Part 28

Gw melihat arloji di tangan gw. Sekarang pukul 11 malam. Hujan deras di luar sana membuat gw enggan pulang ke rumah, ditambah lagi dinginnya angin malam yang semakin membuat gw malas beranjak dari tempat ini.

Nesya tertidur di ruang tamu. Wajahnya terlihat begitu damai. Rambutnya yang sedikit acak-acakan beberapa kali menutupi matanya. Penampilannya malam ini membuat gw mengubah pandangan gw kepadanya. Ya, Nesya memang cantik malam ini. Sekarang, ia tertidur di sofa yang kami duduki. Setelah gw selesai bercakap-cakap dengan kedua orang tuanya, dia menemani gw di tempat ini, di ruang tamu.

Gw berjalan menuju teras rumah, berharap hujan reda dan bulan kembali menyinari bumi. Tapi apa daya, angin malam justru berhembus semakin kencang.

"gw kirain lo pulang Hen", Nesya berdiri di depan pintu. Sesekali dia menguap di depan gw.

"belum kok. Eh Nes, lo tidur dulu aja, bentar lagi gw pulang kok"

"hasyah, gw ga ngantuk kok"

"hahaha mata lo udah merah gitu, udah tidur aja sana", gw menepuk pelan kepalanya layaknya kakak adik.

Jujur, sampai saat ini gw tidak tau mengapa gw melakukan hal itu. Tangan gw seakan-akan melakukannya tanpa dikomando.

"eh, maaf Nes, ga sengaja", gw buru-buru meminta maaf

Dia hanya membalas dengan senyuman.

DEG..
Jantung gw seperti berhenti berdetak. Sudah lama gw tidak melihat senyuman seperti ini. Terakhir kali itu saat...gw bersama Rena. Ah, lagi-lagi pikiran gw kembali ke masa lalu. Tetapi gw berusaha menepisnya sebelum terlambat. Sekarang bukan waktu yang tepat untuk menyesali kepergiannya.

"Hen, masuk aja yuk, di sini dingin"

"gw di sini aja deh Nes, takut ganggu orang rumah. Gapapa kan?"

"hmm...oke, lo tunggu di sini ya", jawabnya lalu pergi meninggalkan gw

Gw duduk di salah satu kursi yang terletak di sudut teras. Gw membayangkan apa yang terjadi jika hujan tidak kunjung reda. Apa gw harus tidur di rumah ini? Ah, walaupun diminta menginap di sini, gw tetap tidak mau. Gw lebih memilih pulang basah kuyup daripada harus merepotkan orang lain, terlebih yang belum terlalu dekat.

"nih Hen, diminum dulu", Nesya datang membawa dua gelas teh hangat di tangannya. Kali ini wajahnya terlihat lebih segar dari sebelumnya.

"thanks ya, tehnya manis, gw suka"

"sama-sama, sapa dulu dong yang bikin!", Nesya berteriak kegirangan. Padahal cuma bikin teh anget doang. Dasar hahaha

"Heeen, ajarin gw main gitar dong, kata kak Nesya lo jago lhoo mainnya", Shani tiba-tiba datang membawa gitar akustik berwarna putih

Gw melongo. Nesya juga melongo. Kayaknya gw belum pernah main gitar di depannya Nesya, tapi kok dia tau kalo gw bisa main gitar ya?

"ajarin dong Heeeen", pintanya sekali lagi

"kayaknya gw belum pernah bilang ke lo deh, Shan", Nesya mengklarifikasinya

Gw menelan ludah. Jangan-jangan ini bukan Shani kali ya. Daritadi juga kayanya dia udah molor di kamar.

"hah? masa? kok kayanya pernah sih?", Shani tetep bersikeras kalau kakaknya pernah bilang seperti itu

Nesya tampak berusaha mengingat sesuatu.

"belum pernah deh Shan. Kayaknya adek gw ngigo ini mah", Nesya melirik gw

"ngigo apaan sih? orang gw masih bangun kok"

"tapi beneran deh. Gw ga pernah bilang loh"

"mungkin cuma perasaan gw aja sih kak", jawab Shani

"emang lo bisa nggitar Hen? paling metik senar aja ga bisa lo hahaha", dia meledek gw

"iyaaaa bisa dikit sih"

Jujur gw udah lama ga main gitar. Gw selalu teringat Rena ketika memetik senar gitar kesayangan gw, dan gw ga mau diteror masa lalu gw. Apalagi gw selalu ingin memainkan lagu My Heart Will Go On. Lagu yang terdapat banyak kenangan di dalamnya.

"naaaah! coba dong Heeen!", Shani terlihat bahagia. Tangannya menyerahkan gitar ke gw.

Sekarang gw memegang gitar lagi. Mau ga mau gw harus bisa lepas dari "teror" itu.

"lo bisa Hen!", gw berkata pada diri gw sendiri

"hmm...bisa lagunya White Lion yang When The Children Cry? Intronya aja", pintanya

Mereka berdua tampak memperhatikan gw.

Gw bernafas lega. Lagu ini menjadi bahan ujian sekolah musik saat SMP dulu. Awalnya gw agak ragu memainkannya, karena ada beberapa bagian yang lupa. Semenit kemudian gw mulai ingat betul lalu mulai memainkan intronya.

"intronya aja kan?", kata gw setelah selesai memainkannya

Mereka berdua terdiam sesaat.

"lo hari ini udah boongin gw berapa kali sih? tadi katanya bisa dikit? ini mah udah jago tauuu", Nesya protes ke gw

"ah skill gw mentok juga cuma segini Nes"

"lo anak classic ya? keliatan tuh dari cara main lo. Main satu lagu lagi dong", sekarang gantian Nesya yang request. Cieelaaah bahasanya hahaha

"bentaaar"

Gw mulai mengingat lagu classic yang dulu pernah mainkan. Ada beberapa yang gw suka, hanya saja gw lupa beberapa bagian.

"oh gw main ini aja deh, judulnya Twilight", akhirnya gw memilih sebuah lagu

Gw memilih lagu itu bukan karena ingin mengingat masa lalu gw dengan Rena. Dari lagu-lagu yang pernah gw pelajari, lagu ini cenderung tidak sulit dan mudah diingat. Kalau ada yang penasaran lagunya kayak apa, cek aja deh di youtube

Tanpa dikomando gw langsung memulainya. Petikan demi petikan berjalan dengan baik. Walaupun ada beberapa bagian yang kurang tepat, tapi lumayan lah. Sesaat sebelum gw menyelesaikan lagunya, gw ingat sebuah hal. Gw tidak mendengarkan Shani berbicara setelah gw bermain lagu dari White Lion tadi. Gw melihatnya sedang memandang langit hitam di atas sana.

Dan hal yang aneh terjadi lagi. Tiba-tiba dia pergi meninggalkan gw(lagi) dan Nesya.

"Shan...Shaniii", Nesya memanggil adiknya beberapa kali, namun tidak ada jawaban. Dia pun bangkit dan berdiri lalu menyusul adiknya.

Gw terdiam, menatap kosong langit dengan awannya di atas sana.
Salah gw apa sih?
Apa gw salah ngomong ya?
Shan, lo kenapa sih