- Beranda
- Stories from the Heart
Kelakuan Anak Kuliah
...
TS
pujangga1000
Kelakuan Anak Kuliah
Quote:
Quote:
Quote:
----------------------------------------------------------------------------------
========================================
pujangga1000
Diubah oleh pujangga1000 19-09-2016 03:37
yusrillllll dan 23 lainnya memberi reputasi
22
3.9M
7.4K
Thread Digembok
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
32.7KThread•51.9KAnggota
Tampilkan semua post
TS
pujangga1000
#2287
Pekerjaan baru 1
Ada yang berubah di kampus akhir-akhir ini. Gue melihat anak-anak angkatan baru, khususnya yang cewek, mulai tidak "terkontrol". Gue bukannya orang yang sok alim, sok suci, dan sebagainya. Gue cowok normal. Tapi gue rasa, cara berpakaian cewek-cewek sudah tidak sopan. Mereka mulai memakai pakaian dari bahan yang menerawang dan seksi. Satu sisi, gue senang-senang saja karena gue bisa cuci mata. Toh mereka terlihat fresh, wajah-wajah baru, masih polos, dengan pakaian yang fashionable. Tapi tetap saja, hal ini kurang pantas dimata gue.
Gue yakin, ini pengaruh yang ditularkan oleh Ratu. Awalnya, dia pernah ditegur oleh orang-orang karena caranya berpakaian, tapi semua teguran itu bagai angin lalu buatnya. Cemooh-cemooh mulai ditujukan kepadanya, tapi dia dengan santai berkilah bahwa orang-orang hanya sirik kepadanya. Lambat laun, orang-orang yang awalnya mengkritik penampilannya, pelan-pelan mulai diam dan membiarkannya. Gue rasa dari sinilah cewek-cewek angkatan baru mulai mengikuti style yang dipopulerkan oleh Ratu.
Sejak makrab jurusan, dimana orang-orang sedang bergosip mengenai Ratu, nama gue juga ikut terbawa. Apalagi kalau bukan karena kejadian gue nembak dia dan ditolak pula
. Entahlah para tukang gosip ini tau kalo gue cuman main-main atau ngak, tapi gue sendiri bersikap masa bodoh akan hal itu, yang penting kan si Ratu tau yang sebenarnya. Tapi jujur aja, sejak terakhir kali gue "putus" dengan Mia, baru kali ini dia terlintas dalam pikiran gue. Kayaknya gue cowok kurang ajar banget. Uda main tinggal, eh sekarang gue malah nembak cewek lain. Mungkin dia uda benci banget ke gue, sama halnya seperti gue benci kepada Una. 
Suasana kandang juga sekarang sepi. Setelah Imus dan Tyas jadian, Imus mulai mengurangi ketergantungan terhadap rokok. Sampai-sampai Tyas pernah menghadiahinya sebuah buku berjudul, "Berhenti merokok karena Allah"
. Alhasil, gue lebih sering nongkrong sendiri dikandang sambil menyeduh kopi dan menikmati asap tembakau. Persis lah kayak orang bego (yang gak punya tujuan hidup).
***
Menjelang minggu pertama bulan puasa, gue dapat telepon dari paman gue yang ngirimin motor.
"Jek, sehat kan?"
dari paman
"Sehat, kenapa om?"
"Masih punya uang kan?"
tanya paman
"Masih kok"
"Uang kuliah sudah bayar?"
tanya paman lagi
"Sudah
"
Gue mulai curiga. Tidak biasanya paman gue nelpon, dan kali ini dia malah bertanya gue soal uang.
"Gini, om mau ngomong, tapi jangan bilang om yang kasih tau" Jelasnya
"ya"
"Kamu disana jadwal kuliahnya padat gak?" Tanya beliau
"Kuliah cuman dari pagi sampai siang, gak tiap hari juga"
"Kamu bisa sambil kerja sampingan?" Lanjut beliau
"
"
Akhirnya berceritalah paman gue kalau nyokap gue ditipu orang. Usahanya bangkrut. Diawal, gue uda pernah cerita kalo bokap gue uda meninggal. Nyokap buka bengkel mobil kecil-kecilan sebagai sumber mata pencaharian. Nah karena ada sodara jauh (masih sodaraan dari nenek gue) punya pengalaman dibidang ini, dia kerja sama nyokap gue dan jadi orang kepercayaan selama bertahun-tahun. Minggu kemarin, dia nipu suplier bengkel untuk cashbon (ngutang) sparepart dalam jumlah besar. Sialnya, sparepart itu dijual murah ke bengkel lain, lalu dia kabur membawa uang haram yang didapatnya. Suplier tadi nagih duit cashbon ke nyokap sambil bawa polisi. Karena jumlahnya lumayan besar, seluruh harta nyokap, mulai dari bengkel, rumah, dan mobil, semua dijual untuk bayar ke suplier itu. Sekarang nyokap tinggal dirumah kakek dan nenek gue.
"Kamu bisa sambil cari kerja sampingan? Nanti om bisa bantu untuk beberapa bulan, tapi om juga gak punya tabungan banyak"
Jelas paman gue
Gue juga ngerti kondisi kali ini. Istri dari paman gue bakal melahirkan tahun ini. Karena itu, dia juga butuh duit untuk biaya rumah sakit
. Saat itu gue mulai muter otak. Gue gak megang guit banyak. Duit bulanan yang dikirim nyokap gak pernah sisa, karena kebiasaan gue minum-minum sama anak kostan. Gue mulai nyesal. Tapi gue sadar, penyesalan gue gak akan menghasilkan apa-apa.
Ide pertama yang terlintas diotak gue adalah mengajar les. Walaupun tingkah laku gue yang lumayan berandalan, setidaknya gue langganan juara umum ketika SMP dan salah satu juara olimpiade ketika SMA. Beberapa teman menghasilkan uang lumayan dari kerjaan ini. Maka gue berusaha bertanya kepada mereka, apa ada lowongan sebagai pengajar. Mereka kerja di bimbingan belajar untuk anak sekolahan. Tapi ternyata gak ada lowongan, karena tahun ajaran baru dimulai. Institusi baru buka lowongan ketika mendekati tahun ajaran baru. Gue coba puter otak lagi.
Kalo tidak bisa lewat institusi, gue mau coba secara privat. Atas saran beberapa teman, maka gue buat desain selebaran les privat gitu, gue print sendiri, dan gue coba sebarin didepan gerbang sekolah-sekolah. Beberapa hari gue bagi-bagiin selebaran, dari satu sekolah ke sekolah lainnya. Panas terik matahari atau hujan ditengah hari, gue tetap tersenyum didepan gerbang sekolah membagikan selebaran gue.
***
Satu minggu sudah gue berusaha mencari calon murid, tapi hasilnya nihil. Begitu sulit kah mencari uang? Gue baru saja pulang dari salah satu sekolah. Gue liat pintu Bang Din terbuka. Gue yang mulai irit, berinisiatif untuk minta rokok ke bang Din.
"Darimana lu Jek? Kok lesu?" Tanya bang Din
"
"
"Sekolahan bang, bagi-bagi selebaran" Jawab gue
"Ngapain
"
Gue cerita ke bang Dino kalo gue lagi ada masalah keuangan karena musibah yang menimpa keluarga, karena itu gue nyari kerjaan sebagai guru privat anak sekolahan.
"Kau butuh berapa? Biar gue pinjem aja dulu" Tawar bang Din
"Jangan lah bang, nanti aku juga gak tau kapan bisa balikin" Tolak gue
"Ya gak usah dibalikin
" Kata bang Din
"
"
Berulang kali bang Din coba untuk memberi gue uang. Gue terkejut dengan sikapnya. Gue tau bang Din orangnya baik, tapi gue tidak mengharapkan dia seperti ini ke gue. Gue mau dapat penghasilan dari usaha gue sendiri. Hidup gue, tanggung jawab gue.
"Yauda, bentar, gua telpon kawan dulu, siapa tau dia punya kerjaan" Katanya
"
"
Terdengar bang Din berbicara dengan seseorang lewat teleponnya. Kayaknya sih orangnya akrab dengan bang Din, dinilai dari cara bang Din ngobrol. Saat dia sudah mengucapkan terima kasih.
"Sip Jek, lu gak usah cari murid lagi. Setelah lebaran, lu kerja jadi waiter" Kata Bang Din
"Waiter? Dimana bang?" Tanya gue penasaran
"Ditempat biasa kita minum" Katanya meyakinkan
"
"
Gue yakin, ini pengaruh yang ditularkan oleh Ratu. Awalnya, dia pernah ditegur oleh orang-orang karena caranya berpakaian, tapi semua teguran itu bagai angin lalu buatnya. Cemooh-cemooh mulai ditujukan kepadanya, tapi dia dengan santai berkilah bahwa orang-orang hanya sirik kepadanya. Lambat laun, orang-orang yang awalnya mengkritik penampilannya, pelan-pelan mulai diam dan membiarkannya. Gue rasa dari sinilah cewek-cewek angkatan baru mulai mengikuti style yang dipopulerkan oleh Ratu.
Sejak makrab jurusan, dimana orang-orang sedang bergosip mengenai Ratu, nama gue juga ikut terbawa. Apalagi kalau bukan karena kejadian gue nembak dia dan ditolak pula
. Entahlah para tukang gosip ini tau kalo gue cuman main-main atau ngak, tapi gue sendiri bersikap masa bodoh akan hal itu, yang penting kan si Ratu tau yang sebenarnya. Tapi jujur aja, sejak terakhir kali gue "putus" dengan Mia, baru kali ini dia terlintas dalam pikiran gue. Kayaknya gue cowok kurang ajar banget. Uda main tinggal, eh sekarang gue malah nembak cewek lain. Mungkin dia uda benci banget ke gue, sama halnya seperti gue benci kepada Una. 
Suasana kandang juga sekarang sepi. Setelah Imus dan Tyas jadian, Imus mulai mengurangi ketergantungan terhadap rokok. Sampai-sampai Tyas pernah menghadiahinya sebuah buku berjudul, "Berhenti merokok karena Allah"
. Alhasil, gue lebih sering nongkrong sendiri dikandang sambil menyeduh kopi dan menikmati asap tembakau. Persis lah kayak orang bego (yang gak punya tujuan hidup).***
Menjelang minggu pertama bulan puasa, gue dapat telepon dari paman gue yang ngirimin motor.
"Jek, sehat kan?"
dari paman"Sehat, kenapa om?"
"Masih punya uang kan?"
tanya paman"Masih kok"
"Uang kuliah sudah bayar?"
tanya paman lagi"Sudah
"Gue mulai curiga. Tidak biasanya paman gue nelpon, dan kali ini dia malah bertanya gue soal uang.
"Gini, om mau ngomong, tapi jangan bilang om yang kasih tau" Jelasnya
"ya"
"Kamu disana jadwal kuliahnya padat gak?" Tanya beliau
"Kuliah cuman dari pagi sampai siang, gak tiap hari juga"
"Kamu bisa sambil kerja sampingan?" Lanjut beliau
"
"Akhirnya berceritalah paman gue kalau nyokap gue ditipu orang. Usahanya bangkrut. Diawal, gue uda pernah cerita kalo bokap gue uda meninggal. Nyokap buka bengkel mobil kecil-kecilan sebagai sumber mata pencaharian. Nah karena ada sodara jauh (masih sodaraan dari nenek gue) punya pengalaman dibidang ini, dia kerja sama nyokap gue dan jadi orang kepercayaan selama bertahun-tahun. Minggu kemarin, dia nipu suplier bengkel untuk cashbon (ngutang) sparepart dalam jumlah besar. Sialnya, sparepart itu dijual murah ke bengkel lain, lalu dia kabur membawa uang haram yang didapatnya. Suplier tadi nagih duit cashbon ke nyokap sambil bawa polisi. Karena jumlahnya lumayan besar, seluruh harta nyokap, mulai dari bengkel, rumah, dan mobil, semua dijual untuk bayar ke suplier itu. Sekarang nyokap tinggal dirumah kakek dan nenek gue.
"Kamu bisa sambil cari kerja sampingan? Nanti om bisa bantu untuk beberapa bulan, tapi om juga gak punya tabungan banyak"
Jelas paman gue
Gue juga ngerti kondisi kali ini. Istri dari paman gue bakal melahirkan tahun ini. Karena itu, dia juga butuh duit untuk biaya rumah sakit
. Saat itu gue mulai muter otak. Gue gak megang guit banyak. Duit bulanan yang dikirim nyokap gak pernah sisa, karena kebiasaan gue minum-minum sama anak kostan. Gue mulai nyesal. Tapi gue sadar, penyesalan gue gak akan menghasilkan apa-apa.Ide pertama yang terlintas diotak gue adalah mengajar les. Walaupun tingkah laku gue yang lumayan berandalan, setidaknya gue langganan juara umum ketika SMP dan salah satu juara olimpiade ketika SMA. Beberapa teman menghasilkan uang lumayan dari kerjaan ini. Maka gue berusaha bertanya kepada mereka, apa ada lowongan sebagai pengajar. Mereka kerja di bimbingan belajar untuk anak sekolahan. Tapi ternyata gak ada lowongan, karena tahun ajaran baru dimulai. Institusi baru buka lowongan ketika mendekati tahun ajaran baru. Gue coba puter otak lagi.
Kalo tidak bisa lewat institusi, gue mau coba secara privat. Atas saran beberapa teman, maka gue buat desain selebaran les privat gitu, gue print sendiri, dan gue coba sebarin didepan gerbang sekolah-sekolah. Beberapa hari gue bagi-bagiin selebaran, dari satu sekolah ke sekolah lainnya. Panas terik matahari atau hujan ditengah hari, gue tetap tersenyum didepan gerbang sekolah membagikan selebaran gue.
***
Satu minggu sudah gue berusaha mencari calon murid, tapi hasilnya nihil. Begitu sulit kah mencari uang? Gue baru saja pulang dari salah satu sekolah. Gue liat pintu Bang Din terbuka. Gue yang mulai irit, berinisiatif untuk minta rokok ke bang Din.
"Darimana lu Jek? Kok lesu?" Tanya bang Din
"
""Sekolahan bang, bagi-bagi selebaran" Jawab gue
"Ngapain
"Gue cerita ke bang Dino kalo gue lagi ada masalah keuangan karena musibah yang menimpa keluarga, karena itu gue nyari kerjaan sebagai guru privat anak sekolahan.
"Kau butuh berapa? Biar gue pinjem aja dulu" Tawar bang Din
"Jangan lah bang, nanti aku juga gak tau kapan bisa balikin" Tolak gue
"Ya gak usah dibalikin
" Kata bang Din"
"Berulang kali bang Din coba untuk memberi gue uang. Gue terkejut dengan sikapnya. Gue tau bang Din orangnya baik, tapi gue tidak mengharapkan dia seperti ini ke gue. Gue mau dapat penghasilan dari usaha gue sendiri. Hidup gue, tanggung jawab gue.
"Yauda, bentar, gua telpon kawan dulu, siapa tau dia punya kerjaan" Katanya
"
"Terdengar bang Din berbicara dengan seseorang lewat teleponnya. Kayaknya sih orangnya akrab dengan bang Din, dinilai dari cara bang Din ngobrol. Saat dia sudah mengucapkan terima kasih.
"Sip Jek, lu gak usah cari murid lagi. Setelah lebaran, lu kerja jadi waiter" Kata Bang Din
"Waiter? Dimana bang?" Tanya gue penasaran
"Ditempat biasa kita minum" Katanya meyakinkan
"
"Diubah oleh pujangga1000 20-03-2015 05:23
jenggalasunyi dan 5 lainnya memberi reputasi
6
