- Beranda
- Stories from the Heart
Kelakuan Anak Kuliah
...
TS
pujangga1000
Kelakuan Anak Kuliah
Quote:
Quote:
Quote:
----------------------------------------------------------------------------------
========================================
pujangga1000
Diubah oleh pujangga1000 19-09-2016 03:37
yusrillllll dan 23 lainnya memberi reputasi
22
3.9M
7.4K
Thread Digembok
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
32.7KThread•51.9KAnggota
Tampilkan semua post
TS
pujangga1000
#2677
Masa lalu Rara 2
Gue balik ke kostan. Sebenarnya gue pengen ketemu bang Din untuk bertanya perihal Rara. Tapi gue liat pintunya masih tertutup. Mungkin dia masih molor. Jadi gue putuskan buat mandi. Gue liat jam, pukul 8 lebih sedikit. Kalau gue berangkat kuliah, gue masih bisa masuk kelas jam 9 dan jam 11. Lebih baik gue masuk, daripada gue sama sekali blank entar pas ujian.
Sesampainya di kampus, gue langsung menuju kandang untuk doping kopi. Mata gue sebenarnya sepet banget. Tapi gue paksain. Benar saja. Saat di kelas, ngantuk mulai menyerang. Belum lagi gue ngerasa badan gue ada yang aneh. Gue tepuk-tepuk perut gue, ternyata gue masuk angin
Kondisi badan gue hari ini bener-bener gak fit. Sepertinya gue tanda-tanda mulai sakit. Gue mulai bersin-bersin gak jelas. Badan juga sepertinya meriang. Pasti efek dari naik motor gak pake jaket kemarin. Gara-gara Rara sih
Ahhh, kayaknya gue gak sanggup lagi. Baru satu jam dikelas. Gue langsung cabut, meluncur ke kostan.
***
Gue bangun sore sekitar jam 6 lebih. Pertama kali yang gue lakukan adalah berjalan ke kamar bang Din. Gue berdiri didepan pintunya.
"
"
"
"
"Jek, ketuk pintu dulu napa..
" Kata bang Din terkejut
"Maap bang
" gue nyengir gak berdosa
"Bang, ceritain soal Rara donk" pinta gue
"
" Bang Din melotot ke gue
"
"
"Lu suka sama dia?" bang Din menyelidik
"
"
"
" bang Din tertawa terbahak-bahak
"
"
"Ciyee.. ciyee.."
Asem.. Gue malah di cie in sama bang Din.
Gue bukan suka. Gue tau ini perasaan apa. Bukan suka seperti yang pernah gue rasakan sebelum-sebelumnya. Gue murni penasaran soal Rara. Apalagi soal statusnya. Kan bisa ribet kalo bener gue tidur sama istri orang..
"Kemarin aku nginep dirumah dia" Kata gue polos
"Huahahahahahahaha, terus dipake lagi lu?" Tawa bang Din makin keras
"
"
"
"
"Serius bang.. Dia uda punya suami belum sih??" Tanya gue penasaran
"Ya belum lah, bego lu, mana mungkin dia kerja jadi LC kalo punya suami" Jelas bang Din
"Terus abangnya itu siapa maksudnya?" Tanya gue langsung
"Ya abangnya, lu gak ketemu dirumahnya?" Jawab bang Din
"Rumahnya kosong gitu kok, yang di godean itu" Jawab gue
"Iya disitu, mungkin lagi keluar abangnya" Kata bang Din
"Owwww.." Gue bisa bernafas lega
Gue ternyata cuman terlalu paranoid. Jadi akal sehat gue mengada-ada. Benar juga kata bang Din. Mana mungkin ada suami yang tega menyuruh istrinya kerja malam. Kalau pun ada, pasti sudah ditalak tiga.
"ciyeeh.. ciyeeh.. berapa ronde kemarin jek?" Tanya bang Din frontal
"
"
"Halah sama abang sendiri malu-malu..
" Goda bang Din
Gue dibully oleh bang Din. Ditanya pertanyaan macem-macem yang...
yang gitu lah pokoknya.. cuman bikin sebel
"Ya elu kalo emang suka Rara, baik-baik lah lu sama dia" Bang Din tiba-tiba serius
"Gak ah bang.. Uda punya anak gitu bang.. Jauh lagi beda umur kita" Jawab gue
"
kok lu tau dia uda punya anak?" Bang Din kaget
"Emang kau gak tau bang??" Gue malah balik nanya
Gue ceritakan kalo Rara sendiri yang curhat ke gue soal masa lalunya. Sialnya bang Din malah ngecengin gue. Katanya emang momen setelah "itu", biasanya suka curhat-curhatan. Kebawa suasana melow
"Ya lu berteman aja sama dia, emang uda agak kelainan jiwa orangnya.. Kasian" Nasehat bang Din
"Kelainan jiwa
" Gue shock
"Iya lah!"
"
"
Gue mendengar cerita mengenai Rara dari versi bang Din. Ternyata...
Keluarganya bukan gak sayang sama Rara. Tapi Raranya sendiri yang agak "weird(?)". Orang tuanya tidak pernah mengurung Rara didalam rumah. Tapi yang terjadi adalah, Rara sudah menikah dan berumah tangga, tapi dia malah tinggal dirumah orang tuanya dan suaminya tidak keliatan. Mulut tetangga emang kayak setan semua. Apalagi setelah perutnya membesar. Gara-gara sering diomongin ini itu, Rara jadi benci banget sama janin yang dikandungnya, sampe berpikir untuk aborsi dan bunuh diri.
Ketika bayi Rara lahir, Rara pernah mencoba untuk membunuh anaknya sendiri. Dia malu karena sudah punya anak. Saat itu dia masih muda. Bayangin masih SMA! Bukannya uda tamat sekolah atau lagi kuliah ya, tapi dia masih SMA, yang notabene mentalnya masih seperti anak-anak sekolahan lainnya, doyan main-main. Namun kenyataan berkata lain, dia mesti merawat anaknya seorang diri!
Karena Rara benci banget sama anaknya, akhirnya orang tuanya yang bertanggung jawab untuk mengasuh anak tersebut. Tapi Rara yang (mungkin) sudah terganggu kondisi psikologis, malah membenci orang tuanya. Katanya, orang tuanya lebih memilih anak haram tersebut daripada dirinya sendiri. Serba salah kan? Tapi kalo gue jadi orang tua Rara, mungkin gue bakal ngelakuin hal yang sama.
Singkat cerita, perlahan-lahan namun pasti, Rara meninggalkan keluarganya karena anak tersebut. Lalu dia tinggal dengan abang kandungnya yang emang uda "nakal" duluan di Jogja. Kalo istilah bang Din sih, abangnya Rara sudah masuk "dunia hitam". Karena pemikiran abangnya yang tidak kolot seperti orang kebanyakan, Rara diizinkan untuk bebas. Asal dengan syarat, harus tanggung jawab. Setelah itu dan sampai sekarang, Abang Rara yang selalu melindungi adik kesayangannya.
"Abangnya gila!" sontak gue merespon cerita bang Din
"
" bang Din kaget
"Mana ada abang kayak gitu, kalo emang sayang sama adiknya, Rara harusnya dikasih pengertian donk bang, setidaknya diarahkan gitu. Ini malah diizinin jadi LC segala
" Kata gue ke bang Din
"Lu gak ngerti sih Jek, lu besar dirumah, atap yang lu liat itu tiap hari sama. Lu gak akan ngerti sama pemikiran orang diluar itu" Kata bang Din
"Tapi dimana-mana, semua juga tau kalo apa yang dilakuin abangnya itu salah, bang" Bela gue
"Lu gak akan ngerti Jek. Kalo lu bilang abangnya gila, gua juga gila berarti? Berani lu katain abang lu sendiri gila hah?
" Kata bang Din setengah bercanda
"Hahaha, kalo kau beda bang" Jawab gue
Selanjutnya gue dan bang Din cuman bercandaan gak jelas, tanpa membicarakan soal Rara lagi.
***
"Lu yakin gak mau sama Rara, jek?" Tanya bang Din
"(gue menggelengkan kepala dengan cepat)"
"Yakin?? Gratis tiap hari, entar diajarin Rara, gaya yang lain
" Goda bang Din
"Apa sih bang?!
"
"
" bang Din ngakak sejadi-jadinya
"
"
"Kalo gua, setuju aja adek gua sama Rara" Kata bang Din
"
"
"Lagian kan abangnya sama gua, bestfren lah" Kata bang Din sambil mengaitkan kedua kelingkingnya
"
"
"Tapi lu jangan lupa minta izin abangnya dulu ya Jek" lanjut bang Din
"
"
Bang Din! Gak berhenti-hentinya ngecengin gue sama Rara!
"Abangnya galak" bang Din menirukan gaya singa mengaum
"Kau asik bilang galak aja bang, ketemu aja belum akunya" Kata gue
"Tuh kan! Beneran mau sama Rara!
" Tembak bang Din
"
"
Gue barusan salah ngomong...
Tapi,
jujur aja, gue bingung. Ini jelas salah,
apa yang dilakukan Rara itu salah
sekarang, abangnya juga tidak mengarahkannya ke jalan yang benar
tapi bagaimana membenarkannya?
Ngomong salah sih gampang, merubahnya menjadi benar
itu yang sulit..

Sesampainya di kampus, gue langsung menuju kandang untuk doping kopi. Mata gue sebenarnya sepet banget. Tapi gue paksain. Benar saja. Saat di kelas, ngantuk mulai menyerang. Belum lagi gue ngerasa badan gue ada yang aneh. Gue tepuk-tepuk perut gue, ternyata gue masuk angin

Kondisi badan gue hari ini bener-bener gak fit. Sepertinya gue tanda-tanda mulai sakit. Gue mulai bersin-bersin gak jelas. Badan juga sepertinya meriang. Pasti efek dari naik motor gak pake jaket kemarin. Gara-gara Rara sih
Ahhh, kayaknya gue gak sanggup lagi. Baru satu jam dikelas. Gue langsung cabut, meluncur ke kostan.***
Gue bangun sore sekitar jam 6 lebih. Pertama kali yang gue lakukan adalah berjalan ke kamar bang Din. Gue berdiri didepan pintunya.
"
""
""Jek, ketuk pintu dulu napa..
" Kata bang Din terkejut"Maap bang
" gue nyengir gak berdosa"Bang, ceritain soal Rara donk" pinta gue
"
" Bang Din melotot ke gue"
" "Lu suka sama dia?" bang Din menyelidik
"
""
" bang Din tertawa terbahak-bahak"
""Ciyee.. ciyee.."
Asem.. Gue malah di cie in sama bang Din.
Gue bukan suka. Gue tau ini perasaan apa. Bukan suka seperti yang pernah gue rasakan sebelum-sebelumnya. Gue murni penasaran soal Rara. Apalagi soal statusnya. Kan bisa ribet kalo bener gue tidur sama istri orang..
"Kemarin aku nginep dirumah dia" Kata gue polos
"Huahahahahahahaha, terus dipake lagi lu?" Tawa bang Din makin keras
"
""
""Serius bang.. Dia uda punya suami belum sih??" Tanya gue penasaran
"Ya belum lah, bego lu, mana mungkin dia kerja jadi LC kalo punya suami" Jelas bang Din
"Terus abangnya itu siapa maksudnya?" Tanya gue langsung
"Ya abangnya, lu gak ketemu dirumahnya?" Jawab bang Din
"Rumahnya kosong gitu kok, yang di godean itu" Jawab gue
"Iya disitu, mungkin lagi keluar abangnya" Kata bang Din
"Owwww.." Gue bisa bernafas lega
Gue ternyata cuman terlalu paranoid. Jadi akal sehat gue mengada-ada. Benar juga kata bang Din. Mana mungkin ada suami yang tega menyuruh istrinya kerja malam. Kalau pun ada, pasti sudah ditalak tiga.
"ciyeeh.. ciyeeh.. berapa ronde kemarin jek?" Tanya bang Din frontal
"
""Halah sama abang sendiri malu-malu..
" Goda bang DinGue dibully oleh bang Din. Ditanya pertanyaan macem-macem yang...
yang gitu lah pokoknya.. cuman bikin sebel

"Ya elu kalo emang suka Rara, baik-baik lah lu sama dia" Bang Din tiba-tiba serius
"Gak ah bang.. Uda punya anak gitu bang.. Jauh lagi beda umur kita" Jawab gue
"
kok lu tau dia uda punya anak?" Bang Din kaget"Emang kau gak tau bang??" Gue malah balik nanya
Gue ceritakan kalo Rara sendiri yang curhat ke gue soal masa lalunya. Sialnya bang Din malah ngecengin gue. Katanya emang momen setelah "itu", biasanya suka curhat-curhatan. Kebawa suasana melow

"Ya lu berteman aja sama dia, emang uda agak kelainan jiwa orangnya.. Kasian" Nasehat bang Din
"Kelainan jiwa
" Gue shock"Iya lah!"
"
"Gue mendengar cerita mengenai Rara dari versi bang Din. Ternyata...
Keluarganya bukan gak sayang sama Rara. Tapi Raranya sendiri yang agak "weird(?)". Orang tuanya tidak pernah mengurung Rara didalam rumah. Tapi yang terjadi adalah, Rara sudah menikah dan berumah tangga, tapi dia malah tinggal dirumah orang tuanya dan suaminya tidak keliatan. Mulut tetangga emang kayak setan semua. Apalagi setelah perutnya membesar. Gara-gara sering diomongin ini itu, Rara jadi benci banget sama janin yang dikandungnya, sampe berpikir untuk aborsi dan bunuh diri.
Ketika bayi Rara lahir, Rara pernah mencoba untuk membunuh anaknya sendiri. Dia malu karena sudah punya anak. Saat itu dia masih muda. Bayangin masih SMA! Bukannya uda tamat sekolah atau lagi kuliah ya, tapi dia masih SMA, yang notabene mentalnya masih seperti anak-anak sekolahan lainnya, doyan main-main. Namun kenyataan berkata lain, dia mesti merawat anaknya seorang diri!
Karena Rara benci banget sama anaknya, akhirnya orang tuanya yang bertanggung jawab untuk mengasuh anak tersebut. Tapi Rara yang (mungkin) sudah terganggu kondisi psikologis, malah membenci orang tuanya. Katanya, orang tuanya lebih memilih anak haram tersebut daripada dirinya sendiri. Serba salah kan? Tapi kalo gue jadi orang tua Rara, mungkin gue bakal ngelakuin hal yang sama.
Singkat cerita, perlahan-lahan namun pasti, Rara meninggalkan keluarganya karena anak tersebut. Lalu dia tinggal dengan abang kandungnya yang emang uda "nakal" duluan di Jogja. Kalo istilah bang Din sih, abangnya Rara sudah masuk "dunia hitam". Karena pemikiran abangnya yang tidak kolot seperti orang kebanyakan, Rara diizinkan untuk bebas. Asal dengan syarat, harus tanggung jawab. Setelah itu dan sampai sekarang, Abang Rara yang selalu melindungi adik kesayangannya.
"Abangnya gila!" sontak gue merespon cerita bang Din
"
" bang Din kaget"Mana ada abang kayak gitu, kalo emang sayang sama adiknya, Rara harusnya dikasih pengertian donk bang, setidaknya diarahkan gitu. Ini malah diizinin jadi LC segala
" Kata gue ke bang Din"Lu gak ngerti sih Jek, lu besar dirumah, atap yang lu liat itu tiap hari sama. Lu gak akan ngerti sama pemikiran orang diluar itu" Kata bang Din
"Tapi dimana-mana, semua juga tau kalo apa yang dilakuin abangnya itu salah, bang" Bela gue
"Lu gak akan ngerti Jek. Kalo lu bilang abangnya gila, gua juga gila berarti? Berani lu katain abang lu sendiri gila hah?
" Kata bang Din setengah bercanda"Hahaha, kalo kau beda bang" Jawab gue
Selanjutnya gue dan bang Din cuman bercandaan gak jelas, tanpa membicarakan soal Rara lagi.
***
"Lu yakin gak mau sama Rara, jek?" Tanya bang Din
"(gue menggelengkan kepala dengan cepat)"
"Yakin?? Gratis tiap hari, entar diajarin Rara, gaya yang lain
" Goda bang Din"Apa sih bang?!
""
" bang Din ngakak sejadi-jadinya"
""Kalo gua, setuju aja adek gua sama Rara" Kata bang Din
"
""Lagian kan abangnya sama gua, bestfren lah" Kata bang Din sambil mengaitkan kedua kelingkingnya
"
""Tapi lu jangan lupa minta izin abangnya dulu ya Jek" lanjut bang Din
"
"Bang Din! Gak berhenti-hentinya ngecengin gue sama Rara!
"Abangnya galak" bang Din menirukan gaya singa mengaum
"Kau asik bilang galak aja bang, ketemu aja belum akunya" Kata gue
"Tuh kan! Beneran mau sama Rara!
" Tembak bang Din"
"Gue barusan salah ngomong...
Tapi,
jujur aja, gue bingung. Ini jelas salah,
apa yang dilakukan Rara itu salah
sekarang, abangnya juga tidak mengarahkannya ke jalan yang benar
tapi bagaimana membenarkannya?
Ngomong salah sih gampang, merubahnya menjadi benar
itu yang sulit..

jenggalasunyi dan 5 lainnya memberi reputasi
6
