- Beranda
- Stories from the Heart
CEREBRO : KUMPULAN CERITA CINTA PAKAI OTAK
...
TS
reloaded0101
CEREBRO : KUMPULAN CERITA CINTA PAKAI OTAK
Judul thread ini ane ganti, sekarang tidak semua cerpennya mengisahkan cinta. Tetapi temanya lebih umum, ada detektif,sci-fi,horor,thriller,drama dan lain-lain yang tidak selalu melibatkan percintaan antar karakternya.
INDEX BARU:
CERITA 2020
AZAB ILMU PELET
MUDIK 2020
Terima kasih untuk Agan Gauq yang sudah membuatkan index cerita ini.
Index by Gauq:
INDEX
INDEX lanjutan
Cerita baru 2019:
KISAH-KISAH MANTAN DETEKTIF CILIK di postingan terakhir halaman terakhir
INDEX PART 3
INDEX PART 4-new
Langsung saja cerpen pertama
Apa yang akan kau lakukan ketika dia yang kaucinta meminta syarat berupa rumah dengan 1000 jendela sebelum menerima cintamu?
Leo merogoh saku belakang celana hitam barunya. Sebuah sisir kecil diambilnya dari kantong itu. Sambil melihat spion, ia merapikan kembali rambut yang sempat dipermainkan angin selama dalam perjalanan, maklum saja kaca pintu depan mobilnya rusak dan hanya bisa ditutup setengahnya saja. Setelah dirasa sudah rapi, Leo dan rambutnya keluar dari roda empatnya kemudian berjalan dengan jantung berdegup kencang menuju rumah nomor 2011 dan menekan belnya. Sang pembantu rumah keluar dan menyapanya
“Oh Mas Leo ”
“Riska-nyaada Bi?”
“Oh ada, sebentar saya panggilkan.”
Beberapa menit kemudian seorang wanita muda cantik berusia 20 tahunan awal keluar, mendapati Leo yang sedang menghirup teh celup panas buatan Bibi.
“Mau pergi ke pestanya siapa? Perasaan teman kita nggak ada yang ulang tahun atau nikah hari ini.”
Tanya Riska.
“Memang tidak ada.”
“Kalau nggak ke kondangan, mengapa pakai baju serapi ini? Sok formal banget. ”
“ Harus formal, kan mau melamar.”
“Ngelamar kerja?”
Leo menggeleng. Jantungnya berdegup makin kencang.
“Bukan.”
“Lalu melamar apa?”
“Kamu.”
Kata Leo sambil bersimpuh dan mengeluarkan sebuah kotak merah berisi cincin emas dengan sebuah berlian berukuran mini di tengahnya. Sementara itu Riska mundur beberapa langkah ke belakang.
“Aku? kita kan nggak pernah pacaran?”
“Tetapi kita sudah saling mengenal belasan tahun Ris. Aku tahu apa yang kamu suka, aku tahu apa yang kamu tidak suka, aku tahu bagaimana kamu selalu menghentakkan kaki kirimu ke tanah ketika mendengar kabar gembira,
aku tahu bagaimana kau selalu mencengkeram erat kertas tisu di tanganmu waktu kau sedang gugup, dan aku tahu aku mencintaimu. ”
“Tapi kamu kan nggak tahu apakah aku juga cinta kamu?
“Karena aku tidak tahu, bagaimana kalau kamu beritahukan padaku sekarang.”
“Mmm, gimana ya? Untuk urusan cinta, apalagi orientasinya nikah. Tentu aku maunya sama pria yang sungguh-sungguh.”
“Cintaku kepadamu sungguhan Ris, bukan bohongan atau tren musiman.”
“Sejak kapan lidah punya tulang?”
“Kau tidak percaya pada kata-kataku?”
“Aku butuh bukti Yo, bukan janji.”
“Baik, bukti seperti apa yang kauminta Ris?”
“Tidak ada yang mustahil untuk orang yang sungguh-sungguh. Demi cinta Shah Jehan mampu menciptakan Taj Mahal untuk istrinya.”
“Lalu apa yang kau inginkan agar mau menjadi istriku Ris?”
“Buatkan aku rumah dengan 1000 jendela.”
“Baik”
“Jika kau mampu menyelesaikannya dalam waktu 24 jam aku akan menerimamu tetapi jika tidak ya kita temenan saja ya Yo.”
“Buat rumah 1000 jendela dalam waktu 24 jam. Sudah itu saja?”
“Memangnya kamu bisa?”
“Akan kucoba semampuku.”
“Baik aku tunggu hasilnya besok. Good luck.”
Leo pun pergi dari halaman rumah itu dan menuju mobilnya sambil mengambil nafas panjang. Ia memacu kendaraannya dan pergi ke beberapa toko kelontong dan toko bangunan. Banyak hal yang dibelinya. Setelah selesai berbelanja, benda-benda itu dibungkus dalam beberapa kantong kresek dan kardus yang dijejalkan ke bagasi mobil.
Pulang ke rumah Ia langsung menuju ke halaman belakang yang luas dan masih berupa lahan kosong yang hanya dihuni oleh rimbun ilalang dan satu dua pohon nangka.
Leo mengambil nafas panjang lalu menghelanya dan mulai bekerja. Ia menurunkan semua barang yang ia beli. Tak lama kemudian suara gaduh dari palu bertemu paku terdengar berulang-ulang hingga malam tiba.
Malam harinya halilintar menyambar, disusul hujan yang turun sederas-derasnya. Air membanjiri halaman belakang yang masih tetap kosong dan hanya dihuni oleh rimbun ilalang dan satu dua pohon nangka.
“Ris bisa mampir kerumah sekarang? ada sesuatu yang mau kuperlihatkan padamu.”
Kata Leo keesokan harinya lewat ponsel yang dijawab dengan gugup oleh Riska.
“I...iya.”
Dalam hati gadis itu berpikir, bagaimana ini? Apa Leo bisa menyelesaikan permintaan yang mustahil itu? Memang sih dia itu baik, cerdas dan tidak sombong tapi Riska tidak mencintainya. Ia memberikan syarat itu dengan tujuan agar Leo gagal dan mereka berdua bisa kembali happily everafter...meskipun hanya di friend zone saja.
Riska sampai di depan rumah Leo dan heran mendapati mobil ayahnya terparkir di halaman. Ketika masuk ke dalam ia mendapati ayahnya sednag bercakap-cakap di beranda bersama Leo.
“Kok Papi bisa ada di sini?”
“Aneh kamu ini Ris, Masak Papi nggak boleh sowan ke rumah calon suamimu?”
“Calon suami? Calon suami apa?”
“Kan kamu sendiri yang mengajukan syarat, kalau Nak Leo bisa membuat rumah yang memiliki 1000 jendela dalam waktu 24 jam, kau akan menikahinya?”
“Memangnya bisa?”
“Nak Leo tunjukkan!”
Leo masuk ke dalam dan mengambil sebuah benda yang ditutup taplak meja.
“Apaan nih?”
Tanya Riska dengan tanda tanya menggantung di atas kepalanya.
“Yang kau minta.”
Kata Leo sambil membuka taplak meja itu dan memperlihatkan sebuah rumah berukuran sedikit lebih besar dari telapak tangan yang terbuat dari ribuan tusuk gigi.
“Papi sudah hitung sendiri jendelanya ada 1000 pas.”
“Tapi ini kan kecil sekali.”
“Di syaratmu tidak disebutkan ukurannya harus besar.”
“Tapi ini...definisi rumah kan tempat tinggal, siapa yang bisa tinggal di rumah sekecil ini. Paling-paling juga semut.”
“Di syarat yang kamu ajukan tidak ada keterangan kalau harus rumah manusia. Rumah semut kan juga termasuk dalam kategori rumah.”
Riska serasa disambar geledek. Ia menyesal mengapa tidak jelas dan detail ketika meminta syarat itu kemarin.
“Papi say something dong, belain Riska?”
“Menurut Papi rumah buatan Nak leo ini sudah memenuhi syarat.”
“Jadi Papi setuju punya menantu seperti dia ini?”
“Tentu saja setuju, kalian sudah kenal dari kecil, Papi juga kenal Nak Leo dari kecil. dia juga cerdas dan pernah magang di kantor kita jadi tahu kultur organisasi kita kayak gimana. Nanti kan bisa bantuin kamu waktu gantiin Papi megang perusahaan.”
“Tidaaaaak!!!!”
Riska pun pingsan karena shock. Otak kanannya seolah mengejek, melakukan bullying bawah sadar terhadapnya sambil terus-menerus berkata.
“Makanya Ris, kalau minta sesuatu itu yang jelas.”
INDEX BARU:
CERITA 2020
AZAB ILMU PELET
MUDIK 2020
Terima kasih untuk Agan Gauq yang sudah membuatkan index cerita ini.
Index by Gauq:
INDEX
INDEX lanjutan
Cerita baru 2019:
KISAH-KISAH MANTAN DETEKTIF CILIK di postingan terakhir halaman terakhir
Spoiler for :
Quote:
INDEX
RUMAH SERIBU JENDELA DI POST INI
SETIA
DEAD OR ALIVE
MAKAN TUH CINTA
KALAU JODOH TAK LARI KEMANA
OUTLIER
MAKAN BATU
TA'ARUF
SETIA
DEAD OR ALIVE
MAKAN TUH CINTA
KALAU JODOH TAK LARI KEMANA
OUTLIER
MAKAN BATU
TA'ARUF
INDEX PART 3
INDEX PART 4-new
Langsung saja cerpen pertama
Apa yang akan kau lakukan ketika dia yang kaucinta meminta syarat berupa rumah dengan 1000 jendela sebelum menerima cintamu?
Spoiler for :
RUMAH SERIBU JENDELA
Leo merogoh saku belakang celana hitam barunya. Sebuah sisir kecil diambilnya dari kantong itu. Sambil melihat spion, ia merapikan kembali rambut yang sempat dipermainkan angin selama dalam perjalanan, maklum saja kaca pintu depan mobilnya rusak dan hanya bisa ditutup setengahnya saja. Setelah dirasa sudah rapi, Leo dan rambutnya keluar dari roda empatnya kemudian berjalan dengan jantung berdegup kencang menuju rumah nomor 2011 dan menekan belnya. Sang pembantu rumah keluar dan menyapanya
“Oh Mas Leo ”
“Riska-nyaada Bi?”
“Oh ada, sebentar saya panggilkan.”
Beberapa menit kemudian seorang wanita muda cantik berusia 20 tahunan awal keluar, mendapati Leo yang sedang menghirup teh celup panas buatan Bibi.
“Mau pergi ke pestanya siapa? Perasaan teman kita nggak ada yang ulang tahun atau nikah hari ini.”
Tanya Riska.
“Memang tidak ada.”
“Kalau nggak ke kondangan, mengapa pakai baju serapi ini? Sok formal banget. ”
“ Harus formal, kan mau melamar.”
“Ngelamar kerja?”
Leo menggeleng. Jantungnya berdegup makin kencang.
“Bukan.”
“Lalu melamar apa?”
“Kamu.”
Kata Leo sambil bersimpuh dan mengeluarkan sebuah kotak merah berisi cincin emas dengan sebuah berlian berukuran mini di tengahnya. Sementara itu Riska mundur beberapa langkah ke belakang.
“Aku? kita kan nggak pernah pacaran?”
“Tetapi kita sudah saling mengenal belasan tahun Ris. Aku tahu apa yang kamu suka, aku tahu apa yang kamu tidak suka, aku tahu bagaimana kamu selalu menghentakkan kaki kirimu ke tanah ketika mendengar kabar gembira,
aku tahu bagaimana kau selalu mencengkeram erat kertas tisu di tanganmu waktu kau sedang gugup, dan aku tahu aku mencintaimu. ”
“Tapi kamu kan nggak tahu apakah aku juga cinta kamu?
“Karena aku tidak tahu, bagaimana kalau kamu beritahukan padaku sekarang.”
“Mmm, gimana ya? Untuk urusan cinta, apalagi orientasinya nikah. Tentu aku maunya sama pria yang sungguh-sungguh.”
“Cintaku kepadamu sungguhan Ris, bukan bohongan atau tren musiman.”
“Sejak kapan lidah punya tulang?”
“Kau tidak percaya pada kata-kataku?”
“Aku butuh bukti Yo, bukan janji.”
“Baik, bukti seperti apa yang kauminta Ris?”
“Tidak ada yang mustahil untuk orang yang sungguh-sungguh. Demi cinta Shah Jehan mampu menciptakan Taj Mahal untuk istrinya.”
“Lalu apa yang kau inginkan agar mau menjadi istriku Ris?”
“Buatkan aku rumah dengan 1000 jendela.”
“Baik”
“Jika kau mampu menyelesaikannya dalam waktu 24 jam aku akan menerimamu tetapi jika tidak ya kita temenan saja ya Yo.”
“Buat rumah 1000 jendela dalam waktu 24 jam. Sudah itu saja?”
“Memangnya kamu bisa?”
“Akan kucoba semampuku.”
“Baik aku tunggu hasilnya besok. Good luck.”
Leo pun pergi dari halaman rumah itu dan menuju mobilnya sambil mengambil nafas panjang. Ia memacu kendaraannya dan pergi ke beberapa toko kelontong dan toko bangunan. Banyak hal yang dibelinya. Setelah selesai berbelanja, benda-benda itu dibungkus dalam beberapa kantong kresek dan kardus yang dijejalkan ke bagasi mobil.
Pulang ke rumah Ia langsung menuju ke halaman belakang yang luas dan masih berupa lahan kosong yang hanya dihuni oleh rimbun ilalang dan satu dua pohon nangka.
Leo mengambil nafas panjang lalu menghelanya dan mulai bekerja. Ia menurunkan semua barang yang ia beli. Tak lama kemudian suara gaduh dari palu bertemu paku terdengar berulang-ulang hingga malam tiba.
Malam harinya halilintar menyambar, disusul hujan yang turun sederas-derasnya. Air membanjiri halaman belakang yang masih tetap kosong dan hanya dihuni oleh rimbun ilalang dan satu dua pohon nangka.
“Ris bisa mampir kerumah sekarang? ada sesuatu yang mau kuperlihatkan padamu.”
Kata Leo keesokan harinya lewat ponsel yang dijawab dengan gugup oleh Riska.
“I...iya.”
Dalam hati gadis itu berpikir, bagaimana ini? Apa Leo bisa menyelesaikan permintaan yang mustahil itu? Memang sih dia itu baik, cerdas dan tidak sombong tapi Riska tidak mencintainya. Ia memberikan syarat itu dengan tujuan agar Leo gagal dan mereka berdua bisa kembali happily everafter...meskipun hanya di friend zone saja.
Riska sampai di depan rumah Leo dan heran mendapati mobil ayahnya terparkir di halaman. Ketika masuk ke dalam ia mendapati ayahnya sednag bercakap-cakap di beranda bersama Leo.
“Kok Papi bisa ada di sini?”
“Aneh kamu ini Ris, Masak Papi nggak boleh sowan ke rumah calon suamimu?”
“Calon suami? Calon suami apa?”
“Kan kamu sendiri yang mengajukan syarat, kalau Nak Leo bisa membuat rumah yang memiliki 1000 jendela dalam waktu 24 jam, kau akan menikahinya?”
“Memangnya bisa?”
“Nak Leo tunjukkan!”
Leo masuk ke dalam dan mengambil sebuah benda yang ditutup taplak meja.
“Apaan nih?”
Tanya Riska dengan tanda tanya menggantung di atas kepalanya.
“Yang kau minta.”
Kata Leo sambil membuka taplak meja itu dan memperlihatkan sebuah rumah berukuran sedikit lebih besar dari telapak tangan yang terbuat dari ribuan tusuk gigi.
“Papi sudah hitung sendiri jendelanya ada 1000 pas.”
“Tapi ini kan kecil sekali.”
“Di syaratmu tidak disebutkan ukurannya harus besar.”
“Tapi ini...definisi rumah kan tempat tinggal, siapa yang bisa tinggal di rumah sekecil ini. Paling-paling juga semut.”
“Di syarat yang kamu ajukan tidak ada keterangan kalau harus rumah manusia. Rumah semut kan juga termasuk dalam kategori rumah.”
Riska serasa disambar geledek. Ia menyesal mengapa tidak jelas dan detail ketika meminta syarat itu kemarin.
“Papi say something dong, belain Riska?”
“Menurut Papi rumah buatan Nak leo ini sudah memenuhi syarat.”
“Jadi Papi setuju punya menantu seperti dia ini?”
“Tentu saja setuju, kalian sudah kenal dari kecil, Papi juga kenal Nak Leo dari kecil. dia juga cerdas dan pernah magang di kantor kita jadi tahu kultur organisasi kita kayak gimana. Nanti kan bisa bantuin kamu waktu gantiin Papi megang perusahaan.”
“Tidaaaaak!!!!”
Riska pun pingsan karena shock. Otak kanannya seolah mengejek, melakukan bullying bawah sadar terhadapnya sambil terus-menerus berkata.
“Makanya Ris, kalau minta sesuatu itu yang jelas.”
end
Diubah oleh reloaded0101 15-05-2020 14:17
indrag057 dan 37 lainnya memberi reputasi
34
190.6K
Kutip
1.1K
Balasan
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
32.7KThread•52KAnggota
Tampilkan semua post
TS
reloaded0101
#702
SEHIDUP SEMATI
Spoiler for :
Resky masuk ke dalam lift seorang diri. Ia mengeluarkan kertas dalam sakunya, membaca ulang untuk kesekian puluh kali lalu melipat dan mengantonginya lagi seperti yang sudah dilakukannya sejak dalam perjalanan dari rumah sampai ke gedung,
Lantai teratas, ia turun lalu berjalan menuju tangga darurat. Saat itulah telepon yang bersesakan dengan kertas di sakunya menyala dan berbunyi.
“Halo Res, aku minta maaf.” Kata Vicky diseberang sana.
“Maaf kenapa Ki?” Tanya Reski heran.
“Maaf nggak bisa ngembaliin motornya hari ini.”
“Tidak perlu.”
“Jadi nggak apa-apa kalau aku ngembaliinnya besok?”
“Tidak perlu dikembalikan besok atau lusa.”
“Kok?”
“Karena mulai sekarang motor itu kamu yang punya.”
“Halo res...Resky.”
Resky menekan tombol off dan menaiki tangga menuju ke atas atap. Setelah sampai ia berjalan pelan hingga sampai ke pinggirannya, menyaksikan mobil-mobil yang berlalu lalang bebas macet di malam itu. Setengah ujung sepatunya menggantung di udara. Ia berpikir sejenak, langsung loncat atau lari dulu baru loncat? Ah keduanya kan sama-sama matinya, jadi pilihan apapun tak akan banyak berbeda.
Atap gedung terasa dingin diterpa angin. Di pinggirnya, Resky menghadap ke arah Vicky yang membawa kamera sambil berkata
“Guys hari ini gue akan coba sesuatu yang belum pernah dicoba sebelumnya. Gue bakalan lompat lalu bungee jump masuk ke jendela kamar gue di lantai 50. Watch....woo hooo...”
Resky langsung melompat tanpa banyak pikir, tanpa didampingi ahli atau melakukan latihan khusus sebelumnya.
“Res....!”
Ternyata tulisan don't try this at home tidak main-main. Ada benarnya juga kalimat itu, dan Resky baru menyadarinya saat aksi berbahayanya berjalan diluar rencana. Tali pengikat kakinya putus dan tubuhnya terjun ke trotoar. Ia berusaha meraih jeruji salah satu balkon tetapi gagal.
Saat itulah, tak disangka dan tak diduga sebuah tangan meraih tali yang terikat di kakinya. Tangan yang terjulur dari kisi-kisi jeruji balkon.
“Tolong! Ada yang mau mati!”
Kata gadis berkursi roda sambil berusaha menarik Resky ke atas. Ia tak peduli dengan kursi rodanya yang terseret ke tepi balkon. Bukannya menyelamatkan, kini nyawa gadis itu juga berada dalam bahaya karena berat tubuhnya lebih ringan dari badan Resky yang coba ditariknya ke atas. Untung saja tak lama kemudian datang sepasang security yang mendengar teriakan itu dan membantu Resky naik ke atas balkon.
“Terima kasih Mbak.” Kata Resky singkat.
“Kamu tidak apa-apa?” Tanya gadis itu
“Tidak.” Resky menggeleng. Meskipun beberapa kali membentur dinding, ia tidak merasa ada luka di tubuhnya,
“Ke rumah sakit ya, bareng sama aku.” Kata penolongnya lagi.
“Bareng?”
“Iya, kebetulan hari ini ada jadwal kemo. Kita bareng saja.”
Resky teringat, gadis memepsona di hadapannya tadi berteriak 'Tolong ada yang mau mati'. Kini setelah mendengar kata kemo, teriakan itu terasa begitu ambigu. Ternyata yang mau mati di balkon tadi tak hanya dirinya tetapi juga penolongnya.
“Aku Resky.”
“Prita.”
Itulah awal perkenalan Resky dengan Prita yang dicintainya. Bukan cinta happily everafter seperti dalam dongeng, jenis cinta Resky dan Prita berbatas waktu. Cinta yang akan berakhir dalam hitungan bulan dan diteruskan menjadi long distance relationship dengan Prita di alam baka.
Resky sendiri ragu dengan bagaimana nasibnya setelah sang kekasih meninggalkannya . Sekarang ia masih bisa berjanji kepada dirinya sendiri bahwa seumur hidup ia tak akan mencari Prita yang lain. Di hatinya hanya ada satu Prita. Tetapi sampai kapan? Ia melihat di sekelilingnya banyak pria yang kimpoi lagi setelah istrinya mati. Banyak jejaka yang menikahi perawan lain ketika ditinggal mati sang kekasih. Cinta sehidup semati, kekasih dunia-akhirat hanya ada di konsep saja tetapi dalam tataran praktis keduanya seolah tidak relevan.
Hal itulah yang membuat Resky menempuh jalan ini. Kalau kau tak ingin LDR dengan kekasihmu ikutlah pindah dengannya ke lain kota. Kalau kau tak ingin merana karena ditinggal mati kekasihmu, ikutilah dia ke lain dunia.
Resky melompat tanpa ragu. Ia melayang-layang di udara yang sama, di gedung yang sama dengan saat pertama kali dia bertemu Prita-nya. Ia ingin mati, ia tidak lagi takut dengan kata M itu karena menurut perkiraannya sebentar lagi prita juga akan menyusulnya ke dimensi yang lebih kekal dan bahagia berdua selamanya tak lagi jadi mimpi diatas mimpi.
BRAK
Tubuhnya menabrak trotoar dan Resky merasa sakit luar biasa. Setelah itu tak ada rasa lagi, hanya gelap yang mengganti.
“Huh...huh....huh...”
Resky membuka mata dan mendapati tubuhnya terbaring di ranjang rumah sakit dalam keadaan sehat wal afiat tanpa kurang suatu apapun di tubuhnya. Dokter dan paramedis bergegas datang ketika mengetahui dia siuman. Tak hanya staf rumah sakit tetapi pers dna kameraman pun terlihat berdiri di depan pintu, berusaha keras menerobos masuk untuk meliput fenomena yang menggegerkan dunia.
“Apa aku sudah mati?”
“Kau jauh dari mati.” Jawab dokter yang menanagninya
“Siapa namamu?” Di hadapannya berdiri dokter yang Resky kenal. Orang ini juga menangani Prita.
“Resky.”
“Ikuti sinar ini.” Katanya sambil menggerak-gerakkan senter yang menyorot mata Resky.
“Normal.”
“Dok, sebenarnya ada yang terjadi?”
“Kau jatuh dari atap gedung 60 lantai.”
“Bukan itu, maksudku mengapa aku tidak mati?”
“Kau mampu melakukan regenerasi sel mati dengan sangat cepat. Ketika kulitmu lecet dalam sekejap luka itu akan hilang. Tulangmu yang patah akan tersambung kembali, bahkan secara ekstrim kalau misalnya tanganmu sekarang kupotong, dalam hitungan jam kau bisa menumbuhkan tangan yang baru. Oh ya kapan terakhir kali kau pergi ke dokter?”
“Tidak pernah.” Resky menggeleng.
“Sudah kuduga. Benturan dengan aspal dan sakit tidak akan membuatmu mati. Kau juga tidak bisa lebih tua dari kondisimu saat ini. ”
“Apa aku bisa mati?”
“Kami tidak tahu.”
“Oh ya Dok, bisa tidak sel atau darahku diriset buat dijadikan obat?”
“Itu sudah kami lakukan.”
“Lalu hasilnya?”
“Belum dicoba ke manusia.”
“Ketika dicoba ke tikus lab bagaimana?”
“Berhasil.”
“Dok aku punya satu permintaan!”
“Oh...kau pasti ingin mencangkokkan selmu kepada kekasihmu, pasien yang koma di bangsal VIP itu kan?”
“Benar.”
“Aku......tidak tahu apa sekarang saat yang tepat untuk menyampaikan ini.”
“Ja...jadi...Prita sudah....?”
Dokter itu menundukkan kepala sambil melepas penutup kepalanya dengan sedih. Tetapi yang lebih sedih adalah Resky. Prita-nya sudah mati sedangkan dia tidak bisa mati. Mengapa cinta bisa abadi sedangkan manusia yang mengalaminya tidak? Disitu kadang dia merasa sedih.
Lantai teratas, ia turun lalu berjalan menuju tangga darurat. Saat itulah telepon yang bersesakan dengan kertas di sakunya menyala dan berbunyi.
“Halo Res, aku minta maaf.” Kata Vicky diseberang sana.
“Maaf kenapa Ki?” Tanya Reski heran.
“Maaf nggak bisa ngembaliin motornya hari ini.”
“Tidak perlu.”
“Jadi nggak apa-apa kalau aku ngembaliinnya besok?”
“Tidak perlu dikembalikan besok atau lusa.”
“Kok?”
“Karena mulai sekarang motor itu kamu yang punya.”
“Halo res...Resky.”
Resky menekan tombol off dan menaiki tangga menuju ke atas atap. Setelah sampai ia berjalan pelan hingga sampai ke pinggirannya, menyaksikan mobil-mobil yang berlalu lalang bebas macet di malam itu. Setengah ujung sepatunya menggantung di udara. Ia berpikir sejenak, langsung loncat atau lari dulu baru loncat? Ah keduanya kan sama-sama matinya, jadi pilihan apapun tak akan banyak berbeda.
3 BULAN SEBELUMNYA
Atap gedung terasa dingin diterpa angin. Di pinggirnya, Resky menghadap ke arah Vicky yang membawa kamera sambil berkata
“Guys hari ini gue akan coba sesuatu yang belum pernah dicoba sebelumnya. Gue bakalan lompat lalu bungee jump masuk ke jendela kamar gue di lantai 50. Watch....woo hooo...”
Resky langsung melompat tanpa banyak pikir, tanpa didampingi ahli atau melakukan latihan khusus sebelumnya.
“Res....!”
Ternyata tulisan don't try this at home tidak main-main. Ada benarnya juga kalimat itu, dan Resky baru menyadarinya saat aksi berbahayanya berjalan diluar rencana. Tali pengikat kakinya putus dan tubuhnya terjun ke trotoar. Ia berusaha meraih jeruji salah satu balkon tetapi gagal.
Saat itulah, tak disangka dan tak diduga sebuah tangan meraih tali yang terikat di kakinya. Tangan yang terjulur dari kisi-kisi jeruji balkon.
“Tolong! Ada yang mau mati!”
Kata gadis berkursi roda sambil berusaha menarik Resky ke atas. Ia tak peduli dengan kursi rodanya yang terseret ke tepi balkon. Bukannya menyelamatkan, kini nyawa gadis itu juga berada dalam bahaya karena berat tubuhnya lebih ringan dari badan Resky yang coba ditariknya ke atas. Untung saja tak lama kemudian datang sepasang security yang mendengar teriakan itu dan membantu Resky naik ke atas balkon.
“Terima kasih Mbak.” Kata Resky singkat.
“Kamu tidak apa-apa?” Tanya gadis itu
“Tidak.” Resky menggeleng. Meskipun beberapa kali membentur dinding, ia tidak merasa ada luka di tubuhnya,
“Ke rumah sakit ya, bareng sama aku.” Kata penolongnya lagi.
“Bareng?”
“Iya, kebetulan hari ini ada jadwal kemo. Kita bareng saja.”
Resky teringat, gadis memepsona di hadapannya tadi berteriak 'Tolong ada yang mau mati'. Kini setelah mendengar kata kemo, teriakan itu terasa begitu ambigu. Ternyata yang mau mati di balkon tadi tak hanya dirinya tetapi juga penolongnya.
“Aku Resky.”
“Prita.”
Itulah awal perkenalan Resky dengan Prita yang dicintainya. Bukan cinta happily everafter seperti dalam dongeng, jenis cinta Resky dan Prita berbatas waktu. Cinta yang akan berakhir dalam hitungan bulan dan diteruskan menjadi long distance relationship dengan Prita di alam baka.
Resky sendiri ragu dengan bagaimana nasibnya setelah sang kekasih meninggalkannya . Sekarang ia masih bisa berjanji kepada dirinya sendiri bahwa seumur hidup ia tak akan mencari Prita yang lain. Di hatinya hanya ada satu Prita. Tetapi sampai kapan? Ia melihat di sekelilingnya banyak pria yang kimpoi lagi setelah istrinya mati. Banyak jejaka yang menikahi perawan lain ketika ditinggal mati sang kekasih. Cinta sehidup semati, kekasih dunia-akhirat hanya ada di konsep saja tetapi dalam tataran praktis keduanya seolah tidak relevan.
Hal itulah yang membuat Resky menempuh jalan ini. Kalau kau tak ingin LDR dengan kekasihmu ikutlah pindah dengannya ke lain kota. Kalau kau tak ingin merana karena ditinggal mati kekasihmu, ikutilah dia ke lain dunia.
Resky melompat tanpa ragu. Ia melayang-layang di udara yang sama, di gedung yang sama dengan saat pertama kali dia bertemu Prita-nya. Ia ingin mati, ia tidak lagi takut dengan kata M itu karena menurut perkiraannya sebentar lagi prita juga akan menyusulnya ke dimensi yang lebih kekal dan bahagia berdua selamanya tak lagi jadi mimpi diatas mimpi.
BRAK
Tubuhnya menabrak trotoar dan Resky merasa sakit luar biasa. Setelah itu tak ada rasa lagi, hanya gelap yang mengganti.
“Huh...huh....huh...”
Resky membuka mata dan mendapati tubuhnya terbaring di ranjang rumah sakit dalam keadaan sehat wal afiat tanpa kurang suatu apapun di tubuhnya. Dokter dan paramedis bergegas datang ketika mengetahui dia siuman. Tak hanya staf rumah sakit tetapi pers dna kameraman pun terlihat berdiri di depan pintu, berusaha keras menerobos masuk untuk meliput fenomena yang menggegerkan dunia.
“Apa aku sudah mati?”
“Kau jauh dari mati.” Jawab dokter yang menanagninya
“Siapa namamu?” Di hadapannya berdiri dokter yang Resky kenal. Orang ini juga menangani Prita.
“Resky.”
“Ikuti sinar ini.” Katanya sambil menggerak-gerakkan senter yang menyorot mata Resky.
“Normal.”
“Dok, sebenarnya ada yang terjadi?”
“Kau jatuh dari atap gedung 60 lantai.”
“Bukan itu, maksudku mengapa aku tidak mati?”
“Kau mampu melakukan regenerasi sel mati dengan sangat cepat. Ketika kulitmu lecet dalam sekejap luka itu akan hilang. Tulangmu yang patah akan tersambung kembali, bahkan secara ekstrim kalau misalnya tanganmu sekarang kupotong, dalam hitungan jam kau bisa menumbuhkan tangan yang baru. Oh ya kapan terakhir kali kau pergi ke dokter?”
“Tidak pernah.” Resky menggeleng.
“Sudah kuduga. Benturan dengan aspal dan sakit tidak akan membuatmu mati. Kau juga tidak bisa lebih tua dari kondisimu saat ini. ”
“Apa aku bisa mati?”
“Kami tidak tahu.”
“Oh ya Dok, bisa tidak sel atau darahku diriset buat dijadikan obat?”
“Itu sudah kami lakukan.”
“Lalu hasilnya?”
“Belum dicoba ke manusia.”
“Ketika dicoba ke tikus lab bagaimana?”
“Berhasil.”
“Dok aku punya satu permintaan!”
“Oh...kau pasti ingin mencangkokkan selmu kepada kekasihmu, pasien yang koma di bangsal VIP itu kan?”
“Benar.”
“Aku......tidak tahu apa sekarang saat yang tepat untuk menyampaikan ini.”
“Ja...jadi...Prita sudah....?”
Dokter itu menundukkan kepala sambil melepas penutup kepalanya dengan sedih. Tetapi yang lebih sedih adalah Resky. Prita-nya sudah mati sedangkan dia tidak bisa mati. Mengapa cinta bisa abadi sedangkan manusia yang mengalaminya tidak? Disitu kadang dia merasa sedih.
THE END
cerita di atas idenya sudah ada sejak jaman ABG dulu ( tahun 2002
) tapi baru kesampaian sekarang nulisnya.0
Kutip
Balas