- Beranda
- Stories from the Heart
ILLUSI
...
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
32.7KThread•51.9KAnggota
Tampilkan semua post
TS
open.minded
#1431
Wolfy Eyes
Gw berjalan perlahan menikmati udara segar sore menjelang malam ini, tidak jarang badan gw bergetar disaat udara dingin menyentuh leher gw, terlihat orang orang yang menunggu bus disana mulai melihat gw dengan tatapan ‘orang mabuk di sore hari? Apakah sudah gila anak ini?’ yang aneh. Gw pun membalas tatapan mereka dengan sebuah senyuman. Dua puluh menit berlalu bus berwarna dominan putih dan hijau dibawahnya akhirnya datang juga, bus itu pun berhenti dengan pintunya tepat sekali didepan gw, membuat gw menjadi orang pertama menaiki bus ini. Gw mengeluarkan beberapa Rubel dari kantung celana gw bermaksud ingin membayar kepada supir bus ini. Supir bus itu pun melambaikan tangannya menandakan dia menolak bayaran gw, kebingungan, gw naikan pandangan gw ke arah supir bus itu, tampak seorang kakek tua yang 2 bulan ini sudah sangat familiar sekali di mata gw. Gw pun langsung duduk di kursi paling depan, kursi yang selalu gw pilih disaat gw menaiki bus publik.
“dobrye veychur (selamat malam)” ucap pak tua itu
“dobrye, sepertinya saya sering sekali menaiki bus anda” ucap gw sambil melemparkan senyuman
“hahaha, betul sekali, dan apa yang kamu lakukan malam malam begini? Kau tahu ini jam padat?” ucap pak tua tersebut mengingatkan gw akan betpa macetnya moscow pada jam pulang kerja ini
“saya punya urusan di universitas” ucap gw singkat
“woaa, betapa rajinnya kamu ini, belajar sampai malam ha?”
“he’em”
Gw pun terdiam sejenak, kesadaran gw hilang di pemandangan yang dilewati bus ini, gw terlarut akan indahnya moscow disaat malam hari, kontras sekali dengan tampak nya pada saat pagi ataupun siang hari. Tampak perumahan ‘rakyat’ khas komunis bertengger disana, lampu berwarna kuning mulai menghiasi distrik dimana gw tinggal ini, Distrik Yesenevo. Sebuah suburb yang jauh dari gemerlapnya kota lingkar utama moscow yang sebenarnya.
“kamu kalah dalam sebuah taruhan dengan seorang teman?” tanya pak tua itu memecahkan lamunan
“dengan kakak”
“Hahahahahahahaha, uhuk uhuk, hahahahaha” tawa pak tua itu tertawa terbahak bahak
“hey hey, santai pak tua, kalau kau mati mendadak akan gawat nanti haha” canda gw
“uhuk uhuk. Aahhhh. Kakak maccam apa yang menghukum adiknya untuk memakai kaus singlet, dan sebuah celana dalam (boxer maksudnya, tapi ini pak tua gak tau boxer) di malam yang dingin ini haa?”
“lokomotiv moscow adalah tim sepakbola yang payah” ucap Gw mendengus
“ha! sepakbola ternyata, ahh anak muda”
“hey, kenapa kau menolak bayaran ku tadi? apakah kau tidak memerlukan uang, nanti kau dikejar kejar limit harian lagi”
“Daa (ahh tidak tidak), jangan khawatir, ini adalah bus saya sendiri”
“wah, seorang orang tua bekerja di dalam busnya sendiri?! Pemandangan yang langka sekali, biasanya diumur anda sekarang, orang lebih memilih menikmati masa tua nya dirumah”
“hahaha, tidak nak, saya sekarang sedang menjalani mimpi saya”
“mimpi anda? Menyupir bus?” tanya gw
“ya! saya suka jalan jalan! Haha, ups, metro stasiun, sdah sampai, sampai ketemu besok pagi”
“Dobrye Veycher(selamat malam) pak tua”
“hey”
“hm?”
“tangkap, pakai kemeja itu, kau belum terbiasa dengan cuaca sini, nanti kau sakit”
“Balshow spasibo (terima aksih banyak)” senyum gw
Pintu bus pun tertutup, gw masih berdiri melihat bus itu berlalu dan menghilang di perempatan jalan. Gw pakai kemeja yang diberika pak tua itu dan membalikan badan menuju stasiun metro, stasiun kereta bawah tanah. Kalau ada yang bertanya kepada gw apa yang menarik di moscow, selain kremlin, cathedral, brothel, vodka, mafia, tempat judi, hotel hotelnya, gw akan menyebut stasiun metro nya, karena berbeda dengan stasiun subway negara lain, stasiun metro dikota moscow itu sangat artistik, memang tidak semua stasiun mempunya unsur ‘artistik’ ini, tapi tetap saja, cocok untuk disinggahi.
Gw mengeluarkan sejumlah uang berjumlah 28 rubel atau sekitar 6 rb rupiah kedalam sebuah mesin yang akan mengeluarkan tiket kereta gw. Tidak lama gw menunggu kereta pun datang, gw menunggu semua orang masuk kedalam kereta terlebih dahulu, setelah semua orang masuk gw masuk kedalam kereta itu dan bersandar ke tiang pembats tepat didepan pintu kereta, ahh, spot favorit gw. 20 menit berlalu, kereta sudah sampai ke tempat tujuan gw, lingkar dalam moscow, begitu gw menyebutnya.
Beberapa blok sudah gw lewati denga kaki gw, akhirnya gw samai juga di universitas gw, salah satu universitas terkenal di russia, agak bangga juga gw masuk universitas ini tanpa tes mengingat si Adul di Indonesia harus tetap mengikuti SPMB disana. Gw berjalan memasuki kompeks universitas yang cukup luas ini, untuk mencari gedung fakultas psikologi. Entah sudah berapa kali gw nyasar di universitas sendiri, akhirnya gw ssampai di fakultas psikologi ini, mau nangis dijalan gw rasanya tersesat kayak tadi, gw memasuki gedung yang menyisakan sedikit orang di malam hari ini, gw taksir mereka kalau tidak seorang professor, seorang mahasiswa menjalani studi doktoral, atau seorang sarjana muda kurang kerjaan seperti gw yang diminta datang oleh seorang professor. Gw melihat peta gedung ini, mencari nama seorang professor yang meminta kedatangan gw. Ah ketemu! Lantai 4, setelah elevator belok kiri. Gw langsung beranjak ke elevator dan mengikuti peta yang gw lihat tadi.
‘Brida’, nama yang tertera di pintu itu, membuat gw langsung mengetuk nya. “masuk” balas suara orang di dalam membuat gw membukamendorong pintu itu, tampak seorang wanita berambut coklat memakai kemeja biru cerah dengan nama Brida menggantung di dadanya, dai menoleh kearah gw daan tersenyum halus. “silahkan duduk” kata dia. Gw lanjutkan langkah kaki gw menuju ssebuah bilik khusus yang terisi dengan dua buah sofa berbentuk ‘u’ itu, terlihat, berlawanan arah dengan professor Brida, seorang cewek, berambut sebahu, dan mengenai kacamata sedang memegang sebuah buku yang gw tebak adalah buku catatannya. Mendengar kedatangan gw dia mendongakan mukanya untuk melihat gw, mata kami pun bertemu. “hai” ucap nya langsung menunduk dan menulis lagi. Duduk tepat ditengah tengah mereka.
“apakah kamu sudah selesai dengan catatan mu?” tanya Professor itu kepada cewek itu
“yeshe nyet (belum)” balas dia
“Ok, kalau begitu biarkan saya berbicara dengan yang lain sebentar ya”
“OK” balas dia
Professor itu pun mengalihkan pandangan nya ke gw, begitu pun dengan cewek itu, melirik ke arah gw sebentar, seperti mengamati sesuatu, lalu meneruskan catatannya lagi.
“Adianziyah” ucap Prof itu mengucapkan nama gw
“Adi, panggil saja saya Adi”
“oh ya, Adi, hmm saya sudah memeriksa essay kamu kemarin”
“ohya? Mmm apakah ada masalah? nilai saya kurang bagus?”
“sebaliknya, nilai kamu bagus, tidak cemerlang, tapi bagus”
“ou.. kay” jawab gw canggung
“isi essay mu bagus, tapi konten yang kamu tuliskan jauh dari buku yang direkomendasikan pada saat lecture”
“saya mempunyai buku yang saya minati di rak saya, hmm, apakah hal itu dilarang?”
“tidak tidak, pada saat ujian, maahsiswa bebas memilih bukunya masing masing, asalkan buku itu solid dan valid”
“.....”
“cuman saja, jarang untuk mahasiswa tingkat pertama untuk dapat menulis essay se sulit ini”
“hmm, maaf prof, saya bukan jenius, saya hanya mengingat apa yang saya baca, dan menuangkan argumen saya sesuai dengan topik essay yang diujikan”
“saya tahu, daripada itu saya ingin menawari kamu sebuah pekerjaan di pelayanan mahasiswa yang membutuhkan konseling”
“ha? saya jadi konselor?”
“ya”
“hahaha, anda bercanda, saya aja bukan mahasiswa bermajor psikologi”
“apa major kamu?”
“mekanik”
“hmmm, tapi saya yakin kamu bisa,coba, sebagai percobaan kamu konseling anak ini” ucap Professor itu ke Cewek didepannya
“haaaa!!? Kok saya?!” protes Cewek itu
“ssh, hanya percobaan, tidak ada yang melihat” canda professor itu
Professor itu melihat kearah gw menandakan gw harus memberi sebuah konseling, atau nasihat, atau apalah itu ke cewek didepan gw ini. Cewek itu lalu menaikan pandangannya dan menatap mata gw dengan sinis, saat itu gw terpaku melihat matanya, matanya, biru keabu abuan yang sangat terang,terang sekali seperti mata seekor serigala, tatapannya sukses membuat badan gw begidik. Gw pun menggeleng gelengkan kepala gw berusaha untuk sadar, dan fokus, gw berdoa agar gw tidak berhasil dan tidak jadi konselor seperti yang ditawarkan professor ini, karena memang gw mengambil pelajaran psikologi ini hanya sebagai breadth, atau subjek diluar foku jurusan gw.
“cepet” ujar Cewek itu sinis ke gw
“oke saya mulai”
“cepet kalau gitu!!!” ucapnya
“kamu terlalu pesimis. Untuk cewek seumur kamu, kamu harusnya lebih ceria lagi” ucap gw
“haaah?!”
“dari matamu menunjukan tatapan cemas dan khawatir, dari gelagatmu menunjukan gerak gerik orang yang buru buru, dan raut wajahmu yang murung, melengkapi pendapat sayaa kamu adalah orang yang pesimis” ucap Gw, professor pun mendengarkan sambil tersenyum dan ngangguk ngangguk
“haaaaah?!”
“hmm mungkin kamu gagal dalam essay kemarin ya? dan kamu pikir kamu tidak bisa menuntaskan subjek ini? pffft” tawa gw sambil berbicara
“eeh, malah ketawa lagi! Prof! Orang seperti dia ga cocok jadi konselor! Yang ada mahasiswa yang lain bunuh diri nantinya!” protes dia marah
“hahahaha, maaf prof, saya bukan tipe orang yang bisa ngasih konseling ke semua orang hahaha”
“huh”
“kamu terlalu depresi itu sangat menyedihkan, kamu seperti orang yang baru saja kehilangan kucingnya”
“oh tidak, tidak untuk kucing!” teriak Dia
“Itu masalahmu! Kamu tidak punya kucing, ga heran kamu depresi terus! Pergi dan beli seekor kucing sana!”
“kucing itu menakutkan,”
“tidak kucing itu tidak menakutkan”
“ih tatapan kucing itu seperti ‘hey kamu, ketika kamu tidur, akan ku cakar badan kamu sampai habis!’” mimik Dia
“kucing itu tidak- oh. mungkin. Mungkin itu terjadi. Tapi jarang”
“dengan kuku mereka, kucing itu seperti macan, tapi lebih kecil, hiiii”
“bukankah itu fantastik? Itu seperti memiliki versi mini seekor anga, siapa yang tidak mau naga mini?”
“tunggu dulu, bagaimana kamu berubah dari macan, ke naga?”
“well, mereka itu besar, gagah, seram, mereka itu monster yang hebat!”
“IHH gak peduli!”
Professor pun tertawa mendengar percakapan kami yang aneh ini, gw pun meminta maaf dan menolak tawaran perkerjaan dari dia, karena memang gw gak terlalu suka dengan pekerjaan seperti itu, dan lagi gw memang sudah mempunyai pekerjaan yang lain. Gw dan professor lanjut ngobrol ngobrol seputar subjek atau mata kuliah psikologi dasar ini, gak gw kira kalau professor ini adalah orang yang humoris, dan ramah, berbeda saat waktu dia mengajar lecture yang sangat serius, tidak galak, tapi serius dalam mengajar. Gw pun pamit dan berjalan keluar untuk pulang.
Gw berjalan lurus sampai gw keluar dari komplek universitas gw ini, tapi ada yang aneh, gw gak mengenali daerah yang terpampang didepan gw ini, alah, jangan jangan gw salah jalan keluar lagi. Dengan nafas kekecawaan gw berjalan memutari universitas ini ke tempat dimana gw amsuk tadi. 30 menit gw berjalan akhirnya terlihat gedung patokan dimana gw masuk tadi, dari sini gw tinggal berjalan beberapa blok dan akan bertemu stasiun metro.
Disaat rasa lega gw menemukan jalan menuju stasiun tadi, tiba tiba ada suara orang memanggil gw dari jauh, suara cewek, suara yang sepertinya gw pernah denger.
“Heyy!!!” teriak cewek itu
“hmm?” dehem Gw melihat ke arah dia, ternyata dia adalah cewek yang tadi gw debatin
“kamu pulang lewat sini juga?’ tanya dia
“yep, stasiun tinggal jalan dari sini”
“ohh, sama don, aku juga menaiki metro, turun dimana?”
“yasenevo”
“waah satu jalur dong kita”
“oh ya? kamu memang tinggal dimana?”
“Kaluzhskaya”
“ohh sebelum 4 stop sebelum stasiun ku berarti”
“pasti milih tinggal disitu karena murah yah?”
“yep”
“hey! Sejak dari tadi kamu selalu mengalihkan pandanganmu saat berbicara denganku!” protes dia
“oh ya?” jawab gw mengacuhkan
Tiba tiba dia berhenti dan menarik lengan gw, yang membuat gw tiba tiba terdorong kebelakang, jantung gw berdetak cepat sekali akrena kaget. Tiba tiba dia memegang kedua sisi kepala gw dan membelokkannya ke arah dia, membuat gw terpaksa menatap dia, menatap mata dia.
“kalau orang berbicara, tatap mata lawan bicaramu” ucap Dia
“ughh, apa sih kamu ini?!” sambil menggelengkan kepala gw, lalu melanjutkan jalan gw
“hey?! Kalau aku ada salah maaf, kamu benar tadi, aku lagi panik” susul dia berlari kecil
“naah~ kamu tidak bersalah” ucap Gw
“dasar aneh!” ucap Dia
“matamu”
“kenapa dengan mataku?!” tanya dia sinis
“menakutkan”
“......” dia pun tidak berbicara, dia terdiam, membuat gw seperti perkataan tadi melukai perasaannya
“jangan salah tangkap, matamu indah, biru seperti langit yang berawan, terang, terang sekali, saking indahnya membuatku merinding”
Dia tidak membalas ucapan gw, tapi gw tau dia tertawa mendengar ucapan gw tadi, terlihat dari bahu cewek ini, yang tingginya Cuma sebahu gw ini, bergetar, selayaknya orang yang menaha ketawa dengan tangannya. Gw hanya tersenyum seiring dengan pintu kereta yang terbuka, gw pun seperti biasa membiarkan orang masuk terlebih dahulu, entah kenapa nih cewek ngikutin gw untuk nunggu semua orang masuk dan setelah semua orang masukke pintu kereta didepan gw ini, kami pun masuk. Jam sudah menunjukan pukul 9 malam, pantas saja kereta sudah tidak terlalu ramai, walaupun banyak tempat duduk kosong, gw lebih emmilih bersandar dekat pintu kereta, cewek itu pun ikut bersandar di sandaran yang terletak didepan gw ini.
“hey, tempat duduk masih banyak yang kosong” ucap gw ke dia
“nama ku bukan ‘hey’ “ protes dia
“oh, maafkan ketidaksopanan gw, jadi siapa namamu?” tanya gw
“namamu dulu!” ujar cewek itu
“ha? bukannya kamu yan protes?”
“seorang wanita tidak boleh memberitahukan nama dia ke laki laki yang tidak dikenal” ujar dia
“oh Ok, nama gw Robert” jawab gw berbohong
“dasar pembohong, nama kamu Adi, bukan robert!” protes dia
“oh, shit, haha, ketawan” canda Gw
“loh kamu gak jadi nanya nama ku?” lanjut dia
“tidak usah kalau kau tidak mau, dan hey! Sudah sampai kita di kaluzhskaya, selamat jalan, dan selamat malam ya, hati hati dijalan!”
Sontak wajah dia langsung mengkerut mendengar perkataan gw tadi, alias cemberut, dia pun berjalan keluar terlebih dahulu disusul dengan orang orang lain yang turun distasiun itu, gw tetap berdiri menunggu pintu tertutup, disaat gw iseng iseng menoleh ke arah stasiun diluar, terlihat cewek tadi menulis sesuatu di buku catatan yang tadi dibukanya. Pintupun tertutup, terlihat dia berjalan mendekati pintu kereta yang sudah siap jalan ini dan mengangkat bukunya yang bertuliskan sesuatu.
“ALLO! MENYA ZOVUT VALLI! (HALLO! NAMA SAYA VALLI!)”
“dobrye veychur (selamat malam)” ucap pak tua itu
“dobrye, sepertinya saya sering sekali menaiki bus anda” ucap gw sambil melemparkan senyuman
“hahaha, betul sekali, dan apa yang kamu lakukan malam malam begini? Kau tahu ini jam padat?” ucap pak tua tersebut mengingatkan gw akan betpa macetnya moscow pada jam pulang kerja ini
“saya punya urusan di universitas” ucap gw singkat
“woaa, betapa rajinnya kamu ini, belajar sampai malam ha?”
“he’em”
Gw pun terdiam sejenak, kesadaran gw hilang di pemandangan yang dilewati bus ini, gw terlarut akan indahnya moscow disaat malam hari, kontras sekali dengan tampak nya pada saat pagi ataupun siang hari. Tampak perumahan ‘rakyat’ khas komunis bertengger disana, lampu berwarna kuning mulai menghiasi distrik dimana gw tinggal ini, Distrik Yesenevo. Sebuah suburb yang jauh dari gemerlapnya kota lingkar utama moscow yang sebenarnya.
“kamu kalah dalam sebuah taruhan dengan seorang teman?” tanya pak tua itu memecahkan lamunan
“dengan kakak”
“Hahahahahahahaha, uhuk uhuk, hahahahaha” tawa pak tua itu tertawa terbahak bahak
“hey hey, santai pak tua, kalau kau mati mendadak akan gawat nanti haha” canda gw
“uhuk uhuk. Aahhhh. Kakak maccam apa yang menghukum adiknya untuk memakai kaus singlet, dan sebuah celana dalam (boxer maksudnya, tapi ini pak tua gak tau boxer) di malam yang dingin ini haa?”
“lokomotiv moscow adalah tim sepakbola yang payah” ucap Gw mendengus
“ha! sepakbola ternyata, ahh anak muda”
“hey, kenapa kau menolak bayaran ku tadi? apakah kau tidak memerlukan uang, nanti kau dikejar kejar limit harian lagi”
“Daa (ahh tidak tidak), jangan khawatir, ini adalah bus saya sendiri”
“wah, seorang orang tua bekerja di dalam busnya sendiri?! Pemandangan yang langka sekali, biasanya diumur anda sekarang, orang lebih memilih menikmati masa tua nya dirumah”
“hahaha, tidak nak, saya sekarang sedang menjalani mimpi saya”
“mimpi anda? Menyupir bus?” tanya gw
“ya! saya suka jalan jalan! Haha, ups, metro stasiun, sdah sampai, sampai ketemu besok pagi”
“Dobrye Veycher(selamat malam) pak tua”
“hey”
“hm?”
“tangkap, pakai kemeja itu, kau belum terbiasa dengan cuaca sini, nanti kau sakit”
“Balshow spasibo (terima aksih banyak)” senyum gw
Pintu bus pun tertutup, gw masih berdiri melihat bus itu berlalu dan menghilang di perempatan jalan. Gw pakai kemeja yang diberika pak tua itu dan membalikan badan menuju stasiun metro, stasiun kereta bawah tanah. Kalau ada yang bertanya kepada gw apa yang menarik di moscow, selain kremlin, cathedral, brothel, vodka, mafia, tempat judi, hotel hotelnya, gw akan menyebut stasiun metro nya, karena berbeda dengan stasiun subway negara lain, stasiun metro dikota moscow itu sangat artistik, memang tidak semua stasiun mempunya unsur ‘artistik’ ini, tapi tetap saja, cocok untuk disinggahi.
Gw mengeluarkan sejumlah uang berjumlah 28 rubel atau sekitar 6 rb rupiah kedalam sebuah mesin yang akan mengeluarkan tiket kereta gw. Tidak lama gw menunggu kereta pun datang, gw menunggu semua orang masuk kedalam kereta terlebih dahulu, setelah semua orang masuk gw masuk kedalam kereta itu dan bersandar ke tiang pembats tepat didepan pintu kereta, ahh, spot favorit gw. 20 menit berlalu, kereta sudah sampai ke tempat tujuan gw, lingkar dalam moscow, begitu gw menyebutnya.
Beberapa blok sudah gw lewati denga kaki gw, akhirnya gw samai juga di universitas gw, salah satu universitas terkenal di russia, agak bangga juga gw masuk universitas ini tanpa tes mengingat si Adul di Indonesia harus tetap mengikuti SPMB disana. Gw berjalan memasuki kompeks universitas yang cukup luas ini, untuk mencari gedung fakultas psikologi. Entah sudah berapa kali gw nyasar di universitas sendiri, akhirnya gw ssampai di fakultas psikologi ini, mau nangis dijalan gw rasanya tersesat kayak tadi, gw memasuki gedung yang menyisakan sedikit orang di malam hari ini, gw taksir mereka kalau tidak seorang professor, seorang mahasiswa menjalani studi doktoral, atau seorang sarjana muda kurang kerjaan seperti gw yang diminta datang oleh seorang professor. Gw melihat peta gedung ini, mencari nama seorang professor yang meminta kedatangan gw. Ah ketemu! Lantai 4, setelah elevator belok kiri. Gw langsung beranjak ke elevator dan mengikuti peta yang gw lihat tadi.
‘Brida’, nama yang tertera di pintu itu, membuat gw langsung mengetuk nya. “masuk” balas suara orang di dalam membuat gw membukamendorong pintu itu, tampak seorang wanita berambut coklat memakai kemeja biru cerah dengan nama Brida menggantung di dadanya, dai menoleh kearah gw daan tersenyum halus. “silahkan duduk” kata dia. Gw lanjutkan langkah kaki gw menuju ssebuah bilik khusus yang terisi dengan dua buah sofa berbentuk ‘u’ itu, terlihat, berlawanan arah dengan professor Brida, seorang cewek, berambut sebahu, dan mengenai kacamata sedang memegang sebuah buku yang gw tebak adalah buku catatannya. Mendengar kedatangan gw dia mendongakan mukanya untuk melihat gw, mata kami pun bertemu. “hai” ucap nya langsung menunduk dan menulis lagi. Duduk tepat ditengah tengah mereka.
“apakah kamu sudah selesai dengan catatan mu?” tanya Professor itu kepada cewek itu
“yeshe nyet (belum)” balas dia
“Ok, kalau begitu biarkan saya berbicara dengan yang lain sebentar ya”
“OK” balas dia
Professor itu pun mengalihkan pandangan nya ke gw, begitu pun dengan cewek itu, melirik ke arah gw sebentar, seperti mengamati sesuatu, lalu meneruskan catatannya lagi.
“Adianziyah” ucap Prof itu mengucapkan nama gw
“Adi, panggil saja saya Adi”
“oh ya, Adi, hmm saya sudah memeriksa essay kamu kemarin”
“ohya? Mmm apakah ada masalah? nilai saya kurang bagus?”
“sebaliknya, nilai kamu bagus, tidak cemerlang, tapi bagus”
“ou.. kay” jawab gw canggung
“isi essay mu bagus, tapi konten yang kamu tuliskan jauh dari buku yang direkomendasikan pada saat lecture”
“saya mempunyai buku yang saya minati di rak saya, hmm, apakah hal itu dilarang?”
“tidak tidak, pada saat ujian, maahsiswa bebas memilih bukunya masing masing, asalkan buku itu solid dan valid”
“.....”
“cuman saja, jarang untuk mahasiswa tingkat pertama untuk dapat menulis essay se sulit ini”
“hmm, maaf prof, saya bukan jenius, saya hanya mengingat apa yang saya baca, dan menuangkan argumen saya sesuai dengan topik essay yang diujikan”
“saya tahu, daripada itu saya ingin menawari kamu sebuah pekerjaan di pelayanan mahasiswa yang membutuhkan konseling”
“ha? saya jadi konselor?”
“ya”
“hahaha, anda bercanda, saya aja bukan mahasiswa bermajor psikologi”
“apa major kamu?”
“mekanik”
“hmmm, tapi saya yakin kamu bisa,coba, sebagai percobaan kamu konseling anak ini” ucap Professor itu ke Cewek didepannya
“haaaa!!? Kok saya?!” protes Cewek itu
“ssh, hanya percobaan, tidak ada yang melihat” canda professor itu
Professor itu melihat kearah gw menandakan gw harus memberi sebuah konseling, atau nasihat, atau apalah itu ke cewek didepan gw ini. Cewek itu lalu menaikan pandangannya dan menatap mata gw dengan sinis, saat itu gw terpaku melihat matanya, matanya, biru keabu abuan yang sangat terang,terang sekali seperti mata seekor serigala, tatapannya sukses membuat badan gw begidik. Gw pun menggeleng gelengkan kepala gw berusaha untuk sadar, dan fokus, gw berdoa agar gw tidak berhasil dan tidak jadi konselor seperti yang ditawarkan professor ini, karena memang gw mengambil pelajaran psikologi ini hanya sebagai breadth, atau subjek diluar foku jurusan gw.
“cepet” ujar Cewek itu sinis ke gw
“oke saya mulai”
“cepet kalau gitu!!!” ucapnya
“kamu terlalu pesimis. Untuk cewek seumur kamu, kamu harusnya lebih ceria lagi” ucap gw
“haaah?!”
“dari matamu menunjukan tatapan cemas dan khawatir, dari gelagatmu menunjukan gerak gerik orang yang buru buru, dan raut wajahmu yang murung, melengkapi pendapat sayaa kamu adalah orang yang pesimis” ucap Gw, professor pun mendengarkan sambil tersenyum dan ngangguk ngangguk
“haaaaah?!”
“hmm mungkin kamu gagal dalam essay kemarin ya? dan kamu pikir kamu tidak bisa menuntaskan subjek ini? pffft” tawa gw sambil berbicara
“eeh, malah ketawa lagi! Prof! Orang seperti dia ga cocok jadi konselor! Yang ada mahasiswa yang lain bunuh diri nantinya!” protes dia marah
“hahahaha, maaf prof, saya bukan tipe orang yang bisa ngasih konseling ke semua orang hahaha”
“huh”
“kamu terlalu depresi itu sangat menyedihkan, kamu seperti orang yang baru saja kehilangan kucingnya”
“oh tidak, tidak untuk kucing!” teriak Dia
“Itu masalahmu! Kamu tidak punya kucing, ga heran kamu depresi terus! Pergi dan beli seekor kucing sana!”
“kucing itu menakutkan,”
“tidak kucing itu tidak menakutkan”
“ih tatapan kucing itu seperti ‘hey kamu, ketika kamu tidur, akan ku cakar badan kamu sampai habis!’” mimik Dia
“kucing itu tidak- oh. mungkin. Mungkin itu terjadi. Tapi jarang”
“dengan kuku mereka, kucing itu seperti macan, tapi lebih kecil, hiiii”
“bukankah itu fantastik? Itu seperti memiliki versi mini seekor anga, siapa yang tidak mau naga mini?”
“tunggu dulu, bagaimana kamu berubah dari macan, ke naga?”
“well, mereka itu besar, gagah, seram, mereka itu monster yang hebat!”
“IHH gak peduli!”
Professor pun tertawa mendengar percakapan kami yang aneh ini, gw pun meminta maaf dan menolak tawaran perkerjaan dari dia, karena memang gw gak terlalu suka dengan pekerjaan seperti itu, dan lagi gw memang sudah mempunyai pekerjaan yang lain. Gw dan professor lanjut ngobrol ngobrol seputar subjek atau mata kuliah psikologi dasar ini, gak gw kira kalau professor ini adalah orang yang humoris, dan ramah, berbeda saat waktu dia mengajar lecture yang sangat serius, tidak galak, tapi serius dalam mengajar. Gw pun pamit dan berjalan keluar untuk pulang.
Gw berjalan lurus sampai gw keluar dari komplek universitas gw ini, tapi ada yang aneh, gw gak mengenali daerah yang terpampang didepan gw ini, alah, jangan jangan gw salah jalan keluar lagi. Dengan nafas kekecawaan gw berjalan memutari universitas ini ke tempat dimana gw amsuk tadi. 30 menit gw berjalan akhirnya terlihat gedung patokan dimana gw masuk tadi, dari sini gw tinggal berjalan beberapa blok dan akan bertemu stasiun metro.
Disaat rasa lega gw menemukan jalan menuju stasiun tadi, tiba tiba ada suara orang memanggil gw dari jauh, suara cewek, suara yang sepertinya gw pernah denger.
“Heyy!!!” teriak cewek itu
“hmm?” dehem Gw melihat ke arah dia, ternyata dia adalah cewek yang tadi gw debatin
“kamu pulang lewat sini juga?’ tanya dia
“yep, stasiun tinggal jalan dari sini”
“ohh, sama don, aku juga menaiki metro, turun dimana?”
“yasenevo”
“waah satu jalur dong kita”
“oh ya? kamu memang tinggal dimana?”
“Kaluzhskaya”
“ohh sebelum 4 stop sebelum stasiun ku berarti”
“pasti milih tinggal disitu karena murah yah?”
“yep”
“hey! Sejak dari tadi kamu selalu mengalihkan pandanganmu saat berbicara denganku!” protes dia
“oh ya?” jawab gw mengacuhkan
Tiba tiba dia berhenti dan menarik lengan gw, yang membuat gw tiba tiba terdorong kebelakang, jantung gw berdetak cepat sekali akrena kaget. Tiba tiba dia memegang kedua sisi kepala gw dan membelokkannya ke arah dia, membuat gw terpaksa menatap dia, menatap mata dia.
“kalau orang berbicara, tatap mata lawan bicaramu” ucap Dia
“ughh, apa sih kamu ini?!” sambil menggelengkan kepala gw, lalu melanjutkan jalan gw
“hey?! Kalau aku ada salah maaf, kamu benar tadi, aku lagi panik” susul dia berlari kecil
“naah~ kamu tidak bersalah” ucap Gw
“dasar aneh!” ucap Dia
“matamu”
“kenapa dengan mataku?!” tanya dia sinis
“menakutkan”
“......” dia pun tidak berbicara, dia terdiam, membuat gw seperti perkataan tadi melukai perasaannya
“jangan salah tangkap, matamu indah, biru seperti langit yang berawan, terang, terang sekali, saking indahnya membuatku merinding”
Dia tidak membalas ucapan gw, tapi gw tau dia tertawa mendengar ucapan gw tadi, terlihat dari bahu cewek ini, yang tingginya Cuma sebahu gw ini, bergetar, selayaknya orang yang menaha ketawa dengan tangannya. Gw hanya tersenyum seiring dengan pintu kereta yang terbuka, gw pun seperti biasa membiarkan orang masuk terlebih dahulu, entah kenapa nih cewek ngikutin gw untuk nunggu semua orang masuk dan setelah semua orang masukke pintu kereta didepan gw ini, kami pun masuk. Jam sudah menunjukan pukul 9 malam, pantas saja kereta sudah tidak terlalu ramai, walaupun banyak tempat duduk kosong, gw lebih emmilih bersandar dekat pintu kereta, cewek itu pun ikut bersandar di sandaran yang terletak didepan gw ini.
“hey, tempat duduk masih banyak yang kosong” ucap gw ke dia
“nama ku bukan ‘hey’ “ protes dia
“oh, maafkan ketidaksopanan gw, jadi siapa namamu?” tanya gw
“namamu dulu!” ujar cewek itu
“ha? bukannya kamu yan protes?”
“seorang wanita tidak boleh memberitahukan nama dia ke laki laki yang tidak dikenal” ujar dia
“oh Ok, nama gw Robert” jawab gw berbohong
“dasar pembohong, nama kamu Adi, bukan robert!” protes dia
“oh, shit, haha, ketawan” canda Gw
“loh kamu gak jadi nanya nama ku?” lanjut dia
“tidak usah kalau kau tidak mau, dan hey! Sudah sampai kita di kaluzhskaya, selamat jalan, dan selamat malam ya, hati hati dijalan!”
Sontak wajah dia langsung mengkerut mendengar perkataan gw tadi, alias cemberut, dia pun berjalan keluar terlebih dahulu disusul dengan orang orang lain yang turun distasiun itu, gw tetap berdiri menunggu pintu tertutup, disaat gw iseng iseng menoleh ke arah stasiun diluar, terlihat cewek tadi menulis sesuatu di buku catatan yang tadi dibukanya. Pintupun tertutup, terlihat dia berjalan mendekati pintu kereta yang sudah siap jalan ini dan mengangkat bukunya yang bertuliskan sesuatu.
“ALLO! MENYA ZOVUT VALLI! (HALLO! NAMA SAYA VALLI!)”
itkgid dan 18 lainnya memberi reputasi
19
