- Beranda
- Stories from the Heart
Kelakuan Anak Kuliah
...
TS
pujangga1000
Kelakuan Anak Kuliah
Quote:
Quote:
Quote:
----------------------------------------------------------------------------------
========================================
pujangga1000
Diubah oleh pujangga1000 19-09-2016 03:37
yusrillllll dan 23 lainnya memberi reputasi
22
3.9M
7.4K
Thread Digembok
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
32.7KThread•51.8KAnggota
Tampilkan semua post
TS
pujangga1000
#3123
Dino, Bambang & Rara - Untold 3
Dino pulang dengan perasaan berbunga-bunga. Dia tidak henti-hentinya tersenyum sejak tadi. Dia mendapati pintu kamar sahabatnya sedang terbuka. Dino ingin sahabatnya tahu kabar baik yang baru saja ia dapatkan.
"Sob! Gua baru jadian sama Rara" Teriak Dino didepan kamar Bambang
"
" Bambang kaget
"
"
"Selamat ya sob! hehe" Bambang tersenyum
Bambang tersenyum dengan berita baik dari sahabatnya. Walaupun dalam hatinya ada perasaan aneh. Bambang memberikan pelukan persahabatan kepada Dino dengan perasaan aneh tersebut.
"Andai gua yang jadian dengan Rara, mungkin saat ini gua yang bahagia" Gumam Bambang dalam hati
Ya itulah yang ada dalam hatinya. Bambang menyukai Rara. Tapi keadaan tidak memungkinkan. Sahabatnya menyukai wanita yang sama.
"Biarlah. Mungkin memang seperti ini jadinya. Mungkin memang Dino lebih pantas untuk Rara, daripada gua yang terlalu pengecut" Guman Bambang lagi dalam hati.
Semuanya berjalan kembali. Dino kini sudah punya status baru dengan Rara. Rara masih tetap sebagai karyawan yang direkrut oleh perusahaan Bambang. Bambang masih tetap sebagai pemimpin yang meruntuhkan tembok pemisah antara atasan dan bawahan. Bambang tidak ingin ada perubahan dalam perilakunya, walaupun sebenarnya tujuannya tidak akan mungkin lagi tercapai. Rara sudah jadi milik orang lain.
***
Beberapa bulan setelah hubungannya dengan Dino, Rara mulai merasa bahwa Dino harus tau yang sebenarnya tentang dirinya. Rara tidak ingin pasangannya ini tetap larut tanpa tahu rahasia yang dipendamnya. Suatu hari Rara memulai percakapan serius dengan Dino..
"Mas, aku mau ngomong" Kata Rara
"Kenapa dek?
" Tanya Dino
"Aku mau cerita sesuatu mas, tapi janji ya, jangan ninggalin aku setelahnya" Kata Rara
"Apa?" Dino mulai was-was
"Janji dulu, kalau ngak aku gak mau cerita" Kata Rara
"Tergantung dulu apa yang mau kamu ceritain" Dino menawar
"..."
"
"
Dino harus tau. Kalau benar dia memang tulus mencintai Rara, dia tidak akan meninggalkannya. Rara bertaruh dengan masa depan..
"Aku uda pernah nikah.." Kata Rara pelan
"
"
"Dan punya anak..." Lanjut Rara
"..."
Dino terdiam. Ia terguncang dengan apa yang baru dikatakan Rara. Ingin rasanya ia tidak percaya. Tapi tidak mungkin. Rara kelihatannya tidak sedang bercanda. Rara sedang serius. Dino tidak tahu apa yang harus dilakukannya. Kepalanya seperti tertimpa sebuah gunung. Berat..
"Sua... Suami kamu... kemana?" Dino terbata-bata
"Dia uda pergi ninggalin aku" Rara meneteskan air mata
"..." Dino diam
"Mas, maaf kalau aku bukan seperti yang kamu mau.. Aku bukan lagi gadis..." Rara mengatakannya sambil tersedu-sedu
"..." Dino masih terdiam
Dino bukan tidak sadar bahwa Rara sudah meneteskan air mata. Badannya bahkan bergetar ketika mengatakannya barusan. Tubuh Rara mendadak lemas setelah mengeluarkan hal yang selama ini ia pendam. Rara mulai takut. Jikalau ia akan kalah dalam pertaruhannya..
Dino memeluk Rara.
Rara terus menerus meneteskan air mata.
Tubuhnya hangat.
Tapi ia mengigil karena ketakutan.
"Mas, kamu mau nerima aku?" tanya Rara dalam pelukan
"..." Dino tidak bisa menjawab
Idealismenya telah membutakan mata hati Dino. Dia tidak lagi memikirkan apa yang telah selama ini mereka lalui. Dia tidak lagi mengingat bagaimana gigihnya dulu ketika meluluhkan hati Rara hingga membuka hati kepadanya. Bagi Dino, ia menginginkan bercak darah perawan dipergumulan malam pertama pernikahannya. Saat ini, wanita yang (dulu) dicintainya, sudah tidak mungkin memberikan hal itu kepadanya. Saat ini, dia tidak tahu lagi apakah masih bisa menerima Rara atau tidak..
Rara melepas pelukan Dino..
Ia tau bahwa ia telah kalah..
Pertaruhannya kalah oleh takdir..
***
Dino pelan-pelan menjauhi Rara. Rasanya tidak lagi sama seperti dulu. Ia seperti dibohongi oleh Rara. Bagi Dino, harusnya Rara memberi tahu sejak awal. Dengan begitu, ia pasti akan mengundurkan diri. Daripada disaat seperti ini. Yang ada hanya sakit hati yang mendalam di sanubari Dino.
"Pecundang!" Teriak Bambang
"
" Dino terkejut
"Pengecut!" Teriak Bambang lagi
Sebuah pukulan diberikan Dino kepada Bambang. Padahal awalnya dia hanya ingin bercerita kepada sahabatnya, Bambang. Siapa tau bisa meringankan rasa sakit yang ada dalam dirinya. Tapi malah hinaan yang diberikan sahabatnya. Dia tidak terima dicerca seperti itu. Dia punya idealismenya sendiri.
"Kalau lu mau sama janda itu, ambil saja!" Teriak Dino diliputi emosi
"Ya, kau tidak pantas untuk Rara!" Teriak Bambang sambil menahan darah segar dari hidungnya
"
"
Dino kembali menghujani Bambang dengan pukulan demi pukulan. Apa maksudnya Bambang mengatakan hal seperti itu? Berarti sejak awal, Bambang juga menyukai Rara? Artinya selama ini, dibelakang Dino, Bambang bisa saja menjalin hubungan dengan Rara tanpa sepengetahuan Dino. Dia pikir Bambang adalah sahabatnya. Ternyata Dino ditikam oleh sahabatnya dari belakang. Api cemburu telah membutakan lagi mata hati Dino.
Setelah puas memukuli sahabatnya. Dino pergi entah kemana..
***
"Wajahnya kenapa pak?
" tanya seorang teman kantor Bambang
"Biasa berantem hehe" Jawab Bambang
"Ya ampun sampe segitunya. Sudah ke dokter Pak?" Tanya temannya lagi
"Gak usah, nanti juga sembuh sendiri hehe" Kata Bambang
Baru saja temannya itu akan berlalu dari Bambang..
"Oh iya, untuk event minggu depan, tolong spg biasa dihubungi ya?" Kata Bambang
"Biasa atau biasa Pak?" Goda temannya itu
"Hehehehe" Bambang nyengir
"Rara ya Pak? Dia tidak bisa dihubungi beberapa hari ini. Nanti coba saya usahakan lagi" Kata temannya
Ada perasaan kecewa dalam hati Bambang. Dia memposisikan dirinya sebagai Rara. Dia dapat merasakan apa yang Rara rasakan. Lalu Bambang mulai menyesal. Kenapa dulu ia tidak jujur saja kepada Rara. Ujung-ujungnya tidak akan seperti ini. Tapi mau bagaimana. Sekarang Dino pergi entah kemana, ia tidak ada dikostan. Sedangkan Rara tidak bisa dihubungi..
***
Berbulan-bulan Bambang lalui. Ia masih terus saja mencari Rara, tapi hasilnya nihil. Sampai suatu ketika, disebuah event pameran. Bambang mendapati sosok yang selama ini ia cari. Sosok yang masih seperti dalam ingatannya. Ia masih tetap saja menawarkan produk-produk dengan brosur. Tapi kali ini, bukan produk dari perusahaan Bambang.
Bambang mencoba untuk mendekati wanita itu.
"Ohh jadi sekarang pindah perusahaan ya
" sapa Bambang
"
" wanita itu terkejut
"Hi Ra, kamu apa kabar?" tanya Bambang bersahabat
"Baik, kamu?" jawab Rara dingin
"Aku baik juga, apalagi setelah tau kamu juga sehat
" Kata Bambang
"Makasih..." jawab Rara
"Kenapa dia muncul lagi dihadapanku?" Gumam Rara dalam hati
Rara masih menyukai Bambang. Masih sampai sekarang. Ia juga kaget kenapa bisa bertemu dengan Bambang. Padahal selama beberapa bulan ini, ia telah menghindari perusahaan Bambang. Termasuk apabila ada pameran yang satu lokasi dengan perusahaan Bambang, ia akan menolaknya. Rara masih suka kepada Bambang. Tapi ia tidak ingin sakit hati lagi. Cukup mantan suaminya dan Dino yang memperlakukannya secara buruk. Luka yang diberikan Dino mungkin masih bisa ia obati. Tapi apabila orang tersebut adalah Bambang. Ia tidak tahu, mungkin akan sangat-sangat sakit..
"Sombong ya kalo panggilan dari perusahaan aku, gak pernah mau diterima
" Goda Bambang
"Hehehe" Rara bingung mau menjawab apa
"Sudah makan siang?" Tanya Bambang
Rara menggelengkan kepalanya..
Kalau lelaki lain yang bertanya, Rara pasti akan menjawabnya dengan dingin dan mengacuhkannya. Tapi ini Bambang. Awalnya ia ingin menolak tawaran Bambang. Namun tidak bisa. Badannya bergerak sendiri menerima tawaran Bambang. Hati kecilnya berbisik bahwa Bambang adalah lelaki yang berbeda. Ada suara dalam dirinya yang membuat ia percaya akan hal ini dan berjalan bersama Bambang menuju kantin.
***
"Aku bingung mau ngobrol apa lagi hahaha" Bambang bertingkah bodoh
"Yauda, gak usah ngomong, makan aja biar kenyang
" jawab Rara
Daritadi hanya Bambang yang mengajukan pertanyaan kepada Rara, sedangkan Rara hanya menjawab singkat. Sebenarnya Rara ingin ngobrol panjang lebar dengan Bambang. Tapi self defense Rara terlalu tinggi. Ia membentengi dirinya. Ia mulai menyesal kenapa harus menerima tawaran makan siang bersama Bambang. Harusnya tadi ia tolak.
"Aku uda tau masalah kamu dengan Dino" Kata Bambang tiba-tiba
"
" Rara terkejut
"Aku gak ada maksud apa-apa ngomong gini.."
Bambang mulai deg-degan. Jantungnya berpacu lebih kencang dari biasanya. Now or never. Bambang mengepalkan tangannya. Mengumpulkan keberanian untuk mengatakan apa yang selama ini ia pendam. Bambang tidak ingin lagi melihat Rara jauh dari dirinya. Apalagi Rara harus kecewa lagi dengan pria lain diluar sana. Ia tidak ingin Rara disakiti hatinya lagi..
"Aku suka kamu Ra" Kata Bambang pelan
"
"
"Dari sejak awal ketemu, ada perasaan berbeda untuk mu.."
"Kamu ingat, waktu itu, kamu pucat.. Aku bukannya baru datang. Pasti kamu berpikir, manager seperti apa yang datang terlambat dari karyawannya. Tidak. Aku sudah ada sejak pagi. Tapi aku melihat kamu pucat sambil memegang perut. Tebakan ku, pasti kamu tidak makan siang. Kamu maag. Aku langsung pergi mencari makanan. Tapi memang aku saja yang bodoh hahaha" Bambang mengacak-acak rambutnya
"Kalau orang lapar, harusnya dibeliin nasi bungkus ya.. Ini malah kue basah. Maaf ya Ra. Aku baru di Jogja beberapa hari. Jadi gak tau dimana penjual nasi bungkus yang enak. Yang aku tau hanya kue itu enak. Jadi aku beliin untuk kamu.. Enak gak Ra?" Tanya Bambang
"
"
Rara tersenyum. Ia tidak menyangka, orang yang dikaguminya, ternyata punya pesaraan kepadanya. Ia baru ingin menjawab, tapi dipotong oleh Bambang..
"Enak donk pastinya.. Kalau ngak enak, gak mungkin kamu makan segitu banyak kuenya.. Eh enak atau laper itu Ra? hehehe" Goda Bambang
"
"
Rara tersipu malu mendengar penjelasan dari Bambang.
"Ahh Kenapa jadi ngomongin kue sih. Jadi gini Ra. Aku suka sama kamu. Jadi ya..."
"Jadi..."
"Jadi..."
Kalimat yang akan dikeluarkan Bambang tercekat ditenggorokannya.
"
"
"Jadi ya gitu Ra.. Mau jadi pacar aku?" Tanya Bambang
Rara kembali kaget dengan pernyataan Bambang. Tapi sedetik kemudian
"Aduh, aku salah ngomong hahaha.. Gak usah dijawab Ra, jangan dipikirin Hahahahaha" Bambang kembali bertingkah bodoh
Terlihat senyum yang barusan mengambang diwajah Rara telah berubah menjadi murung. Ia sedih. Ia sudah memperkirakan apa yang dipikirkan Bambang. Bambang pasti melihat dirinya hina. Seorang janda yang mencari uang dengan menjual tubuhnya untuk diamati orang-orang. Ia tidak pantas untuk Bambang..
"Ehh kenapa jadi murung Ra?" Tanya Bambang penasaran
"
"
Rara kembali tersenyum. Senyum yang dipaksakan.
"Aku gak pantas untuk kamu. Kamu bisa cari gadis perawan yang lain yang lebih pantas untuk kamu. Tapi makasih ya sudah merhatiin aku
" Kata Rara
"
" Bambang terkejut
"Bukan gitu Ra.. Bukan gitu.. aduuuuh" Bambang menggoyangkan kedua telapak tangannya
"Aku tuh beneran suka sama kamu. Aku gak masalah kalau kamu udah pernah nikah sebelumnya. Tapi ya gitu deh Ra. Aku merasa aku belum ada pendekatan apa-apa ke kamu, uda main nyatain perasaan aja. Pasti kamu mikirnya aku cowok yang mukanya tebal ya? Hahahaha Ngak.. ngak.. Ehh iya, aku emang muka tebal sih.. Hahahahaha" Kata Bambang plin-plan sehingga terlihat bodoh
Rara benar-benar tersentuh dengan apa yang dikatakan Bambang. Ia tidak menyangka bahwa atasannya dan orang yang dikaguminya ini bisa seperti ini.
"Yauda gini deh Ra, aku boleh ya pendekatan sama kamu. Nah nanti kamu kasih tau kalo aku diterima atau ngak. Tapi jangan disuru nembak lagi ya.. Aku grogi hehehe" Bambang kembali bertingkah bodoh
Rara tersenyum
"Aku uda nerima kamu kok
" Kata Rara
"Haaaaaaa???!" Bambang terkejut
"Jadi kamu mau jadi pacarku?" Bambang bertanya kembali dalam keraguannya
"Tapi kamu tau kan kondisi ku, Aku sudah pernah nikah dan punya anak" Rara memastikan
"Gapapa, gapapa.. Aku gapapa kok. Jadi sekarang ada yang manggil aku ayah donk ya? Eh belum ya.. Kan kita baru jadian ya.. Belum nikah hehehehe" Lagi-lagi Bambang bertingkah konyol
Rara kemudian tertawa lepas melihat kelakuan Bambang. Dia tertawa terbahak-bahak. Tawa yang selama ini ia cari. Tawa yang selama ini ia rindukan. Bambang lah yang mengembalikan tawa ini kepada Rara...
"Sob! Gua baru jadian sama Rara" Teriak Dino didepan kamar Bambang
"
" Bambang kaget"
""Selamat ya sob! hehe" Bambang tersenyum
Bambang tersenyum dengan berita baik dari sahabatnya. Walaupun dalam hatinya ada perasaan aneh. Bambang memberikan pelukan persahabatan kepada Dino dengan perasaan aneh tersebut.
"Andai gua yang jadian dengan Rara, mungkin saat ini gua yang bahagia" Gumam Bambang dalam hati
Ya itulah yang ada dalam hatinya. Bambang menyukai Rara. Tapi keadaan tidak memungkinkan. Sahabatnya menyukai wanita yang sama.
"Biarlah. Mungkin memang seperti ini jadinya. Mungkin memang Dino lebih pantas untuk Rara, daripada gua yang terlalu pengecut" Guman Bambang lagi dalam hati.
Semuanya berjalan kembali. Dino kini sudah punya status baru dengan Rara. Rara masih tetap sebagai karyawan yang direkrut oleh perusahaan Bambang. Bambang masih tetap sebagai pemimpin yang meruntuhkan tembok pemisah antara atasan dan bawahan. Bambang tidak ingin ada perubahan dalam perilakunya, walaupun sebenarnya tujuannya tidak akan mungkin lagi tercapai. Rara sudah jadi milik orang lain.
***
Beberapa bulan setelah hubungannya dengan Dino, Rara mulai merasa bahwa Dino harus tau yang sebenarnya tentang dirinya. Rara tidak ingin pasangannya ini tetap larut tanpa tahu rahasia yang dipendamnya. Suatu hari Rara memulai percakapan serius dengan Dino..
"Mas, aku mau ngomong" Kata Rara
"Kenapa dek?
" Tanya Dino"Aku mau cerita sesuatu mas, tapi janji ya, jangan ninggalin aku setelahnya" Kata Rara
"Apa?" Dino mulai was-was
"Janji dulu, kalau ngak aku gak mau cerita" Kata Rara
"Tergantung dulu apa yang mau kamu ceritain" Dino menawar
"..."
"
"Dino harus tau. Kalau benar dia memang tulus mencintai Rara, dia tidak akan meninggalkannya. Rara bertaruh dengan masa depan..
"Aku uda pernah nikah.." Kata Rara pelan
"
""Dan punya anak..." Lanjut Rara
"..."
Dino terdiam. Ia terguncang dengan apa yang baru dikatakan Rara. Ingin rasanya ia tidak percaya. Tapi tidak mungkin. Rara kelihatannya tidak sedang bercanda. Rara sedang serius. Dino tidak tahu apa yang harus dilakukannya. Kepalanya seperti tertimpa sebuah gunung. Berat..
"Sua... Suami kamu... kemana?" Dino terbata-bata
"Dia uda pergi ninggalin aku" Rara meneteskan air mata
"..." Dino diam
"Mas, maaf kalau aku bukan seperti yang kamu mau.. Aku bukan lagi gadis..." Rara mengatakannya sambil tersedu-sedu
"..." Dino masih terdiam
Dino bukan tidak sadar bahwa Rara sudah meneteskan air mata. Badannya bahkan bergetar ketika mengatakannya barusan. Tubuh Rara mendadak lemas setelah mengeluarkan hal yang selama ini ia pendam. Rara mulai takut. Jikalau ia akan kalah dalam pertaruhannya..
Dino memeluk Rara.
Rara terus menerus meneteskan air mata.
Tubuhnya hangat.
Tapi ia mengigil karena ketakutan.
"Mas, kamu mau nerima aku?" tanya Rara dalam pelukan
"..." Dino tidak bisa menjawab
Idealismenya telah membutakan mata hati Dino. Dia tidak lagi memikirkan apa yang telah selama ini mereka lalui. Dia tidak lagi mengingat bagaimana gigihnya dulu ketika meluluhkan hati Rara hingga membuka hati kepadanya. Bagi Dino, ia menginginkan bercak darah perawan dipergumulan malam pertama pernikahannya. Saat ini, wanita yang (dulu) dicintainya, sudah tidak mungkin memberikan hal itu kepadanya. Saat ini, dia tidak tahu lagi apakah masih bisa menerima Rara atau tidak..
Rara melepas pelukan Dino..
Ia tau bahwa ia telah kalah..
Pertaruhannya kalah oleh takdir..
***
Dino pelan-pelan menjauhi Rara. Rasanya tidak lagi sama seperti dulu. Ia seperti dibohongi oleh Rara. Bagi Dino, harusnya Rara memberi tahu sejak awal. Dengan begitu, ia pasti akan mengundurkan diri. Daripada disaat seperti ini. Yang ada hanya sakit hati yang mendalam di sanubari Dino.
"Pecundang!" Teriak Bambang
"
" Dino terkejut"Pengecut!" Teriak Bambang lagi
Sebuah pukulan diberikan Dino kepada Bambang. Padahal awalnya dia hanya ingin bercerita kepada sahabatnya, Bambang. Siapa tau bisa meringankan rasa sakit yang ada dalam dirinya. Tapi malah hinaan yang diberikan sahabatnya. Dia tidak terima dicerca seperti itu. Dia punya idealismenya sendiri.
"Kalau lu mau sama janda itu, ambil saja!" Teriak Dino diliputi emosi
"Ya, kau tidak pantas untuk Rara!" Teriak Bambang sambil menahan darah segar dari hidungnya
"
"Dino kembali menghujani Bambang dengan pukulan demi pukulan. Apa maksudnya Bambang mengatakan hal seperti itu? Berarti sejak awal, Bambang juga menyukai Rara? Artinya selama ini, dibelakang Dino, Bambang bisa saja menjalin hubungan dengan Rara tanpa sepengetahuan Dino. Dia pikir Bambang adalah sahabatnya. Ternyata Dino ditikam oleh sahabatnya dari belakang. Api cemburu telah membutakan lagi mata hati Dino.
Setelah puas memukuli sahabatnya. Dino pergi entah kemana..
***
"Wajahnya kenapa pak?
" tanya seorang teman kantor Bambang"Biasa berantem hehe" Jawab Bambang
"Ya ampun sampe segitunya. Sudah ke dokter Pak?" Tanya temannya lagi
"Gak usah, nanti juga sembuh sendiri hehe" Kata Bambang
Baru saja temannya itu akan berlalu dari Bambang..
"Oh iya, untuk event minggu depan, tolong spg biasa dihubungi ya?" Kata Bambang
"Biasa atau biasa Pak?" Goda temannya itu
"Hehehehe" Bambang nyengir
"Rara ya Pak? Dia tidak bisa dihubungi beberapa hari ini. Nanti coba saya usahakan lagi" Kata temannya
Ada perasaan kecewa dalam hati Bambang. Dia memposisikan dirinya sebagai Rara. Dia dapat merasakan apa yang Rara rasakan. Lalu Bambang mulai menyesal. Kenapa dulu ia tidak jujur saja kepada Rara. Ujung-ujungnya tidak akan seperti ini. Tapi mau bagaimana. Sekarang Dino pergi entah kemana, ia tidak ada dikostan. Sedangkan Rara tidak bisa dihubungi..
***
Berbulan-bulan Bambang lalui. Ia masih terus saja mencari Rara, tapi hasilnya nihil. Sampai suatu ketika, disebuah event pameran. Bambang mendapati sosok yang selama ini ia cari. Sosok yang masih seperti dalam ingatannya. Ia masih tetap saja menawarkan produk-produk dengan brosur. Tapi kali ini, bukan produk dari perusahaan Bambang.
Bambang mencoba untuk mendekati wanita itu.
"Ohh jadi sekarang pindah perusahaan ya
" sapa Bambang"
" wanita itu terkejut"Hi Ra, kamu apa kabar?" tanya Bambang bersahabat
"Baik, kamu?" jawab Rara dingin
"Aku baik juga, apalagi setelah tau kamu juga sehat
" Kata Bambang"Makasih..." jawab Rara
"Kenapa dia muncul lagi dihadapanku?" Gumam Rara dalam hati
Rara masih menyukai Bambang. Masih sampai sekarang. Ia juga kaget kenapa bisa bertemu dengan Bambang. Padahal selama beberapa bulan ini, ia telah menghindari perusahaan Bambang. Termasuk apabila ada pameran yang satu lokasi dengan perusahaan Bambang, ia akan menolaknya. Rara masih suka kepada Bambang. Tapi ia tidak ingin sakit hati lagi. Cukup mantan suaminya dan Dino yang memperlakukannya secara buruk. Luka yang diberikan Dino mungkin masih bisa ia obati. Tapi apabila orang tersebut adalah Bambang. Ia tidak tahu, mungkin akan sangat-sangat sakit..
"Sombong ya kalo panggilan dari perusahaan aku, gak pernah mau diterima
" Goda Bambang"Hehehe" Rara bingung mau menjawab apa
"Sudah makan siang?" Tanya Bambang
Rara menggelengkan kepalanya..
Kalau lelaki lain yang bertanya, Rara pasti akan menjawabnya dengan dingin dan mengacuhkannya. Tapi ini Bambang. Awalnya ia ingin menolak tawaran Bambang. Namun tidak bisa. Badannya bergerak sendiri menerima tawaran Bambang. Hati kecilnya berbisik bahwa Bambang adalah lelaki yang berbeda. Ada suara dalam dirinya yang membuat ia percaya akan hal ini dan berjalan bersama Bambang menuju kantin.
***
"Aku bingung mau ngobrol apa lagi hahaha" Bambang bertingkah bodoh
"Yauda, gak usah ngomong, makan aja biar kenyang
" jawab RaraDaritadi hanya Bambang yang mengajukan pertanyaan kepada Rara, sedangkan Rara hanya menjawab singkat. Sebenarnya Rara ingin ngobrol panjang lebar dengan Bambang. Tapi self defense Rara terlalu tinggi. Ia membentengi dirinya. Ia mulai menyesal kenapa harus menerima tawaran makan siang bersama Bambang. Harusnya tadi ia tolak.
"Aku uda tau masalah kamu dengan Dino" Kata Bambang tiba-tiba
"
" Rara terkejut"Aku gak ada maksud apa-apa ngomong gini.."
Bambang mulai deg-degan. Jantungnya berpacu lebih kencang dari biasanya. Now or never. Bambang mengepalkan tangannya. Mengumpulkan keberanian untuk mengatakan apa yang selama ini ia pendam. Bambang tidak ingin lagi melihat Rara jauh dari dirinya. Apalagi Rara harus kecewa lagi dengan pria lain diluar sana. Ia tidak ingin Rara disakiti hatinya lagi..
"Aku suka kamu Ra" Kata Bambang pelan
"
""Dari sejak awal ketemu, ada perasaan berbeda untuk mu.."
"Kamu ingat, waktu itu, kamu pucat.. Aku bukannya baru datang. Pasti kamu berpikir, manager seperti apa yang datang terlambat dari karyawannya. Tidak. Aku sudah ada sejak pagi. Tapi aku melihat kamu pucat sambil memegang perut. Tebakan ku, pasti kamu tidak makan siang. Kamu maag. Aku langsung pergi mencari makanan. Tapi memang aku saja yang bodoh hahaha" Bambang mengacak-acak rambutnya
"Kalau orang lapar, harusnya dibeliin nasi bungkus ya.. Ini malah kue basah. Maaf ya Ra. Aku baru di Jogja beberapa hari. Jadi gak tau dimana penjual nasi bungkus yang enak. Yang aku tau hanya kue itu enak. Jadi aku beliin untuk kamu.. Enak gak Ra?" Tanya Bambang
"
"Rara tersenyum. Ia tidak menyangka, orang yang dikaguminya, ternyata punya pesaraan kepadanya. Ia baru ingin menjawab, tapi dipotong oleh Bambang..
"Enak donk pastinya.. Kalau ngak enak, gak mungkin kamu makan segitu banyak kuenya.. Eh enak atau laper itu Ra? hehehe" Goda Bambang
"
"Rara tersipu malu mendengar penjelasan dari Bambang.
"Ahh Kenapa jadi ngomongin kue sih. Jadi gini Ra. Aku suka sama kamu. Jadi ya..."
"Jadi..."
"Jadi..."
Kalimat yang akan dikeluarkan Bambang tercekat ditenggorokannya.
"
""Jadi ya gitu Ra.. Mau jadi pacar aku?" Tanya Bambang
Rara kembali kaget dengan pernyataan Bambang. Tapi sedetik kemudian
"Aduh, aku salah ngomong hahaha.. Gak usah dijawab Ra, jangan dipikirin Hahahahaha" Bambang kembali bertingkah bodoh
Terlihat senyum yang barusan mengambang diwajah Rara telah berubah menjadi murung. Ia sedih. Ia sudah memperkirakan apa yang dipikirkan Bambang. Bambang pasti melihat dirinya hina. Seorang janda yang mencari uang dengan menjual tubuhnya untuk diamati orang-orang. Ia tidak pantas untuk Bambang..
"Ehh kenapa jadi murung Ra?" Tanya Bambang penasaran
"
"Rara kembali tersenyum. Senyum yang dipaksakan.
"Aku gak pantas untuk kamu. Kamu bisa cari gadis perawan yang lain yang lebih pantas untuk kamu. Tapi makasih ya sudah merhatiin aku
" Kata Rara"
" Bambang terkejut"Bukan gitu Ra.. Bukan gitu.. aduuuuh" Bambang menggoyangkan kedua telapak tangannya
"Aku tuh beneran suka sama kamu. Aku gak masalah kalau kamu udah pernah nikah sebelumnya. Tapi ya gitu deh Ra. Aku merasa aku belum ada pendekatan apa-apa ke kamu, uda main nyatain perasaan aja. Pasti kamu mikirnya aku cowok yang mukanya tebal ya? Hahahaha Ngak.. ngak.. Ehh iya, aku emang muka tebal sih.. Hahahahaha" Kata Bambang plin-plan sehingga terlihat bodoh
Rara benar-benar tersentuh dengan apa yang dikatakan Bambang. Ia tidak menyangka bahwa atasannya dan orang yang dikaguminya ini bisa seperti ini.
"Yauda gini deh Ra, aku boleh ya pendekatan sama kamu. Nah nanti kamu kasih tau kalo aku diterima atau ngak. Tapi jangan disuru nembak lagi ya.. Aku grogi hehehe" Bambang kembali bertingkah bodoh
Rara tersenyum
"Aku uda nerima kamu kok
" Kata Rara"Haaaaaaa???!" Bambang terkejut
"Jadi kamu mau jadi pacarku?" Bambang bertanya kembali dalam keraguannya
"Tapi kamu tau kan kondisi ku, Aku sudah pernah nikah dan punya anak" Rara memastikan
"Gapapa, gapapa.. Aku gapapa kok. Jadi sekarang ada yang manggil aku ayah donk ya? Eh belum ya.. Kan kita baru jadian ya.. Belum nikah hehehehe" Lagi-lagi Bambang bertingkah konyol
Rara kemudian tertawa lepas melihat kelakuan Bambang. Dia tertawa terbahak-bahak. Tawa yang selama ini ia cari. Tawa yang selama ini ia rindukan. Bambang lah yang mengembalikan tawa ini kepada Rara...
jenggalasunyi dan 2 lainnya memberi reputasi
1
