- Beranda
- Stories from the Heart
ILLUSI
...
TS
open.minded
ILLUSI
Quote:
Quote:
Quote:
INDEX
Spoiler for ILLUSI: An Innocent Beginning:
Spoiler for ILLUSI: Testament of The Old World:
Spoiler for ILLUSI: Rekindling Fire:
*TS jarang update Indeks,, jadi diharapkan cek page belakang, tenang aja thread ini ga banyak comment spam, jadi di setiap page ada part nya *
Cheers,
Polling
0 suara
menurut penghuni kos disini.. kalian mau kisah gw kaya gimana? (bisa milih banyak!!)
Diubah oleh open.minded 08-01-2022 18:27
nuryadiari dan 210 lainnya memberi reputasi
199
2M
5.2K
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
32.7KThread•51.4KAnggota
Tampilkan semua post
TS
open.minded
#1384
Launch Day
“Pastikan kalian sudah cek nama, nomor peserta, mata pelajaran, dan jawaban, pastikan buletannya tebel, kalau tidak jawaban kalian akan dianggap salah nanti”
Suara pengawas itu seperti genderang kemenangan di telinga gw, akhirnya UN, yang katanya adalah ujian yang sangat ditakutkan oleh anak sekolahan terlewati juga. Gw masukan alat tulis gw lalu berdiri dari tempat duduk gw, tak lupa gw memberekan tempat duduk seperti sedia kalanya. Gw lemparkan sebuah senyuman ke pengawas yang bertugas diruangan gw ini, mungkin anak yang lain tidak menyukai pengawas, namun gw tetap menghormati mereka, di mata gw, mereka adalah seorang guru yang ikut membimbing murid sampai saat penderitaan terakhir.
Gw keluar dari kelas sambil meregangkan tangan gw, mata gw memandangi lingkungan sekolah yang telah menjadi rumah kedua gw selama 3 tahun terakhir ini. Gw berjalan memutari ruang Avis melewati bagian belakang sekolah, melewati masjid, untuk mencapai ruang guru, disana berdiri pak Deden, guru yang paling gw hormati disekolah ini, gw menyapa dia sekaligus memberi tahu dia akan rencana gw kedepannya. Tampak kaget pak Deden mendengar ucapan gw, namun senyum dan tawa keluar dari mulutnya sambil menepuk pundak gw, gw sampaikan salam perpisahan gw ke dia hari itu. Gw langsung mengalihkan tujuan gw menuju pagar sekolah melewati pos satpan tentunya.
“pssst” suara seseorang
“hmm?” bingung gw mencari cari sumber suara tersebut
“psst bro sini sini”
“lah elu Tim, ngapain berduaan sama Pam Ali di pos, kaya maho aja lo” ucap Gw
“enak aja lo, gw bosen tau nungguin lo selesai ujian, jadinya gw nongkrong disini aja, ya ga Pam?” tanya Timur ke satpam
“baahh, Dang, nih rokok yang dikasih Sodara lo mantep bener” Teriak Pam Ali, membuat gw penasaran dan mengendus bau asap rokok tersebut
“ya mantep lah Pam, ada ganja nya tuh hahaha”
“hah, ganja?!” kaget si Satpam
“slow aja Pam, gak sepenuhnya ganja, cuman minyaknya doang, tenang aja gabakal ketawan” bela Timur
“yawes lah, bikin nagih ga nih? Awas lo gw sampe sakaw”
“kaga! Tenang aja” ucap Timur
“ngapain lo kesini Tim? Mau ngeceng?” ejek Gw
“enak aja, gw kesini ngambil rapot sama ijazah lo nih” marah Timur
“eh kasih tau temen lo ada yang mau tau nilai raport ga? Suruh bayar 100rb, nanti gw aksih tau hahaha” lanjutnya
“kayak calo aja lo, yaudah yuk cabut”
“lo ga pamit ama satpam geblek ini Di?”
“oh ya Pam haha, terima kasih ya buat 3 tahunnya, terima kasih juga buat jaga rahasia kejadian seminggu yang lalu” ucap gw ke satpam Ali
“lah? Lo mau kemana Dang? Kuliah keluar kota lo?”
“lebih dari luar kota pam”
“yaudah, hati hati lo ya, sukses, jangan lupa oleh oleh dang”
“sip sip sip”
Gw pun sungkem sama satpam yang bernama Ali ini, satpam yang terkadang galak, namun lebih banyak lucunya. Gw menunggu Timur yang bersiap merapihkan dokumen dokumen yang dia bawa. Timur siap. Gw dan Timur pun mulai melangkahkan kaki kita ke arah mobil starlet peninggalan kakek gw itu.
“Dang! Tunggu woy!” suara Adul terdengar dari belakang
“woy? Kenapa dul sampe lari lari segala”
“haah haah lo tuh ye, kebiasaan langsung balik aja, eh ada Om Timur” ucap Adul ngos ngosan
“iya makanya gw nanya lo. Ada apa? lo sampe lari lari gini”
“anak kelasan lagi ngumpul bareng. Makan makan di kantin. Mm. Mungkin lo mau dateng, karena, lo tau kan, ini hari terakhir lo”
“bah gw pass aja dah Dul, ada urusan gw sama nih Om-om”
“lo yakin Di? ayolah untuk yang terakhir kalinya, lo tau gak, mereka juga lagi bagi bagi undangan perpisahan”
“yakin, udah yak, gw balik duluan”
Gw tepuk pundak Adul lalu berbalik dan melanjutkan jalan gw ke arah Mobil.
“LENA YANG MINTA GW BUAT MANGGIL LO DI” teriak Adul
“......” diam sambil berjalan
“DIA TERUS TERUSAN NANYA KE GW KEMANA—“ ucap Adul terhenti karena gw potong
“DAN GW PERCAYA LO AKAN MENYAMPAIKAN JAWABAN GW KE DIA DI SAAT YANG TEPAT DUL!” teriak gw sambil mengangkat tangan kanan gw selagi terus berjalan
Sehabis shalat jumat, gw dan Timuemenghabiskan waktu kita bersama Vania di sebuah restaurant di Pacific Place, tempat yang gak pernah dan pantang gw kunjungi, namun karena Vani yang mentraktir hidangan kali ini gw pun refleks mengiyakan ajakannya. Tak terasa sudah magrib ketika Gw, Timur dan Vani memutuskan untuk pulang dari gedung itu. Dan tidak Jakarta namanya kalau tidak amcet, 2 jam lamanya kita terjebak dijalan menuju rumah. Sesampainya di kamar gw iseng iseng menghidupkan HP yang memang jarang gw nyalakan ini. Tiba tiba getaran hebat mengguncang tangan gw yang menggenggam HP ini. Terlihat banyak pesan masuk, penasaran, gw membuka inbox HP ini.
Gw hanya tersenyum melihat rentetan pesang singkat dari Lena itu. Gw letakan HP gw di samping Tv kecil itu, lalu gw lemparkan badan gw ke kasur sempit ini. Capai sekali rasanya badan gw hari ini. Memejamkan mata memang sesuatu yang sangat butuhkan saat ini. memisahkan diri gw dari kusutnya kenyataan.
Selasa, 2010
“terakhir kali nenek ke bandara, yaitu saat nenek mengantarkan ayahmu, anak nenek yang tercinta untuk sekolah. Dan sekarang disinilah nenek, berdiri, lagi, mengantarkan anak dari anak ku untuk terbang ke tempat yang sama. Memang ini berat, tapi kamu sudah baligh, merantaulah kamu nak, nenek yakin kamu akan bertahan dan selamt disana, karena darah Minang mengalir di badan mu”
“.....” diam gw hanya tersenyum
“nek.. Timur ga digituin nek?” ucap Timur sedih
“oh kamu mau juga Timur? Sini sini, siapa cucu nenek yang paling gede? Timur! Siapa cucu nenek yang paling bandel? Timur! Siapa cucu nenek yang paling dekil? Timur! Siapa cucu nenek yang malu maluin? Timur” ucap Nenek sambil mendekap Timur
“mmhh udah Nek malu maluin ah” protes Timur
“hati hati ya Di, nanti Vania nyusul kok, kita akan ketemu disana!” ucap vani memeluk gw
“iya Van”
“gw ga Van? Adi doang?” protes Timur
*plak* Timur mndapatkan tamparan dari vania
“pesen gw buat lo Tim, jangan mati huahahaha” tawa Vania
“Adi, Timur, Vania, Ion man? Kok ga dateng kesini?” tanya Nenek
“Ion udah duluan Nek” jawab gw
“yaudah hati hati ya, nenek pulang dulu”
Gw dan Timur pun melambaikan tangan ke mobil starlet yang perlahan menghilang dari pandangan kami ini. Sebenernya nenek menawarkan diri ingin menemani kami didalam, namun gw tolak, karena gw tau, Nenek punya kenangan buruk sama bandara ini, Nenek berbohong saat dia bilang kalau terakhir kali dia ke bandara saat mengantar ayah gw. Terakhir kali nenek ke bandara ini adalah saat mengantar kakek untuk bertugas ke surabaya, dimana disanalah tempat kakek gw menghilang tanpa jejak.
Gw dan Timur pun menunggu di gate tempat pesawat kami akan datang. Lumayan lama juga kami menunggu karena kami datang kepagian. Timur pun memilih tidur saat menunggu, sementara gw sedang memainkan game bounce di HP gw ini, sampai sebuah getaran mengganggu. Gw langsung keluar dari permainan gw dan memerika pesan yang masuk itu.
Gw membaca pesan dari Disti tersebut, dan getaran susulan pun terasa, pertanda ada pesan masuk lagi
Gw hanya tersenyum membaca pesan lena itu, lalu gw close pesan itu dan menekan lama tombol merah dengan jempol kanan gw. Layar Hp pun langsung menajdi hitam. Gw berjalan menuju tempat sampah berwarna silver didekat gw, gw buka case belakang Hp gw ini lalu melemparkannya ke tong sampah itu, menyusul baterai Hp yang gw copot lalu gw buang ke tong sampah itu, gw ambil sim card di Hp gw dan gw buang Hp gw ke tong sampah itu, dan terakhir, gw patahkan sim card yang gw pegang itu, lalu gw taruh tepat diatas tong sampah itu. tidak lama terdengar pengumuman bahwa penumpang sudah boleh memasuki pesawat, Timur pun terbangun dan refleks berdiri mengambil koper, bersiap siap untuk masuk. Gw dan Timur berjalan mendekati kaca tembus pandang yang menampakan pesawat yang akan kami naiki.
“semoga hidup kita tidak akan berubah bro, semoga kita tidak berubah”ucap Timur sambil menatap pesawat
“Aamiin bro, aamiin buat kata kata lo tadi”
Suara pengawas itu seperti genderang kemenangan di telinga gw, akhirnya UN, yang katanya adalah ujian yang sangat ditakutkan oleh anak sekolahan terlewati juga. Gw masukan alat tulis gw lalu berdiri dari tempat duduk gw, tak lupa gw memberekan tempat duduk seperti sedia kalanya. Gw lemparkan sebuah senyuman ke pengawas yang bertugas diruangan gw ini, mungkin anak yang lain tidak menyukai pengawas, namun gw tetap menghormati mereka, di mata gw, mereka adalah seorang guru yang ikut membimbing murid sampai saat penderitaan terakhir.
Gw keluar dari kelas sambil meregangkan tangan gw, mata gw memandangi lingkungan sekolah yang telah menjadi rumah kedua gw selama 3 tahun terakhir ini. Gw berjalan memutari ruang Avis melewati bagian belakang sekolah, melewati masjid, untuk mencapai ruang guru, disana berdiri pak Deden, guru yang paling gw hormati disekolah ini, gw menyapa dia sekaligus memberi tahu dia akan rencana gw kedepannya. Tampak kaget pak Deden mendengar ucapan gw, namun senyum dan tawa keluar dari mulutnya sambil menepuk pundak gw, gw sampaikan salam perpisahan gw ke dia hari itu. Gw langsung mengalihkan tujuan gw menuju pagar sekolah melewati pos satpan tentunya.
“pssst” suara seseorang
“hmm?” bingung gw mencari cari sumber suara tersebut
“psst bro sini sini”
“lah elu Tim, ngapain berduaan sama Pam Ali di pos, kaya maho aja lo” ucap Gw
“enak aja lo, gw bosen tau nungguin lo selesai ujian, jadinya gw nongkrong disini aja, ya ga Pam?” tanya Timur ke satpam
“baahh, Dang, nih rokok yang dikasih Sodara lo mantep bener” Teriak Pam Ali, membuat gw penasaran dan mengendus bau asap rokok tersebut
“ya mantep lah Pam, ada ganja nya tuh hahaha”
“hah, ganja?!” kaget si Satpam
“slow aja Pam, gak sepenuhnya ganja, cuman minyaknya doang, tenang aja gabakal ketawan” bela Timur
“yawes lah, bikin nagih ga nih? Awas lo gw sampe sakaw”
“kaga! Tenang aja” ucap Timur
“ngapain lo kesini Tim? Mau ngeceng?” ejek Gw
“enak aja, gw kesini ngambil rapot sama ijazah lo nih” marah Timur
“eh kasih tau temen lo ada yang mau tau nilai raport ga? Suruh bayar 100rb, nanti gw aksih tau hahaha” lanjutnya
“kayak calo aja lo, yaudah yuk cabut”
“lo ga pamit ama satpam geblek ini Di?”
“oh ya Pam haha, terima kasih ya buat 3 tahunnya, terima kasih juga buat jaga rahasia kejadian seminggu yang lalu” ucap gw ke satpam Ali
“lah? Lo mau kemana Dang? Kuliah keluar kota lo?”
“lebih dari luar kota pam”
“yaudah, hati hati lo ya, sukses, jangan lupa oleh oleh dang”
“sip sip sip”
Gw pun sungkem sama satpam yang bernama Ali ini, satpam yang terkadang galak, namun lebih banyak lucunya. Gw menunggu Timur yang bersiap merapihkan dokumen dokumen yang dia bawa. Timur siap. Gw dan Timur pun mulai melangkahkan kaki kita ke arah mobil starlet peninggalan kakek gw itu.
“Dang! Tunggu woy!” suara Adul terdengar dari belakang
“woy? Kenapa dul sampe lari lari segala”
“haah haah lo tuh ye, kebiasaan langsung balik aja, eh ada Om Timur” ucap Adul ngos ngosan
“iya makanya gw nanya lo. Ada apa? lo sampe lari lari gini”
“anak kelasan lagi ngumpul bareng. Makan makan di kantin. Mm. Mungkin lo mau dateng, karena, lo tau kan, ini hari terakhir lo”
“bah gw pass aja dah Dul, ada urusan gw sama nih Om-om”
“lo yakin Di? ayolah untuk yang terakhir kalinya, lo tau gak, mereka juga lagi bagi bagi undangan perpisahan”
“yakin, udah yak, gw balik duluan”
Gw tepuk pundak Adul lalu berbalik dan melanjutkan jalan gw ke arah Mobil.
“LENA YANG MINTA GW BUAT MANGGIL LO DI” teriak Adul
“......” diam sambil berjalan
“DIA TERUS TERUSAN NANYA KE GW KEMANA—“ ucap Adul terhenti karena gw potong
“DAN GW PERCAYA LO AKAN MENYAMPAIKAN JAWABAN GW KE DIA DI SAAT YANG TEPAT DUL!” teriak gw sambil mengangkat tangan kanan gw selagi terus berjalan
Sehabis shalat jumat, gw dan Timuemenghabiskan waktu kita bersama Vania di sebuah restaurant di Pacific Place, tempat yang gak pernah dan pantang gw kunjungi, namun karena Vani yang mentraktir hidangan kali ini gw pun refleks mengiyakan ajakannya. Tak terasa sudah magrib ketika Gw, Timur dan Vani memutuskan untuk pulang dari gedung itu. Dan tidak Jakarta namanya kalau tidak amcet, 2 jam lamanya kita terjebak dijalan menuju rumah. Sesampainya di kamar gw iseng iseng menghidupkan HP yang memang jarang gw nyalakan ini. Tiba tiba getaran hebat mengguncang tangan gw yang menggenggam HP ini. Terlihat banyak pesan masuk, penasaran, gw membuka inbox HP ini.
Quote:
Quote:
Quote:
Quote:
Quote:
Quote:
Quote:
Quote:
Original Posted By LenaAku gak bisa ke kosan kamu 
Ayah ngajak jalan
Ayah ngajak jalanQuote:
Quote:
Quote:
Gw hanya tersenyum melihat rentetan pesang singkat dari Lena itu. Gw letakan HP gw di samping Tv kecil itu, lalu gw lemparkan badan gw ke kasur sempit ini. Capai sekali rasanya badan gw hari ini. Memejamkan mata memang sesuatu yang sangat butuhkan saat ini. memisahkan diri gw dari kusutnya kenyataan.
+++++
Selasa, 2010
“terakhir kali nenek ke bandara, yaitu saat nenek mengantarkan ayahmu, anak nenek yang tercinta untuk sekolah. Dan sekarang disinilah nenek, berdiri, lagi, mengantarkan anak dari anak ku untuk terbang ke tempat yang sama. Memang ini berat, tapi kamu sudah baligh, merantaulah kamu nak, nenek yakin kamu akan bertahan dan selamt disana, karena darah Minang mengalir di badan mu”
“.....” diam gw hanya tersenyum
“nek.. Timur ga digituin nek?” ucap Timur sedih
“oh kamu mau juga Timur? Sini sini, siapa cucu nenek yang paling gede? Timur! Siapa cucu nenek yang paling bandel? Timur! Siapa cucu nenek yang paling dekil? Timur! Siapa cucu nenek yang malu maluin? Timur” ucap Nenek sambil mendekap Timur
“mmhh udah Nek malu maluin ah” protes Timur
“hati hati ya Di, nanti Vania nyusul kok, kita akan ketemu disana!” ucap vani memeluk gw
“iya Van”
“gw ga Van? Adi doang?” protes Timur
*plak* Timur mndapatkan tamparan dari vania
“pesen gw buat lo Tim, jangan mati huahahaha” tawa Vania
“Adi, Timur, Vania, Ion man? Kok ga dateng kesini?” tanya Nenek
“Ion udah duluan Nek” jawab gw
“yaudah hati hati ya, nenek pulang dulu”
Gw dan Timur pun melambaikan tangan ke mobil starlet yang perlahan menghilang dari pandangan kami ini. Sebenernya nenek menawarkan diri ingin menemani kami didalam, namun gw tolak, karena gw tau, Nenek punya kenangan buruk sama bandara ini, Nenek berbohong saat dia bilang kalau terakhir kali dia ke bandara saat mengantar ayah gw. Terakhir kali nenek ke bandara ini adalah saat mengantar kakek untuk bertugas ke surabaya, dimana disanalah tempat kakek gw menghilang tanpa jejak.
Gw dan Timur pun menunggu di gate tempat pesawat kami akan datang. Lumayan lama juga kami menunggu karena kami datang kepagian. Timur pun memilih tidur saat menunggu, sementara gw sedang memainkan game bounce di HP gw ini, sampai sebuah getaran mengganggu. Gw langsung keluar dari permainan gw dan memerika pesan yang masuk itu.
Quote:
Gw membaca pesan dari Disti tersebut, dan getaran susulan pun terasa, pertanda ada pesan masuk lagi
Quote:
Gw hanya tersenyum membaca pesan lena itu, lalu gw close pesan itu dan menekan lama tombol merah dengan jempol kanan gw. Layar Hp pun langsung menajdi hitam. Gw berjalan menuju tempat sampah berwarna silver didekat gw, gw buka case belakang Hp gw ini lalu melemparkannya ke tong sampah itu, menyusul baterai Hp yang gw copot lalu gw buang ke tong sampah itu, gw ambil sim card di Hp gw dan gw buang Hp gw ke tong sampah itu, dan terakhir, gw patahkan sim card yang gw pegang itu, lalu gw taruh tepat diatas tong sampah itu. tidak lama terdengar pengumuman bahwa penumpang sudah boleh memasuki pesawat, Timur pun terbangun dan refleks berdiri mengambil koper, bersiap siap untuk masuk. Gw dan Timur berjalan mendekati kaca tembus pandang yang menampakan pesawat yang akan kami naiki.
“semoga hidup kita tidak akan berubah bro, semoga kita tidak berubah”ucap Timur sambil menatap pesawat
“Aamiin bro, aamiin buat kata kata lo tadi”
itkgid dan 19 lainnya memberi reputasi
20
Tutup