Kaskus

Story

pujangga1000Avatar border
TS
pujangga1000
Kelakuan Anak Kuliah
Kelakuan Anak Kuliah

Takut mati? Jangan hidup ~
Takut hidup? Mati saja... - Anak kostan

Quote:

Quote:

Buat ngobrol santai
(click!)Kamar 3A

Quote:


emoticon-rainbow----------------------------------------------------------------------------------emoticon-rainbow

emoticon-rainbow========================================emoticon-rainbow


pujangga1000
Diubah oleh pujangga1000 19-09-2016 03:37
faeyzarbnAvatar border
hllowrld23Avatar border
yusrillllllAvatar border
yusrillllll dan 23 lainnya memberi reputasi
22
3.9M
7.4K
Thread Digembok
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
Stories from the Heart
KASKUS Official
32.7KThread51.8KAnggota
Tampilkan semua post
pujangga1000Avatar border
TS
pujangga1000
#3056
Kisah buah durian 2
Sebelum gue melanjutkan, gue pengen nanya sesuatu hal. Seberapa percaya teman-teman semua dengan yang namanya kebetulan? Semuanya percaya? Setengahnya doank? Atau sama sekali tidak percaya? Bagaimana dengan takdir? Apa teman-teman percaya dengan namanya takdir? Menurut gue justru takdir ada setelah kita melewati rangkaian peristiwa dimasa lalu, makanya kita bisa menyebutkan itu sebagai takdir. Dan jangan melupakan campur tangan dari "kebetulan". Bingung? Hehe

Misalnya begini, sebut saja ada orang bernama A. Saat ini, A dikenal sebagai orang terkaya nomor 1 didunia. Menurut kita, A ini bisa saja ditakdirkan menjadi orang kaya. A tidak mungkin kebetulan menjadi orang kaya, karena dilihat dari rekam jejaknya, dia memang pekerja keras. Mulai bekerja sebagai seorang penyemir sepatu distasiun sejak kecil? Berjualan makanan ringan kepada para penumpang disana? Semua ia mulai dari nol. Setiap kejadian demi kejadian dilewati A hingga ia menjadi orang kaya yang kita kenal selama ini. Apa dia memang ditakdirkan menjadi orang kaya? Atau memang karena kerja kerasnya?

Coba bayangkan seperti ini. Ketika A muda, dia putus asa, bunuh diri, maka sekarang tidak akan ada A si orang kaya nomor satu didunia. Apa iya dia memang ditakdirkan menjadi orang kaya? Bisa jadi dia kebetulan saja pekerja keras, makanya sekarang punya harta banyak. Dia kebetulan bekerja sebagai penyemir sepatu. Dia kebetulan bekerja sebagai penjual makanan ringan. Dan pada akhirnya kebetulan-kebetulan itu yang membawanya pada masa sekarang. Bagaimana? Setuju?

Hahahaha. Maaf.
Gue sudah membuat hidup menjadi lebih ribet daripada biasanya lewat penjelasan diatas. Okelah, kita lanjut saja kisah buah durian ini
Ha ha ha

***
"Oalah, ingatin suru nikah si Rusman" Kata bang Din
"Haha, iya bang" Jawab Rara singkat

Selanjutnya suasana menjadi hening tanpa ada suara. Lewat kaca spion tengah, gue melihat bang Din duduk bersender dibelakang kursi Rara, memandang ke arah jalanan. Ternyata abang gue bisa diam juga ya. Mungkin dia capek ngoceh dari tadi.

"Ini kemana? Colombo*?" Tanya gue

*Daerah gor UNY, perempatan sagan (wisma MM UGM) ke Timur, disitu banyak pedagang kaki lima menjual buah-buahan.
Tanya gue memecah keheningan untuk memastikan arah tujuan mobil ini gue pacu.

"Daerah airport aja.."
"Jalan Solo aja jek.."
Kata Bang Din dan Rara bersamaan
*Airport di Yogyakarta itu ada dijalan Solo

" emoticon-Roll Eyes (Sarcastic) "

Rara yang sebelumnya melihat kearah depan, kini memutar kepalanya ke arah jalanan setelah momen tadi.
Bang Din cuman bisa tertawa kecil setelahnya.

"Airport? Emang ada gitu durian? emoticon-EEK! " Tanya gue

" puuuk... "
Kepala gue digeplak bang Din.

"Kemana aja lu selama ini anak muda, disitu banyak lah yang jual durian" Kata bang Din
"Ya gak tau bang... emoticon-Nohope " Jawab gue keki

Gue arahkan mobil ke arah jalan lintas Solo-Yogya. Memakan waktu perjalanan sekitar 30 menitan. Sebenarnya dari Godean (arah rumah Rara), itu lurus aja sampe nabrak emoticon-Nohope, mesti nyampe..

Selama 30 menit itu juga tidak ada yang ngobrol. Cuman kedengaran suara mesin dan suara hiruk pikuk dijalanan.
Akhirnya gue berinisiatif untuk memutar radio. Daripada sepi begini.
Gue sih gak berani ya kalo mau ngobrol sama Rara. Takut ketahuan kalo grogi.
Gak tau juga kenapa bang Din diem. Kayaknya sakit gigi emoticon-Nohope

***
"Ini mau yang mana bang?" Tanya gue

Ternyata setelah melewati airport, pokoknya lewat dikit setelah perumahan gitu, ada banyak penjual durian kaki lima yang berjejer. Banyak banget sampe gue bingung mesti milih yang mana emoticon-Hammer

"Bentar cari yang sekaligus punya bengkel tambal ban" Kata bang Din
"Loh? Bukannya uda lewat bang?" Rara tiba-tiba nimbrung
" emoticon-Roll Eyes (Sarcastic) "

"Iyakah Ra?" Tanya bang Din
"Yang bapak codet itu kan? Uda lewat bang" Kata bang Din
"Iya, hahaha masih ingat aja.." Bang Din...

Bang Din tertawa, tapi kok aneh ya.. Tertawa dipaksakan.
Lagipula, kenapa bang Din dan Rara bisa merujuk ke orang yang sama?

"Hehe, putar balik Jek" Kata Rara
" emoticon-EEK! "

Gue puter balik mobil mengikuti arahan Rara. Doi lalu memberikan petunjuk arah. Lalu dia menunjuk satu lapak ditepi jalan..

"Itu kan bang" Kata Rara
"Tapi kok gak ada tambal ban nya?" Jawab bang Din
"Tapi bapaknya itu kok, gue inget.." Timbal Rara

"Yauda parkir Jek, kita kesana.." Pundak gue ditepuk bang Din

" emoticon-Kagets "
"Eh buset! Ini lagi ditengah jalan bang! Entar agak depan!"

Gila aja bang Din. Tapi emang lebih gila gue sih. Gara-gara mereka berdua lagi berdebat soal tampang si penjual, gue malah menempatkan mobil ditengah jalan tapi dengan kecepatan rendah. Pas bang Din nepuk pundak gue, gue langsung bantir stir ke kiri. Alhasil gue diklakson mobil yang dibelakang. emoticon-Hammer

Setelah parkir, kita berdua turun. Terlihat ternyata benar ingatan Rara. Kalo bapak penjual yang punya codet dipipi sampai lehernya ini adalah orang yang dirujuk bang Din. Teman lama mereka kah?

Sepertinya bukan. Karena tidak ada kesan saling mengenal ketika bang Din berbicara kepada si penjual. Bang Din juga tidak terlihat akrab layaknya teman lama. Tapi kok bisa gitu loh mereka berdua merujuk ke orang yang sama?

***
Emang bener kata bang Din. Disini recommended banget lah pokoknya. Jadi penjualnya ini bisa tau rasa duriannya itu, sampe sedaging-dagingnya berair, lembek, atau keras. Si penjualnya bisa mendekripsikan barang dagangannya dengan hanya mencium bau durian itu, tanpa dibuka terlebih dahulu loh! Jadi kita tinggal mesen yang dagingnya keras trus rasa pahit obat gitu. Kalo misalnya kita gak dapat durian seperti deskripsi kita, durian yang sudah dibuka itu boleh di cancel. Ajib gak tuh?

Saat kita sudah selesai dan hendak membayar. Terlihat Rara mengeluarkan dompet dan berjalan ke arah penjual.

"Eh dek! Biar aku aja yang bayar.." Teriak bang Din
" emoticon-Kagets "

Rara menoleh ke belakang. Melihat bang Din yang tengah berdiri.
Gue bingung.
Bang Din manggil gue dengan "adek".
Harusnya tadi bang Din manggil gue.
Tapi jelas-jelas gue sedang duduk dengan bang Din.
Jelas-jelas juga bang Din melihat Rara yang berdiri mau membayar.
Apa bang Din salah manggil Rara dengan sebutan "dek" ?
Hemmmm...

Kok gue kurang menerima penjelasan ini ya..

Kita bertiga kembali ke mobil. Gue masih bertanya-tanya soal kejadian tadi.

"Enak kan Jek duriannya hehe" Kata bang Din di belakang
"Ha?" gue menjawab
"Enak gak gue tanya?? emoticon-Nohope " Kata bang Din
"Ohh, enak bang hehe" Jawab gue seadanya..

Tuh kan..
Kali ini tidak ada panggilan "dek" dari bang Din ke gue.
Kayaknya gak mungkin deh tadi itu bang Dino salah ngomong..

Saat mengantarkan Rara pulang, tidak banyak yang kami bicarakan.
Gue sibuk memikirkan kejadian salah manggil tadi.
Bang Din sekali dua kali ngoceh tidak jelas mengomentari para pengguna jalan yang lain.
Rara cuman senyam senyum mendengar ocehan bang Din.

Setelah sampai dirumah Rara..

"Thanks ya Jek, bang, gue duluan" Salam perpisahan Rara
" emoticon-Smilie " gue cuman senyum
"Hati-hati dijalan ya" kata Rara mengakhiri..

Bang Din keluar dari mobil bersamaan dengan Rara. Kayaknya mau pindah duduk didepan..
Gue sempat melihat Rara mengayunkan tangannya ke arah bang Din.
Bang Din membalas dengan mengangkat tangannya.
Bang Din masuk ke mobil.

Sebuah tarikan nafas panjang darinya..

"Jalan jek.." Kata bang Din

Gue memutar balik mobil.

Hahahaha

Kira-kira setelah 5 menit dari rumah Rara,

Tuh kan aneh! Bang Din tidak banyak ngomong setelah Rara turun. Padahal ketika tadi sebelum menjemput Rara, bang Din cukup cerewet. Kayaknya gue sudah bisa menebak apa yang terjadi. Tidak mungkin kelelahan.

"Bang" gue membuka suara..
"Ha??" Bang Din tampak terkejut ketika gue panggil
" emoticon-Roll Eyes (Sarcastic) "

Gue akan coba bertanya..
Gue ingin tau reaksinya..

"Rara, mantanmu bang?" Tanya gue pelan

Bang Din menoleh ke arah gue

"Sembarangan" Jawab bang Din

"Halah, kenapa kau panggil dia 'dek' tadi bang?" tanya gue
" emoticon-EEK! "

"Salah panggil doank" Jawab bang Din

"Gak mungkin salah manggil, aku liat, kau salah tingkah setelah ada Rara" Kata gue

"Hahahahaha" Bang Din tertawa sebentar
" emoticon-Roll Eyes (Sarcastic) "

"Iya, dulu..." Jawab bang Din
" emoticon-Kagets "

Gue kaget..
Ternyata benar dugaan gue..
JabLai cOY
itkgid
jenggalasunyi
jenggalasunyi dan 7 lainnya memberi reputasi
8
Ikuti KASKUS di
© 2025 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.