- Beranda
- Stories from the Heart
Kelakuan Anak Kuliah
...
TS
pujangga1000
Kelakuan Anak Kuliah
Quote:
Quote:
Quote:
----------------------------------------------------------------------------------
========================================
pujangga1000
Diubah oleh pujangga1000 19-09-2016 03:37
yusrillllll dan 23 lainnya memberi reputasi
22
3.9M
7.4K
Thread Digembok
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
32.7KThread•51.9KAnggota
Tampilkan semua post
TS
pujangga1000
#2950
Thorn of rose
"Abangmu ini sudah bela-belain pinjem mobil.."
".. Ehh.. Malah gak ngapa-ngapain.."
".. Bahkan lu gak minta nomornya.."
"ckckck"
"
"
Begitulah yang dikatakan bang Din sebelum dia pergi sambil ngomel-ngomel gak jelas dari kamar gue, tanpa gue bisa menjelaskan apa-apa..

Bayangin deh, gimana gue mau minta nomornya Rara, secara doi cuman berapa kali bertingkah "normal" dihadapan gue? Mana mungkin gitu loh. Waktu dan kesempatannya gak ada. Lagipula untuk apa sih? Toh tiap kerja juga gue bakal ketemu dia..
Hihihi..
Semoga malam ini Rara tetap normal sampai seterusnya
***
Saat gue sedang manasin motor untuk berangkat gawe, bang Din keluar dari kamarnya..
"Hoi anak muda" Teriak bang Din
"
"
Gue memalingkan kepala ke arah datangnya suara
"Semangat!
" Kata bang Din sambil mengacungkan jempol
"
"
Lalu dia membalikkan badannya, menghilang dibalik pintunya yang terkunci.
Entah apa yang terjadi dengan bang Dino malam ini.

***
"Hi Ra
"
Sapa gue ketika berpapasan dengannya di lounge.
"Haiii"
Rara membalas sapaan gue sambil tersenyum.
"(syukurlah dia normal)"
Guman gue dalam hati
Malam ini, dia memakai baju bagus sekali. Indah sekali..
Baju hitam yang gue taksir tanpa lengan,
dipadu dengan rok coklat ketat sepanjang lutut.
Yang membuat indah adalah syal corak berwarna coklat yang melintang menutupi pundak, kedua bahu, sampai siku lengannya.
Tampak serasi dengan kulit putihnya.
Ketika doi berjalan.
Kaki jenjangnya akan menarik perhatian setiap orang.
Tidak akan ada yang menyangka kalau dia adalah seorang wanita pemandu karoke di tempat hiburan malam.
Dia layaknya seorang istri dari eksekutif atau bos-bos yang sangat memperhatikan dandanan dan baju yang dipakainya.
Gayanya elegan.
Tidak murahan seperti teman-teman sejawatnya.

Tapi gue mesti sadar akan suatu hal. Kalau saat ini gue mulai menanam perasaan kepada doi, hubungan kami kedepannya tidaklah mudah. Gue mesti sadar akan konsekuensi yang akan gue hadapi. Karena dia tetaplah wanita pemandu di hiburan malam...
Seorang pria, yang gue taksir sekitar 40 tahun, sedang duduk disebelah Rara.
Dia pastilah tamunya.
Pria itu berpakaian rapi, rambutnya disisir dan terlihat mengkilap.
Dia tidak seperti tamu Rara yang selama ini gue lihat.
Pria ini tidak buncit, dia tegap, postur tubuhnya bagus dengan kulit kecoklatan.
Dari jam tangan dan sepatu kulitnya, gue taksir, pria ini adalah orang kaya.
Sebelah tangan pria ini melingkari pinggang Rara yang duduk disebelahnya.
Jarak duduk mereka, tidak lebih dari 5 sentimeter. Mereka terlalu dekat.
Sesekali, pria ini membisikkan sesuatu kepada Rara.
Rara cuman bisa tertawa kecil setelahnya.
Mungkin dia melontarkan lelucon?
Atau malah menggoda Rara?
Gue gak tau..
Entah kenapa gue gak suka melihat hal ini. Perasaan gue gak enak. Ada banyak pasangan lain diruangan ini, tapi mata gue cuman terpaku pada Rara dengan tamunya.
Salah seorang yang semeja dengan Rara sedang mengangkat gelasnya.
Pria lain, yang mungkin saja temannya pria yang didampingi Rara.
Di meja itu ada tiga cowok dan dua wanita lain selain Rara.
Mereka mengangkat gelas masing-masing.
Mengadunya, lalu meminumnya sampai kosong.
Canda tawa terlihat dari wajah mereka semua.
Akrab..
Gue tau bahwa Rara tidak mungkin punya hubungan apa-apa dengan pria disebelahnya ini.
Tidak lebih dari sekedar tamu.
Tapi mereka terlalu akrab satu sama lain..
Kenapa gue? Padahal jelas-jelas gue tau bahwa inilah tuntutan pekerjaan Rara.
Senyum Rara pada pria itu,
Keramahan Rara pada pria itu,
Keakraban mereka,
Itu semua cuman kebohongan belaka.
Karena pria itu membayar, maka harus ada balasan dari Rara.
Tapi tetap saja..
Buat gue semua ini terlihat nyata. Kepala gue memanas karenanya.
Satu-satunya yang bisa membuat hati gue tenang adalah,
Rara tetap menjaga tingkah lakunya.
Dua orang wanita lain dimeja itu.
Yang satunya sudah tiga kali dicium pipinya oleh pria disebelahnya.
Sedangkan satunya lagi, beberapa menit yang lalu dicium bibirnya oleh pria yang ditemaninya.
Rara?
Dia mengelak ketika pria disebelahnya mencoba untuk melakukannya.
Dua kali tertangkap mata gue.
Pertama kali, tangan Rara mendorong dada pria itu.
Yang kedua, Rara tiba-tiba berdiri dan pergi ke toilet.
Wanita pintar..
Ahhhh..
Inilah konsekuensinya. Ini hanyalah satu dari sekian banyak adegan yang bakal gue lihat kedepannya. Satu ini saja sudah membakar diri gue sedemikian panasnya. Apalagi dua? Tiga? Sepuluh? Tidak terhitung. Setiap hari gue harus melihatnya..
Gue gak akan kuat..
Rara memang cantik..
Cantik layaknya mawar..
Tapi apa gue sanggup menggenggamnya?
Ketika duri dibatangnya menembus daging telapak tangan gue..
Berapa banyak darah yang harus gue biarkan mengalir karena luka?
...
".. Ehh.. Malah gak ngapa-ngapain.."
".. Bahkan lu gak minta nomornya.."
"ckckck"
"
"Begitulah yang dikatakan bang Din sebelum dia pergi sambil ngomel-ngomel gak jelas dari kamar gue, tanpa gue bisa menjelaskan apa-apa..

Bayangin deh, gimana gue mau minta nomornya Rara, secara doi cuman berapa kali bertingkah "normal" dihadapan gue? Mana mungkin gitu loh. Waktu dan kesempatannya gak ada. Lagipula untuk apa sih? Toh tiap kerja juga gue bakal ketemu dia..
Hihihi..
Semoga malam ini Rara tetap normal sampai seterusnya

***
Saat gue sedang manasin motor untuk berangkat gawe, bang Din keluar dari kamarnya..
"Hoi anak muda" Teriak bang Din
"
"Gue memalingkan kepala ke arah datangnya suara
"Semangat!
" Kata bang Din sambil mengacungkan jempol"
"Lalu dia membalikkan badannya, menghilang dibalik pintunya yang terkunci.
Entah apa yang terjadi dengan bang Dino malam ini.

***
"Hi Ra
"Sapa gue ketika berpapasan dengannya di lounge.
"Haiii"
Rara membalas sapaan gue sambil tersenyum.
"(syukurlah dia normal)"
Guman gue dalam hati
Malam ini, dia memakai baju bagus sekali. Indah sekali..
Baju hitam yang gue taksir tanpa lengan,
dipadu dengan rok coklat ketat sepanjang lutut.
Yang membuat indah adalah syal corak berwarna coklat yang melintang menutupi pundak, kedua bahu, sampai siku lengannya.
Tampak serasi dengan kulit putihnya.
Ketika doi berjalan.
Kaki jenjangnya akan menarik perhatian setiap orang.
Tidak akan ada yang menyangka kalau dia adalah seorang wanita pemandu karoke di tempat hiburan malam.
Dia layaknya seorang istri dari eksekutif atau bos-bos yang sangat memperhatikan dandanan dan baju yang dipakainya.
Gayanya elegan.
Tidak murahan seperti teman-teman sejawatnya.

Tapi gue mesti sadar akan suatu hal. Kalau saat ini gue mulai menanam perasaan kepada doi, hubungan kami kedepannya tidaklah mudah. Gue mesti sadar akan konsekuensi yang akan gue hadapi. Karena dia tetaplah wanita pemandu di hiburan malam...
Seorang pria, yang gue taksir sekitar 40 tahun, sedang duduk disebelah Rara.
Dia pastilah tamunya.
Pria itu berpakaian rapi, rambutnya disisir dan terlihat mengkilap.
Dia tidak seperti tamu Rara yang selama ini gue lihat.
Pria ini tidak buncit, dia tegap, postur tubuhnya bagus dengan kulit kecoklatan.
Dari jam tangan dan sepatu kulitnya, gue taksir, pria ini adalah orang kaya.
Sebelah tangan pria ini melingkari pinggang Rara yang duduk disebelahnya.
Jarak duduk mereka, tidak lebih dari 5 sentimeter. Mereka terlalu dekat.
Sesekali, pria ini membisikkan sesuatu kepada Rara.
Rara cuman bisa tertawa kecil setelahnya.
Mungkin dia melontarkan lelucon?
Atau malah menggoda Rara?
Gue gak tau..
Entah kenapa gue gak suka melihat hal ini. Perasaan gue gak enak. Ada banyak pasangan lain diruangan ini, tapi mata gue cuman terpaku pada Rara dengan tamunya.
Salah seorang yang semeja dengan Rara sedang mengangkat gelasnya.
Pria lain, yang mungkin saja temannya pria yang didampingi Rara.
Di meja itu ada tiga cowok dan dua wanita lain selain Rara.
Mereka mengangkat gelas masing-masing.
Mengadunya, lalu meminumnya sampai kosong.
Canda tawa terlihat dari wajah mereka semua.
Akrab..
Gue tau bahwa Rara tidak mungkin punya hubungan apa-apa dengan pria disebelahnya ini.
Tidak lebih dari sekedar tamu.
Tapi mereka terlalu akrab satu sama lain..
Kenapa gue? Padahal jelas-jelas gue tau bahwa inilah tuntutan pekerjaan Rara.
Senyum Rara pada pria itu,
Keramahan Rara pada pria itu,
Keakraban mereka,
Itu semua cuman kebohongan belaka.
Karena pria itu membayar, maka harus ada balasan dari Rara.
Tapi tetap saja..
Buat gue semua ini terlihat nyata. Kepala gue memanas karenanya.
Satu-satunya yang bisa membuat hati gue tenang adalah,
Rara tetap menjaga tingkah lakunya.
Dua orang wanita lain dimeja itu.
Yang satunya sudah tiga kali dicium pipinya oleh pria disebelahnya.
Sedangkan satunya lagi, beberapa menit yang lalu dicium bibirnya oleh pria yang ditemaninya.
Rara?
Dia mengelak ketika pria disebelahnya mencoba untuk melakukannya.
Dua kali tertangkap mata gue.
Pertama kali, tangan Rara mendorong dada pria itu.
Yang kedua, Rara tiba-tiba berdiri dan pergi ke toilet.
Wanita pintar..

Ahhhh..
Inilah konsekuensinya. Ini hanyalah satu dari sekian banyak adegan yang bakal gue lihat kedepannya. Satu ini saja sudah membakar diri gue sedemikian panasnya. Apalagi dua? Tiga? Sepuluh? Tidak terhitung. Setiap hari gue harus melihatnya..
Gue gak akan kuat..
Rara memang cantik..
Cantik layaknya mawar..
Tapi apa gue sanggup menggenggamnya?
Ketika duri dibatangnya menembus daging telapak tangan gue..
Berapa banyak darah yang harus gue biarkan mengalir karena luka?
...
jenggalasunyi dan 6 lainnya memberi reputasi
5
