menuju pintu kebahagiaan untuk dirinya. Rara tidak sendiri menaiki tangga tersebut. Ia dibantu oleh Bambang. Candaan dan tingkah bodoh Bambang selalu mewarnai hari-harinya. Mereka berdua pasangan yang benar-benar bahagia..
Dino. Beberapa hari setelah Bambang jadian dengan Rara, ia kembali ke kostan. Awalnya ia ragu untuk mengetuk pintu kamar Bambang. Ia ingin minta maaf karena telah memukuli Bambang. Waktu itu dia terbakar api emosi. Perbuatan yang seharusnya tidak ia lakukan. Tapi untuk Rara, idealismenya tidak tergoyahkan.
"Tok.. tok.. tok.." Dino mengetuk kamar Bambang
"Siapa?" Suara dari dalam kamar
Pintu terbuka,
"
" Bambang terkejut
"Ini oleh-oleh" Kata Dino memberikan sebungkus makanan oleh-oleh
"Ohh, makasih" Kata Bambang
"Gua minta maaf soal kemarin, gua emosi" Kata Dino
"
"
"Maaf..." Kata Dino pelan
"Santai lah sob hehehe
" Kata Bambang
"
" Dino nyengir
"oh iya, soal Rara..." Kata Bambang
Bambang ingin memberi tahu kabar bahwa ia telah jadian dengan Rara. Tapi ia takut jika tiba-tiba Dino kembali kalut dan memukulinya. Bambang siap-siap dengan ganggang pintu, siap-siap mendorong dan menutup pintu, jika ada hal yang tidak diinginkannya
"Gua jadian sama Rara" Kata Bambang sambil memasang kuda-kuda siap menutup pintu
"
"
Dalam pikiran Dino, sudah tidak ada Rara. Dia tidak lagi memperdulikan soal Rara. Buatnya, Rara hanya masa lalu. Dia ikut senang dengan kabar dari temannya.
"Wah selamaaaaaat Bembiii" Dino memeluk Bambang
"
" Bambang kebingungan
"Oleh-oleh lu, gua tambah, buat Rara juga hahaha" Kata Dino
"
" Bambang nyengir
***
Selang waktu dua tahun hubungan Bambang dengan Rara, semuanya indah. Mereka jarang sekali berantem, bahkan hampir tidak pernah. Rara sudah berhenti dari pekerjaannya sebagai spg. Ia sekarang bekerja sebagai tukang ketik disebuah perusahaan. Keahliannya ini diperoleh lewat pendidikan informal yang dibiayai oleh Bambang. Saat ini mereka memang hanya sebatas pacaran, tapi Bambang sudah yakin bahwa Rara adalah pasangan hidupnya kelak. Oleh karena itu, suatu hari, ia memberanikan diri melamar Rara..
"Dek, kalo kita nikah gimana?" Tanya Bambang
"
" Rara kaget dengan apa yang baru didengarnya
"Iya nih aku serius.. Nih aku uda beli cincin" Kata Bambang sambil membuka kotak cincinnya
"
"
Lagi-lagi Rara terkejut dengan apa yang dilakukan oleh pasangannya
"Jadi aku dilamar nih?" Tanya Rara
"Ya begitulah hehehe" Jawab Bambang
"Gak romantis banget sih.." Rara manyun
"Kamu kayak gak tau mas mu ini aja dek hehe" Bambang mengacak-acak rambutnya
Digenggamnya tangan Rara, lalu dia memakaikan cincinnya ke jari Rara
"
" Rara tersipu
"
" Bambang nyengir
"Kapan aku ngomong ke orang tua kamu?" Tanya Bambang
"Hemmm, besok?" Jawab Rara
"Oke
" Bambang mengiyakan dengan pasti
***
Hari yang ditunggu-tunggu akhirnya tiba. Setelah mengajukan lamaran ke orang tua Rara, Bambang diberikan restu. Segala sesuatu telah dipersiapkan mereka berdua. Mulai dari menyewa gedung untuk resepsi pernikahan, gaun pengantin, menyebar undangan, bahkan Bambang sudah membeli sebuah rumah di Jogja. Ia ingin tinggal di Jogja, karena dikota inilah ia bertemu dengan Rara. Ia ingin menjalani hidupnya dikota ini.
Bukan rumah mewah memang, tapi rumah kecil yang cocok untuk keluarga sederhananya kelak. Untuk Bambang, setelah berkeluarga, ia harus bekerja lebih giat. Karena tanggungannya akan bertambah banyak. Ia harus membiayai hidup istrinya, anaknya kelak, dan tentu saja membayar cicilan rumahnya. Dalam angannya, dia sudah memilih akan membeli mobil apa. Pokoknya semua sudah dipersiapkan dengan matang.
Tapi..
Sesuatu yang diluar kendali mereka berdua terjadi. Mungkin memang Rara belum sempat membuka pintu kebahagiannya. Ia mungkin hanya baru saja sampai di anak tangga terakhir. Atau mungkin Rara memang tidak ditakdirkan dengan Bambang? Memang tidak pernah ada tangga seperti itu? Arghhh persetan dengan takdir! Adakah takdir harus seperti ini? Bullshit!
Sehari sebelum pernikahan mereka, Rara tidak mendapatkan firasat apapun. Bambang sedang pergi ke gedung tempat resepsi pernikahan mereka untuk membayar uang sisa sewa gedung. Sedangkan Rara ada dirumahnya dan tidak bisa bertemu Bambang karena adat yang berlaku. Arghhh. Dasar bodoh! Bodoh! Tidak punya otak! Bambang mendapatkan kecelakaan ketika perjalanannya. Ada seorang anak remaja yang baru saja belajar menyetir mobil dan menabrak Bambang dengan kecepatan tinggi. Bambang terseret dengan motor yang menimpanya sejauh puluhan meter. Kondisinya parah. Ia segera dilarikan ke rumah sakit..
Rara tau hal ini setelah dihubungi oleh pihak rumah sakit. Dengan hati yang hancur berkeping-keping, ia segera pergi.
Dilihatnya tubuh Bambang penuh luka.
Rara menitikan air mata melihat pemandangan didepannya.
Ia tak kuasa untuk menjerit.
Tekanan dalam batinnya terlalu besar.
Rara tidak sempat mengucapkan salam selamat tinggalnya kepada Bambang.
Gelombang di monitor sudah tidak menunjukkan detak jantung dari Bambang.
Ia telah pergi..
Digenggamnya tangan Bambang,
Dipegangnya dengan erat..
Rara memegang tangan Bambang disertai isak tangis yang terus memburu.
Diletakkan punggung tangan itu di dahinya..
"mas...." gumam Rara
Air mata mengalir semakin deras setelah Rara mengucapkan kata tadi.
Dipunggungnya, ada beban begitu berat yang menimpa.
Seakan-akan ia tidak percaya.
Bahwa esok adalah hari bahagianya.
"MAAAASSSSSSS.....!" Teriak Rara
Suaranya menggambarkan kesedihan yang sangat mendalam.
Tangan Bambang telah basah oleh air mata Rara..
Tangan itu masih tetap digenggam dengan erat..
"Lapangkan jalannya mbak.."
Kata seorang suster diruangan itu sambil meremas pundak Rara
"Mas! Kenapa kamu ninggalin aku?!" Suara Rara pecah
Rara masih belum menerima kenyataan ini..
Harusnya tangan ini digenggamnya esok.
Mereka berdua akan saling mengucapkan janji suci untuk sehidup semati..
"Jangan! Jangan!"
Rara melarang wajah Bambang ditutupi kain.
Ia masih berharap Bambang dapat selamat.
Ia masih berharap akan adanya keajaiban.
Ia masih berharap akan kebahagiaan..
Tangisnya kemudian pecah
Ia memeluk calon suaminya...

***
"Kalau Rara gak aku tarik keluar, dia gak akan lepas meluk Bambang" Kata bang Din disertai hembusan asap rokok
"
"
Tidak terasa, rokok terakhir sudah gue bakar. Cerita bang Din, gue dengar dari tadi sejak pulang dari rumah Rara sampai sekarang gue sedang duduk dikamarnya. Perasaan gue tersentuh. Sebegitu beratkah perjuangan Rara? Sebegitu banyakkah cobaan yang dihadapinya?
"Setelah Bambang meninggal, aku hilang kontak sama Rara, baru ketemu lagi ya waktu itu waktu kau kenalin
" Kata bang Din
"Sekarang dia kerja jadi LC ya untuk bayar cicilan rumah dari Bambang dulu" Kata bang Din lagi
"
"
Ternyata.. Gue gak tau harus berkomentar apa.. Ini terlalu berat buat gue. Gue gak yakin kalau gue mampu menghadapinya kalau hal ini menimpa gue.
"Kalau kau benar suka sama Rara, ya kau harus dengar cerita dia tentang ini. Kau harus tau kalau dia pernah hampir nikah dulu. Gua yakin dia masih ingat Bambang. Buktinya dia masih tinggal di rumah itu" Kata Bang Din panjang lebar
"
"
"Ya gitu lah dek.." Bang Din mengakhiri
"Bang.." panggil gue
"
"
"Kau pecundang..." Kata gue pelan
Dino. Beberapa hari setelah Bambang jadian dengan Rara, ia kembali ke kostan. Awalnya ia ragu untuk mengetuk pintu kamar Bambang. Ia ingin minta maaf karena telah memukuli Bambang. Waktu itu dia terbakar api emosi. Perbuatan yang seharusnya tidak ia lakukan. Tapi untuk Rara, idealismenya tidak tergoyahkan.
"Tok.. tok.. tok.." Dino mengetuk kamar Bambang
"Siapa?" Suara dari dalam kamar
Pintu terbuka,
"
" Bambang terkejut"Ini oleh-oleh" Kata Dino memberikan sebungkus makanan oleh-oleh
"Ohh, makasih" Kata Bambang
"Gua minta maaf soal kemarin, gua emosi" Kata Dino
"
""Maaf..." Kata Dino pelan
"Santai lah sob hehehe
" Kata Bambang"
" Dino nyengir"oh iya, soal Rara..." Kata Bambang
Bambang ingin memberi tahu kabar bahwa ia telah jadian dengan Rara. Tapi ia takut jika tiba-tiba Dino kembali kalut dan memukulinya. Bambang siap-siap dengan ganggang pintu, siap-siap mendorong dan menutup pintu, jika ada hal yang tidak diinginkannya
"Gua jadian sama Rara" Kata Bambang sambil memasang kuda-kuda siap menutup pintu
"
"Dalam pikiran Dino, sudah tidak ada Rara. Dia tidak lagi memperdulikan soal Rara. Buatnya, Rara hanya masa lalu. Dia ikut senang dengan kabar dari temannya.
"Wah selamaaaaaat Bembiii" Dino memeluk Bambang
"
" Bambang kebingungan"Oleh-oleh lu, gua tambah, buat Rara juga hahaha" Kata Dino
"
" Bambang nyengir***
Selang waktu dua tahun hubungan Bambang dengan Rara, semuanya indah. Mereka jarang sekali berantem, bahkan hampir tidak pernah. Rara sudah berhenti dari pekerjaannya sebagai spg. Ia sekarang bekerja sebagai tukang ketik disebuah perusahaan. Keahliannya ini diperoleh lewat pendidikan informal yang dibiayai oleh Bambang. Saat ini mereka memang hanya sebatas pacaran, tapi Bambang sudah yakin bahwa Rara adalah pasangan hidupnya kelak. Oleh karena itu, suatu hari, ia memberanikan diri melamar Rara..
"Dek, kalo kita nikah gimana?" Tanya Bambang
"
" Rara kaget dengan apa yang baru didengarnya"Iya nih aku serius.. Nih aku uda beli cincin" Kata Bambang sambil membuka kotak cincinnya
"
"Lagi-lagi Rara terkejut dengan apa yang dilakukan oleh pasangannya
"Jadi aku dilamar nih?" Tanya Rara
"Ya begitulah hehehe" Jawab Bambang
"Gak romantis banget sih.." Rara manyun
"Kamu kayak gak tau mas mu ini aja dek hehe" Bambang mengacak-acak rambutnya
Digenggamnya tangan Rara, lalu dia memakaikan cincinnya ke jari Rara
"
" Rara tersipu"
" Bambang nyengir"Kapan aku ngomong ke orang tua kamu?" Tanya Bambang
"Hemmm, besok?" Jawab Rara
"Oke
" Bambang mengiyakan dengan pasti***
Hari yang ditunggu-tunggu akhirnya tiba. Setelah mengajukan lamaran ke orang tua Rara, Bambang diberikan restu. Segala sesuatu telah dipersiapkan mereka berdua. Mulai dari menyewa gedung untuk resepsi pernikahan, gaun pengantin, menyebar undangan, bahkan Bambang sudah membeli sebuah rumah di Jogja. Ia ingin tinggal di Jogja, karena dikota inilah ia bertemu dengan Rara. Ia ingin menjalani hidupnya dikota ini.
Bukan rumah mewah memang, tapi rumah kecil yang cocok untuk keluarga sederhananya kelak. Untuk Bambang, setelah berkeluarga, ia harus bekerja lebih giat. Karena tanggungannya akan bertambah banyak. Ia harus membiayai hidup istrinya, anaknya kelak, dan tentu saja membayar cicilan rumahnya. Dalam angannya, dia sudah memilih akan membeli mobil apa. Pokoknya semua sudah dipersiapkan dengan matang.
Tapi..
Sesuatu yang diluar kendali mereka berdua terjadi. Mungkin memang Rara belum sempat membuka pintu kebahagiannya. Ia mungkin hanya baru saja sampai di anak tangga terakhir. Atau mungkin Rara memang tidak ditakdirkan dengan Bambang? Memang tidak pernah ada tangga seperti itu? Arghhh persetan dengan takdir! Adakah takdir harus seperti ini? Bullshit!
Sehari sebelum pernikahan mereka, Rara tidak mendapatkan firasat apapun. Bambang sedang pergi ke gedung tempat resepsi pernikahan mereka untuk membayar uang sisa sewa gedung. Sedangkan Rara ada dirumahnya dan tidak bisa bertemu Bambang karena adat yang berlaku. Arghhh. Dasar bodoh! Bodoh! Tidak punya otak! Bambang mendapatkan kecelakaan ketika perjalanannya. Ada seorang anak remaja yang baru saja belajar menyetir mobil dan menabrak Bambang dengan kecepatan tinggi. Bambang terseret dengan motor yang menimpanya sejauh puluhan meter. Kondisinya parah. Ia segera dilarikan ke rumah sakit..
Rara tau hal ini setelah dihubungi oleh pihak rumah sakit. Dengan hati yang hancur berkeping-keping, ia segera pergi.
Dilihatnya tubuh Bambang penuh luka.
Rara menitikan air mata melihat pemandangan didepannya.
Ia tak kuasa untuk menjerit.
Tekanan dalam batinnya terlalu besar.
Rara tidak sempat mengucapkan salam selamat tinggalnya kepada Bambang.
Gelombang di monitor sudah tidak menunjukkan detak jantung dari Bambang.
Ia telah pergi..
Digenggamnya tangan Bambang,
Dipegangnya dengan erat..
Rara memegang tangan Bambang disertai isak tangis yang terus memburu.
Diletakkan punggung tangan itu di dahinya..
"mas...." gumam Rara
Air mata mengalir semakin deras setelah Rara mengucapkan kata tadi.
Dipunggungnya, ada beban begitu berat yang menimpa.
Seakan-akan ia tidak percaya.
Bahwa esok adalah hari bahagianya.
"MAAAASSSSSSS.....!" Teriak Rara
Suaranya menggambarkan kesedihan yang sangat mendalam.
Tangan Bambang telah basah oleh air mata Rara..
Tangan itu masih tetap digenggam dengan erat..
"Lapangkan jalannya mbak.."
Kata seorang suster diruangan itu sambil meremas pundak Rara
"Mas! Kenapa kamu ninggalin aku?!" Suara Rara pecah
Rara masih belum menerima kenyataan ini..
Harusnya tangan ini digenggamnya esok.
Mereka berdua akan saling mengucapkan janji suci untuk sehidup semati..
"Jangan! Jangan!"
Rara melarang wajah Bambang ditutupi kain.
Ia masih berharap Bambang dapat selamat.
Ia masih berharap akan adanya keajaiban.
Ia masih berharap akan kebahagiaan..
Tangisnya kemudian pecah
Ia memeluk calon suaminya...

***
"Kalau Rara gak aku tarik keluar, dia gak akan lepas meluk Bambang" Kata bang Din disertai hembusan asap rokok
"
"Tidak terasa, rokok terakhir sudah gue bakar. Cerita bang Din, gue dengar dari tadi sejak pulang dari rumah Rara sampai sekarang gue sedang duduk dikamarnya. Perasaan gue tersentuh. Sebegitu beratkah perjuangan Rara? Sebegitu banyakkah cobaan yang dihadapinya?
"Setelah Bambang meninggal, aku hilang kontak sama Rara, baru ketemu lagi ya waktu itu waktu kau kenalin
" Kata bang Din"Sekarang dia kerja jadi LC ya untuk bayar cicilan rumah dari Bambang dulu" Kata bang Din lagi
"
"Ternyata.. Gue gak tau harus berkomentar apa.. Ini terlalu berat buat gue. Gue gak yakin kalau gue mampu menghadapinya kalau hal ini menimpa gue.
"Kalau kau benar suka sama Rara, ya kau harus dengar cerita dia tentang ini. Kau harus tau kalau dia pernah hampir nikah dulu. Gua yakin dia masih ingat Bambang. Buktinya dia masih tinggal di rumah itu" Kata Bang Din panjang lebar
"
""Ya gitu lah dek.." Bang Din mengakhiri
"Bang.." panggil gue
"
""Kau pecundang..." Kata gue pelan
Spoiler for :
jenggalasunyi dan 6 lainnya memberi reputasi
7
