- Beranda
- The Lounge
Way To Die, Horror kah?
...
TS
ragazzax
Way To Die, Horror kah?
Hai para kaskuser!!! welcome to my thread!!!
disini gue mau cerita tentang way to die. Apa dah way to die?
Spoiler for pendapat ane:
Way To Die menurut gue sendiri, menurut cerita yang gue baca, itu tuh kayak cerita psikopat yang bisa dibilang serem, tapi menurut gue sendiri gaada serem seremnya bahahah
jadi ini gue ada 3 cerita waytodie, ya gue ngambil di internet karena ini udah malem bsk sekolah dan gue gacukup waktu buat ngetik cerita, maybe next time
Spoiler for cekidot:
Spoiler for #WayToDie1:
Julie dan Julia merupakan saudara kembar yang sudah tidak memilki orang tua yang tinggal di sebuah kota kecil. Mereka cukup terkenal karena kecantikan mereka berdua dan perbedaan mereka yang benar-benar mencolok, bagaikan hitam dan putih. Julie merupakan gadis yang aktif dan memiliki banyak teman sedangkan Julia merupakan gadis yang pendiam dan tidak memiliki teman. Setiap saat disekolah ia selalu sendiri dan membaca buku di kelas atau perpustakaan. Hal ini yang membuat Julia menjadi lebih pintar daripada saudara kembarnya.
Hari itu, seorang murid baru yang bernama Blake ditempatkan di kelas mereka. Blake merupakan pemuda tampan yang langsung disukai oleh banyak gadis di sekolah itu termasuk Julie. Pada saat istirahat, semua murid keluar dari kelas namun hanya Julia yang tersisa. Blake yang saat itu masih murid baru enggan keluar kelas dan lebih memilih untuk tinggal dikelas, saat itu ia melihat Julia yang sedang membaca buku dan mendekatinya lalu Blake pun mengenalkan dirinya, “Hai, aku Blake” ucapnya. “Aku Julia” balas Julia dengan senyuman malu. Setelah berkenalan mereka pun berbincang bincang hingga bel istirahat berbunyi pun mereka masih berbincang bincang. Pada saat itu Julie hendak masuk kelas dan melihat hal itu. Hal itu membuat ia cemburu dan merasa kesal pada saudara kembarnya sendiri. Saat pulang sekolah, Julie yang masih kesal tidak banyak berbicara dengan Julia. “Cepatlah masuk! Aku ingin segera pulang, aku lelah!” bentaknya, Julia yang pendiam hanya mengangguk dan masuk ke mobil secepatnya. Sepanjang perjalanan mereka berdua tidak berbicara sedikitpun.
Saat tiba di rumah, Julie yang kesal sengaja mendorong Julia yang hendak menutup pintu hingga jarinya terjepit pintu mobil dan Ia pun berteriak kesakitan. Namun, Julie tidak memperdulikannya dan tetap berjalan masuk kerumah. Julia yang kesakitan pun berjalan masuk kedalam rumah dan mengambil kotak P3K untuk mengobati luka di jari tangannya. Tiba-tiba Julie datang dan menarik rambut Julia, “jangan pernah mendekati Blake lagi atau kau akan merasakan akibatnya!” ancam Julie, lalu ia menuju kamarnya dan meninggalkan Julia sendirian disana. Julia yang tidak suka dilakukan seperti itu marah dan kesal, Ia pun merencanakan sesuatu kepada Julie. Ia memeras beberapa jeruk nipis dan menampung perasannya di botol obat tetes mata. Ia mengambil tas dan mengeluarkan semua isinya lalu memasukan silet, pisau, botol obat tetes mata yang berisi perasan jeruk nipis, dan beberapa botol cuka kedalam tasnya. Saat tengah malam ia memulai rencananya, ia membekap Julie yang sedang tidur hingga pingsan dan langsung membawanya ke mobil. Ia membawa Julie ke sebuah proyek bangunan yang belum selesai di pinggir kota dan mengikatkan tubuhnya ke sebuah tiang beton dan membekap mulutnya. Ia mebangunkan Julie, saat terbangun ia terkejut karena melihat seseorang yang tak lain adalah Julia.
Julia pun memulai aksinya, “Bagaimana tidurmu? Apakah nyenyak?” tanya Julia. Julie yg ketakutan mencoba untuk teriak, Julia pun tertawa, “sudah tiba saatnya untuk bermain” ucapnya. Julie semakin ketakutan ketika mendengar itu. Julia pun mengambil pisau dari tasnya dan merobek seluruh pakaian Julie hingga Ia telanjang bulat, lalu ia mendekatkan pisau itu ke mata Julie, “kau lihat pisau ini? Pisau ini sangat tajam bukan? Mungkin akan sangat menyenangkan melihat tubuhmu disayat dengan pisau ini” ucap Julia. Julia mulai menyayatkan pisau itu di mulai dari kulit kepala Julie dan semakin turun hingga ke wajahnya lalu ke lehernya, badannya dan kakinya.
Julie yang kesakitan ingin berteriak namun tidak bisa, Ia hanya menangis menahan rasa perih di seluruh tubuhnya. Setelah itu Julia mengambil botol cuka dari dalam tasnya, “kau tahu kan ini apa?” tanya Julia. Julie yang sepertinya sudah tau maksud Julia dengan cuka itu semakin ketakutan dan semakin ketakutan ketika Julia membuka tutup botol-botol cuka tersebut. Lalu Julia menyiramkan cuka tersebut secara perlahan ke tubuh Julie dan dalam seketika tubuh Julie meronta-ronta dan mengerang karena rasa perih yang luar biasa disekujur tubuhnya, Julia memandikan Julie yang tubuhnya penuh sayatan dengan air cuka. Julie lemas setelah meronta-ronta dan mengerang menahan rasa perih di sekujur tubuhnya hingga tidak mengeluarkan suara lagi. Lalu Julia mengambil silet dan mendekatkan ke mata Julie, “mungkin ini akan menjadi benda terakhir yang kau lihat” ucap Julia. Julia pun mulai menyayat bola mata Julie dengan silet dan Julie pun kembali mengerang kesakitan. Julia menyayat kedua bola mata Julie hingga Ia buta lalu ia mengambil botol obat tetes mata yang berisi perasan air jeruk nipis tersebut dan Ia meneteskan air jeruk nipis tersebut ke kedua bola mata Julie hingga Julie semakin meronta-ronta dan mengerang.
Setelah itu bekapan mulut Julie dilepaskan dan Julia mengambil pisaunya kembali. Ia membuka mulut Julie dan menarik lidah keluar Julie lalu dengan pisau tadi Ia memotong lidah Julie. Julia melihat ke sekelilingnya seperti mencari sesuatu. Ia menemukan ada mesin aspal dan mesin pengaduk semen berada di dekatnya. Julia mengambil selang dari mesin aspal tersebut dan memasukan ke dalam mulut Julie, “inilah ajalmu saudaraku! Akulah yang akan menjadi malaikat mautmu!” ucap Julia dengan kesal dan marah. Lalu ia memutar kran di selang tersebut dan dalam seketika aspal panas langsung mengalir ke mulut hingga pipinya robek karena meleleh terkena aspal panas, tenggorokan, hati, usus dan dalam seketika seluruh organ dalam Julie pun meleleh, Julie pun meronta kembali. Julie yang sudah terbaring tak berdaya sudah tidak dapat mengerang atau meronta lagi, lalu Julia menyeret Julie yang sudah nyaris mati ke dekat corong mesin pengaduk semen dan memasukan corong mesin pengaduk semen tersebut ke mulut Julie yang sudah robek lalu menekan tombol di mesin tersebut dan semen pun mengalir ke dalam tubuh Julie hingga seluruh tubuh Julie terisi penuh dengan semen. Setelah itu Julie pun langsung mati. Julia mengambil pisau yg ia gunakan untuk menyayat tubuh Julie dan berkata, “aku sudah puas menyiksamu dan melihatmu mati, sekarang aku akan menyusulmu ke neraka saudaraku!” Julia pun menusukan pisau tersebut ke lehernya dan ia tewas seketika. Keesokan paginya mayat mereka berdua ditemukan oleh pekerja di proyek bangunan tersebut.
Hari itu, seorang murid baru yang bernama Blake ditempatkan di kelas mereka. Blake merupakan pemuda tampan yang langsung disukai oleh banyak gadis di sekolah itu termasuk Julie. Pada saat istirahat, semua murid keluar dari kelas namun hanya Julia yang tersisa. Blake yang saat itu masih murid baru enggan keluar kelas dan lebih memilih untuk tinggal dikelas, saat itu ia melihat Julia yang sedang membaca buku dan mendekatinya lalu Blake pun mengenalkan dirinya, “Hai, aku Blake” ucapnya. “Aku Julia” balas Julia dengan senyuman malu. Setelah berkenalan mereka pun berbincang bincang hingga bel istirahat berbunyi pun mereka masih berbincang bincang. Pada saat itu Julie hendak masuk kelas dan melihat hal itu. Hal itu membuat ia cemburu dan merasa kesal pada saudara kembarnya sendiri. Saat pulang sekolah, Julie yang masih kesal tidak banyak berbicara dengan Julia. “Cepatlah masuk! Aku ingin segera pulang, aku lelah!” bentaknya, Julia yang pendiam hanya mengangguk dan masuk ke mobil secepatnya. Sepanjang perjalanan mereka berdua tidak berbicara sedikitpun.
Saat tiba di rumah, Julie yang kesal sengaja mendorong Julia yang hendak menutup pintu hingga jarinya terjepit pintu mobil dan Ia pun berteriak kesakitan. Namun, Julie tidak memperdulikannya dan tetap berjalan masuk kerumah. Julia yang kesakitan pun berjalan masuk kedalam rumah dan mengambil kotak P3K untuk mengobati luka di jari tangannya. Tiba-tiba Julie datang dan menarik rambut Julia, “jangan pernah mendekati Blake lagi atau kau akan merasakan akibatnya!” ancam Julie, lalu ia menuju kamarnya dan meninggalkan Julia sendirian disana. Julia yang tidak suka dilakukan seperti itu marah dan kesal, Ia pun merencanakan sesuatu kepada Julie. Ia memeras beberapa jeruk nipis dan menampung perasannya di botol obat tetes mata. Ia mengambil tas dan mengeluarkan semua isinya lalu memasukan silet, pisau, botol obat tetes mata yang berisi perasan jeruk nipis, dan beberapa botol cuka kedalam tasnya. Saat tengah malam ia memulai rencananya, ia membekap Julie yang sedang tidur hingga pingsan dan langsung membawanya ke mobil. Ia membawa Julie ke sebuah proyek bangunan yang belum selesai di pinggir kota dan mengikatkan tubuhnya ke sebuah tiang beton dan membekap mulutnya. Ia mebangunkan Julie, saat terbangun ia terkejut karena melihat seseorang yang tak lain adalah Julia.
Julia pun memulai aksinya, “Bagaimana tidurmu? Apakah nyenyak?” tanya Julia. Julie yg ketakutan mencoba untuk teriak, Julia pun tertawa, “sudah tiba saatnya untuk bermain” ucapnya. Julie semakin ketakutan ketika mendengar itu. Julia pun mengambil pisau dari tasnya dan merobek seluruh pakaian Julie hingga Ia telanjang bulat, lalu ia mendekatkan pisau itu ke mata Julie, “kau lihat pisau ini? Pisau ini sangat tajam bukan? Mungkin akan sangat menyenangkan melihat tubuhmu disayat dengan pisau ini” ucap Julia. Julia mulai menyayatkan pisau itu di mulai dari kulit kepala Julie dan semakin turun hingga ke wajahnya lalu ke lehernya, badannya dan kakinya.
Julie yang kesakitan ingin berteriak namun tidak bisa, Ia hanya menangis menahan rasa perih di seluruh tubuhnya. Setelah itu Julia mengambil botol cuka dari dalam tasnya, “kau tahu kan ini apa?” tanya Julia. Julie yang sepertinya sudah tau maksud Julia dengan cuka itu semakin ketakutan dan semakin ketakutan ketika Julia membuka tutup botol-botol cuka tersebut. Lalu Julia menyiramkan cuka tersebut secara perlahan ke tubuh Julie dan dalam seketika tubuh Julie meronta-ronta dan mengerang karena rasa perih yang luar biasa disekujur tubuhnya, Julia memandikan Julie yang tubuhnya penuh sayatan dengan air cuka. Julie lemas setelah meronta-ronta dan mengerang menahan rasa perih di sekujur tubuhnya hingga tidak mengeluarkan suara lagi. Lalu Julia mengambil silet dan mendekatkan ke mata Julie, “mungkin ini akan menjadi benda terakhir yang kau lihat” ucap Julia. Julia pun mulai menyayat bola mata Julie dengan silet dan Julie pun kembali mengerang kesakitan. Julia menyayat kedua bola mata Julie hingga Ia buta lalu ia mengambil botol obat tetes mata yang berisi perasan air jeruk nipis tersebut dan Ia meneteskan air jeruk nipis tersebut ke kedua bola mata Julie hingga Julie semakin meronta-ronta dan mengerang.
Setelah itu bekapan mulut Julie dilepaskan dan Julia mengambil pisaunya kembali. Ia membuka mulut Julie dan menarik lidah keluar Julie lalu dengan pisau tadi Ia memotong lidah Julie. Julia melihat ke sekelilingnya seperti mencari sesuatu. Ia menemukan ada mesin aspal dan mesin pengaduk semen berada di dekatnya. Julia mengambil selang dari mesin aspal tersebut dan memasukan ke dalam mulut Julie, “inilah ajalmu saudaraku! Akulah yang akan menjadi malaikat mautmu!” ucap Julia dengan kesal dan marah. Lalu ia memutar kran di selang tersebut dan dalam seketika aspal panas langsung mengalir ke mulut hingga pipinya robek karena meleleh terkena aspal panas, tenggorokan, hati, usus dan dalam seketika seluruh organ dalam Julie pun meleleh, Julie pun meronta kembali. Julie yang sudah terbaring tak berdaya sudah tidak dapat mengerang atau meronta lagi, lalu Julia menyeret Julie yang sudah nyaris mati ke dekat corong mesin pengaduk semen dan memasukan corong mesin pengaduk semen tersebut ke mulut Julie yang sudah robek lalu menekan tombol di mesin tersebut dan semen pun mengalir ke dalam tubuh Julie hingga seluruh tubuh Julie terisi penuh dengan semen. Setelah itu Julie pun langsung mati. Julia mengambil pisau yg ia gunakan untuk menyayat tubuh Julie dan berkata, “aku sudah puas menyiksamu dan melihatmu mati, sekarang aku akan menyusulmu ke neraka saudaraku!” Julia pun menusukan pisau tersebut ke lehernya dan ia tewas seketika. Keesokan paginya mayat mereka berdua ditemukan oleh pekerja di proyek bangunan tersebut.
Spoiler for #WayToDie2:
“sedang apa bu.” Seorang anak masuk kedalam sebuah dapur, ketika ia melihat ibunya berada didalam sana.
“ibu sedang memperbaiki blender ini Colin, ayahmu tak memperbaikinya walaupun ibu sudah memberitahunya berulang kali.”
“memang apa kerusakannya bu?’
“entahlah, ibu rasa mata pisaunya tersumbat.”
Seorang ibu itu sudah membongkar habis blender yang ia punya, kini hanya bagian mesin dan mata pisaunya yang ia coba perbaiki. Saklar dari blender itu sengaja ia cabut, agar tak ada listrik yang mengalir ke blender yang tengah ia perbaiki. Tanganya lihai mengobrak-abrik bagian mesin dan mata pisau blender itu, dari kilatan cahaya yang terpancar sepertinya mata pisau blender itu sangat tajam. Dapat memotong apapun dengan cepat.
“Colin, dapatkah kau membantu ibu?”
“memangnya ada apa bu?”
“tolong kau lihat adikmu, ia sedang bermain di halaman belakang tadi. Ibu belum selesai dengan ini.”
“tapi dia kan sudah besar, biarkan dia mengurus dirinya sendiri bu”
“Colin, adikmu baru berumur 5 tahun. Bagaimana kau dapat berbicara seperti itu.”
“ya ya, baiklah.”
Anak lelaki itu pergi walaupun sambil menggerutu, sang ibu meneruskan kembali pekerjaannya. Ketika Colin mencari di halaman belakang, ternyata ia tidak dapat menemukan adiknya. “Kemana perginya bocah itu.” Sekitar 10 menit ia mencari, tetapi tidak juga menemukan adiknya. Disisi lain, sang ibu masih dengan pekerjaannya, ia belum menemukan masalah apa yang menyebabkan blendernya tidak bekerja. Ia hati-hati sekali, karena tanganya sangat dekat dengan mata pisau yang tajam. Sekali saja ia lalai, tangannya akan sangat mudah untuk tergores.
Sang ibu sangat serius dengan pekerjaannya, tanpa ia sadari anak lelakinya yang berumur 5 tahun masuk ke dalam dapur. Ia berjalan sangat pelan, hingga tak menimbulkan suara sama sekali. Colin masih berada di halaman belakang, ia baru saja memutuskan untuk kembali ke dapur untuk memberitahukan ibunya bahwa ia tidak menemukan adiknya.
Anak laki-laki berumur 5 tahun itu tersenyum melihat ibunya yang sedang sibuk, tetapi kemudian beberapa ruas kabel di lantai menarik perhatiannya. Ia menghampiri kabel-kabel itu, dan duduk diantaranya. Sepertinya ia sangat tertarik dengan gulungan kabel itu, tepat di hadapannya ada sebuah saklar tergeletak. Anak itu menggengam sebuah kabel, dan ia terus saja menatap saklar didepannya. Anak itu tersenyum saraya mencondongkan tubuhnya ke arah saklar, ia mengangkat tangannya dan mulai memasukan pangkal kabel yang ia pegang ke dalam saklar. Ketika itu juga Colin masuk ke dalam dapur dan melihatnya, ia berteriak. Tetapi terlambat, anak laki-laki itu sudah memasukan pangkal kabel itu ke dalam saklar.
Seketika listrik mengalir dari saklar ke dalam kabel itu, dan listrik teralirkan ke dalam mesin blender yang sedang diperbaiki. Ketika listrik itu mengalir, tangan si ibu sedang berada diantara mata pisaunya. Deru suara mesin memecah keheningan, dan mata pisau blender itu berputar dengan cepat. Menggiling tangan si ibu…
Si ibu berteriak sangat keras, darah terciprat keseluruh ruangan. Ia berusaha menarik tangannya, tetapi mata pisau sudah terlebih dahulu menghancurkannya. Kelima jarinya teriris hingga halus, rasa nyeri menjalar ke seluruh tubuh si ibu. Suara tulang yang hancur bercampur dengan suara deru mesin, si ibu berteriak keras. Colin mencoba menolongnya, wajahnya dipenuhi darah. Ia menarik tubuh ibunya, hingga akhirnya terlepas dan terjatuh ke lantai. Tangan si ibu sudah habis, darah segar menetes dari pangkal pergelangan tangannya yang terputus.
Darah memenuhi dapur itu, dan teriakan kesakitan menelan keheningan rumah itu.
Tetapi sayang blender itu pun jatuh ke lantai, dan blender itu tidak terpasang dengan kuat hingga akhirnya mata pisaunya terlempar dari tempatnya. Mata pisau itu melayang ke udara dengan kecepatan tinggi, memantul beberapa kali di dinding dapur.
Hingga akhirnya mata pisau itu mendarat tepat di pertengahan leher si ibu, mata pisau itu menancap hingga menembus leher si ibu. Berputar-putar di rongga leher, menghancurkan batang tenggorokan si ibu. Tubuhnya gemetaran saat merasakan mata pisau itu menggorok lehernya, suaranya parau dan berat. Percampuran antara rasa sakit yang teramat sangat, dan tubuhnya yang sedang meregang nyawa. Darah nya mengucur ke udara, dan ke seluruh tubuh Colin yang berada tepat disampingnya. Teriakan Colin pecah, saat melihat ibunya tergorok mata pisau dari blender itu. Lama kelamaan mata pisau itu berhenti berputar, dan tubuh sang ibu pun tidak lagi bergerak.
Tidak lama kemudian dapur itu menjadi hening, seluruh dindingnya di penuhi darah. Seakan dapur itu baru saja di cat dengan warna merah. Colin hanya bisa diam disebelah mayat ibunya, tubuhnya gemetaran. Sedangkan sang ibu sudah tidak lagi bergerak, tubuhnya kaku dengan leher yang hancur. Darah mengalir deras dari lehernya, luka dileher ibunya sangat besar hingga dinding dibelakangnya dapat terlihat dengan jelas melalui rongga leher yang sudah terkoyak. Melalui kulit yang sudah robek, dan memburai. Diantara rongga leher yang menganga, mata pisau dari blender itu masih menancap. Menancap dengan kuat, hingga dapat memutus urat nadi hanya dengan hitungan detik.
Dari balik meja didapur itu, anak laki-laki berumur 5 tahun mengintip ke arah Colin dan ibunya. Sebuah senyum ceria mengembang dari bibirnya, wajahnya yang berlumuran darah ibunya sendiri memperlihatkan ekpresi manis khas anak-anak seumurannya….
Spoiler for #WayToDie3:
“Kakak, aku laper.”
“Sabar Seth, mungkin sebentar lagi ayah dan ibu pulang.”
Dana mengusap dahi adiknya, sudah pukul 10 malam orang tuanya belum juga pulang. Ini memang bukan hal yang bagus, meninggalkan dua orang anak kecil di rumah dengan sebuah kertas bertuliskan “Dana, ayah dan ibu harus pergi ke rumah Bibimu. Jaga Seth.” Orang tua macam apa itu, tidak berguna.
“Lebih baik kau pejamkan matamu Seth.”
“Tetapi perutku lapar kak.”
Dana dan Seth hanya diam di kamar, mereka tidak tau apa yang harus mereka lakukan. Tentu saja mereka belum mempunyai keahlian memasak.
Tiba-tiba saja mereka mendengar sebuah suara yang tak asing ditelinga mereka, tidak butuh waktu lama untuk Seth mengenali bahwa yang ia dengar adalah sebuah Jinggle penjual es krim. Seth buru-buru melihat ke jendela kamar, ternyata benar ada penjual es krim di sebrang jalan. “lihat kak, ada penjual es krim. Sepertinya enak.” “yang benar?” Dana menghampiri adiknya, ia melihat ke jendela, dan memang benar bahwa itu adalah penjual es krim. Tetapi penjual es krim macam apa yang berjualan selarut ini.
“Sebaiknya kita tidak keluar Seth, terlalu aneh seorang penjual es krim tengah malam seperti ini.”
“Tetapi aku lapar kak.” “Hey lihat! Ternyata es krim gratis.” Seth menarik kepala kakaknya, ternyata benar. Van berwarna hitam itu bertulisakan “es krim gratis.”
“Tidak Seth, terlalu aneh.”
“Ayolah kak, mungkin karena hari ini adalah hari nasional hingga mereka menjual es krim gratis malam-malam. Daripada dibuang.”
“Ayolah kak, aku sangat lapar.” Seth memohon hingga dua kali. Akhirnya Dana menyetujuinya. Mereka pun keluar rumah, menuju ke van hitam itu.
Pelan-pelan mereka menghampiri mobil van hitam itu, seluruh kacanya tertutup. Dana dan Seth mendekati bagian depan van itu, suara Jinggle dari van itu terdengar sangat keras dari dekat hingga memecah kesunyian. Dana melihat ke bagian dalam van itu, tetapi kacanya terlalu gelap. Tak terlihat apa-apa. Dana mencoba mengetuk kaca van itu, beberapa detik Dana mengetuk. Kaca van itu terbuka lebar. Mereka melihat wajah seorang wanita mengenakan topeng kelinci, wanita itu memiringkan kepalanya ke arah Dana dan Seth. Untuk beberapa detik mereka saling memandang.
Hingga sebuah pengait besar ditembakan dari dalam van, pengait itu menembus leher Dana hingga bagian belakang lehernya. Darah membuncah ke tanah, seketika itu Seth berteriak. Tetapi teriakannya tenggelam oleh suara Jinggle van itu. Dana sangat merasakan rasa perih saat pengait itu merobek leher dan tulangnya, suara sayatan antara dagingnya dan besi pengait yang dingin itu sayup-sayup memecah riuh suara Jinggle itu. Darah mengalir deras dari batang tenggorokannya, ia ingin berteriak dan menyuruh Seth untuk pergi tetapi darah yang mengalir dari tenggorokannya meredam suaranya. Tubuh Seth gemetaran.
Tidak lama setelah itu tubuh Dana di tarik menggunakan pengait yang menancap, mencengkram lehernya. Tubuh Dana tertarik ke dalam van, meninggalkan Seth yang terbelalak melihat leher kakaknya berlumuran darah. Sebuah tangan keluar dari dalam van dan menarik tubuh Seth, kemudian pintu van tertutup rapat.
Suasana di dalam van agak gelap, hanya sedikit cahaya yang masuk melalui celah-celah pintu van. Tubuh Seth tergeletak di tengah van, dengan sebuah pending besar di belakangnya dan Dana di depannya. Pengait itu masih menancap di leher Dana, Dana sulit bernafas. darah masih mengalir deras dari leher dan mulutnya. Wanita dengan topeng kelinci menghampiri mereka, ia sempat memperhatikan Seth yang tak dapat menahan air matanya. Tetapi kemudian wanita itu menghampiri Dana, ia mengulurkan tangannya ke leher Dana. Wanita itu memegang pengait dileher Dana, kemudian ia mencabut pengait itu. Daging di bagian leher Dana, darah kembali membuncah dari luka yang semakin membesar. Dana berteriak sangat keras saat pengail itu di cabut, rasa perih yang teramat sangat menjalar ke seluruh tubuhnya. Nyeri dari lehernya yang hancur terlihat amat menyakitkan, semua itu tertangkap dari mata Dana yang mengeluarkan air mata.
“KAKAK!”
Sepertinya wanita itu belum puas, ia mengeluarkan sebuah palu besar dari pinggangnya. Ia genggam palu itu dengan kuat, ia angkat tinggi-tinggi. Dengan bengis ia daratkan palu itu dengan sekuat tenaga ke kepala Dana, palu itu membentur kepala Dana sengat keras hingga membuat tulang kepalanya hancur dan membentuk sebuah lekukan besar. Darah dari kepala Dana membuncah dan mengotori topeng wanita itu. Wanita itu mendaratkan palunya yang ke dua, kali ini kepala Dana benar-benar hancur, nafas Dana yang tersedat pun seketika berhenti. Darah Dana menggenangi lantai van itu.
Tubuh Seth gemetaran, ia mulai meronta. Wanita itu menjatuhkan palunya, dan mengangkat tubuh seth yang meronta-ronta. Seth kalah kuat, wanita itu dapat dengan mudah mengangkat tubuhnya. Ia membuka lemari pendingin besar di van itu, kemudian memasukan tubuh Seth ke dalamnya lalu menutupnya. Seth meronta-ronta di dalam lemari pendingin itu, tetapi tidak berhasil membuka pintunya. Sepertinya lemari pendingin itu sudah di kunci dengan kuat, lama kelamaan Seth berhenti meronta. Suhu di dalam lemari pendingin itu semakin dingin, bahkan rambut Seth sudah mengeras. Nafasnya tersengal. Entah sudah berapa lama ia berada di dalam sana, tetapi satu hal yang pasti adalah tubuh Seth sudah setengah membeku. Ia tidak dapat menggerakannya.
Tiba-tiba pintu lemari pendingin itu terbuka, Seth melihat wanita dengan topeng kelinci itu yg membukannya. Mata Seth berputar-putar, menandakan sebuah perlawanannya. Tetapi ia tidak dapat berbuat banyak, wanita itu sudah menggendong tubuhnya keluar dari lemari pendingin. Ia meletakan tubuh Seth di tempat dimana Dana dibunuh dengan keji. Wanita itu sempat mengusap wajah Seth, sebelum ia merogoh sebuah kotak peralatan. Wanita itu mengeluarkan sebuah gergaji dari sana, tidak lama kemudian wanita itu memiringkan tubuh Seth. Kemudian dengan tanpa belas kasih wanita itu menggergaji leher Seth, Seth merasakan nyeri yang teramat sangat saat gergaji itu mulai merobek lehernya. Darah menyembur dari batang nadi di leher Seth, semburan yang cukup tinggi membasahi tangan wanita itu. Mata gergaji itu sudah sampai di tulang lehernya, dan wanita itu menggergaji leher Seth lebih kuat agar dapat memutus tulang Seth. Mata Seth sudah mulai gelap, yang ia dapat lihat adalah darahnya sendiri. KRAK! Akhirnya tulang leher Seth terputus, dan dengan sedikit gesekan dari mata pisau gergaji itu akhirnya kepala Seth terpisah dari tubuhnya. Kepala Seth menggelinding ke sisi van, wanita itu membuka topengnya dan menyaksikan Seth meregang nyawa. Wanita itu menatap Seth dengan tajam, wanita itu tertawa terbahak-bahak sesaat sebelum mata Seth tertutup untuk selamanya.
“Kakak. Kakak dimana?”
yak mungkin lo lo pada punya cerita kek gini juga, boleh ditulis laaa siapa tau masuk pejwan wkwkwk, kalo mau share creepypasta, pengalaman horror, riddle, urban legend, boleh pm ane ntar ane bikin thread khusus..
kritik saran saya terima ddengan baik kok gan
sip sekian dari saya wassalam
0
4K
Kutip
18
Balasan
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
The Lounge
923.1KThread•83.3KAnggota
Tampilkan semua post
hantuu100
#5
Panjang banget gan
Ane baca dulu ya
Janji deh kelar baca baru komen lagi
Ane baca dulu ya
Janji deh kelar baca baru komen lagi
0
Kutip
Balas