TS
simamats
[Orifict] Naqoyqatsi
Terinspirasi dari peristiwa Revolusi Prancis dan Lushan Rebellion di Dinasti Tang (plus science fiction time machine?), gw persembahkan *sound effect trompet* :
![[Orifict] Naqoyqatsi](https://s.kaskus.id/images/2017/05/09/3277891_20170509010516.jpg)
Sangat di mohon komentar, saran dan kritikannya karena penulis yang masih newbie ini sangat membutuhkan bimbingan kalian para pembaca/kawan penulis juga
Naqoyqatsi: Life as War
![[Orifict] Naqoyqatsi](https://s.kaskus.id/images/2017/05/09/3277891_20170509010516.jpg)
Genre: Seinen, Action, Psychological, Tragedy, Supranatural, Historical.
Spoiler for Sinopsis:
Lushan merupakan seorang pembrontak yang menjunjung tinggi kebebasan atas masyarakatnya yang tertindas dibawah kekuasaan dinasti Tang. Visinya semakin buyar dan di penuhi oleh tragedi yang membuatnya kehilangan banyak hal, istri, sahabat, dan semua hal yang disayanginya untuk meraih impian tersebut. Kehilangan pijakan, Lushan seperti api yang berkobar menghancurkan segala hal, bertranformasi menjadi monster. Ketika tinggal satu langkah lagi bagi Lushan untuk mendapatkan impiannya, dia terbunuh oleh orang terdekatnya, darah dagingnya sendiri yang menganggap ayahnya sudah dibutakan oleh ambisi. Ketika itu, dia diberi kesempatan oleh kekuatan misterius untuk memperbaiki kesalahannya dimasa lalu.
*Naqoyqatsi merupakan bahasa suku Hopi yang berarti Hidup sebagai perang (Qatsi-Hidup, Naqoy-Perang), terinspirasi dari dokumenter eksperimental Godfrey Reggio
*Naqoyqatsi merupakan bahasa suku Hopi yang berarti Hidup sebagai perang (Qatsi-Hidup, Naqoy-Perang), terinspirasi dari dokumenter eksperimental Godfrey Reggio
Spoiler for Index:
Prolog - There is No Liberty With Blood Below Your Feet :
Prouloge (part 1)
Prouloge part 2
Chapter 1 - A Land Without God
Chapter 1 (Part 1)
Chapter 1 (Part 2)
Chapter 1 (Part 2) Lanjutan
Chapter 1 (Part 3)
Chapter 2 - Roxanne (part 1)
Chapter 2 (Part 1)
Chapter 2 (Part 1)
Chapter 3 - Roxanne (part 2)
Chapter 3 (Part 1)
Chapter 3 (Part 2)
Chapter 3 (Part 2)
Chapter 4 - The Devil
Chapter 4 (Part 1)
Chapter 4 (Part 2)
Chapter 5 - The Mirror
Chapter 5
Chapter 6 - In Balthiq Eyes part 1
Chapter 6
Chapter 7 - In Balthiq Eyes part 2
Chapter 7
Chapter 8 - Eating
Chapter 8
Chapter 9 - In Balthiq Eyes part 3
Chapter 9
Prouloge (part 1)
Prouloge part 2
Chapter 1 - A Land Without God
Chapter 1 (Part 1)
Chapter 1 (Part 2)
Chapter 1 (Part 2) Lanjutan
Chapter 1 (Part 3)
Chapter 2 - Roxanne (part 1)
Chapter 2 (Part 1)
Chapter 2 (Part 1)
Chapter 3 - Roxanne (part 2)
Chapter 3 (Part 1)
Chapter 3 (Part 2)
Chapter 3 (Part 2)
Chapter 4 - The Devil
Chapter 4 (Part 1)
Chapter 4 (Part 2)
Chapter 5 - The Mirror
Chapter 5
Chapter 6 - In Balthiq Eyes part 1
Chapter 6
Chapter 7 - In Balthiq Eyes part 2
Chapter 7
Chapter 8 - Eating
Chapter 8
Chapter 9 - In Balthiq Eyes part 3
Chapter 9
Sangat di mohon komentar, saran dan kritikannya karena penulis yang masih newbie ini sangat membutuhkan bimbingan kalian para pembaca/kawan penulis juga

Diubah oleh simamats 09-05-2017 01:06
0
13.6K
Kutip
83
Balasan
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Fanstuff
1.9KThread•343Anggota
Tampilkan semua post
TS
simamats
#22
Spoiler for Chapter 3 : Part 3:
Aku berlari hingga sampai pada tempat yang sepi. Tidak terlalu banyak orang hingga bisikan busuk mereka bisa masuk ke dalam telingaku, dan kutemui kursi untuk duduk menghela nafas.
Duduk, kutatapi mereka yang menatapku aneh. Sudah lama aku tidak merasakan ini. Dulu para pembrontak yang kupimpin akan menghabiskan diri dalam perperangan, diskusi strategi, dan berperang lagi. Melakukan pesta seperti sebuah kemunafikan atas kemiskinan yang melanda negeri ini, apalagi kita yang kini memegang kendali atas nasib mereka, bukankah seharusnya kita malu melakukan ini? Kaya, bersenang-senang, pesta-pora sedangkan di luar sana masih terdapat manusia yang mati kelaparan? Jika saja pemimpin mampu tidur tenang walau mengetahui hal tersebut, bisa kubilang bahwa mereka sudah kehilangan akal, dan kerajaan sudah dipenuhi oleh orang-orang yang tidak waras.
“Bukankah kau orang yang berada di atas panggung tadi? itu kah kau Lushan?”
“Tuan putri! Dia berbahaya..”
Suara gadis yang familiar. Seorang penjaga wanita dengan pakaian pelayan mencoba menjauhinya dariku.
“Eh..”
Tiba-tiba aku merasa aneh. Gadis seumuranku dengan mata tertutup, dan gaun yang ia gunakan bukanlah gaun biasa, tapi gaun sutra berukir emas yang hanya dipakai oleh bangsawan tingkat tinggi. Lalu paras, rambut, suara.. Aku tidak akan percaya dengan apa yang kulihat. Ah, bisa saja kukaitkan dengan kedatangan kaisar, tapi sungguh janggal. Biar kuingat-ingat, pertama kali aku bertemu dengannya, umurku mungkin sudah menginjak 30 lebih, dan dia masih begitu muda saat itu. Kini yang kulihat adalah seorang gadis muda seumuran denganku, dan tidak mungkin.. tidak mungkin! Ya, aku berbicara tentang Roxanna!
“Aku sungguh terkagum mendengar seorang seumuranku mampu melakukan hal terse..”
“Siapa engkau wahai tuan putri?”
Aku segera memotong omongannya, dan segera menanyakan namanya untuk mengecek keraguanku. Saat itu keringatku menetes deras, dan penjaganya pasti merasakan keanehan dalam diriku.
“Namaku Rox..”
“Tuan putri! Maaf tuan Lushan, namanya adalah Xin Juan, dan..”
“Roxanna?”
“!!”
Saat itu penjaga kaget mendengar jawabanku, Roxanna adalah nama bangsa bar-bar yang takkan terdengar di penjuru kerajaan dan hal itu sudah cukup menklarifikasi apa yang ada di hadapanku. Tapi di antara penjaga yang makin merasa curiga dan waspada, Roxanna malah mendekatiku, dan hatiku seakan ingin meledak dengan rasa tangis haru. Tak kusangka kita akan bertemu secepat ini.
Dia kini berhadapan denganku, dan tangannya memegang pipiku. Tangannya yang begitu lembut, hangat, ya hangat ini adalah hangat Roxanna yang kuketahui dan terampas oleh takdir yang memisahkan diriku dengannya, dan kini dia kembali dalam hadapanku.
“Kenapa kau terdengar begitu sedih oh Lushan.. Apa kita pernah bertemu? Apa kita pernah berpisah? Mengapa aku merasakan kesepian dalam dirimu.. Bisakah kau maafkan aku jika aku pernah meninggalkanmu, mungkin dahulu kala? Karena aku tak bisa mengingatmu..”
Tentu saja Roxanna, kita bahkan tidak bertemu pada masa ini. Tapi.. ah, aku mengingat ketika kakak merasuki sukmaku lewat matanya, Roxanna, kau sungguh istimewa bukan, cuman kau yang tahu apa telah kulalui, dan hanya kau yang tahu sesungguhnya bahwa diriku bukanlah iblis, bukanlah seorang pembunuh keji seperti apa yang mereka liat.
Tapi sudah 20 tahun berlalu pasca kematiannya, sudah banyak kejadian yang melanda diriku. Apa yang akan dilihatnya dalam mataku? Mengerikan, aku tidak bisa membayangkan. Sebuah panorama mayat yang berjatuhan yang membakar dan membekas dalam pikiranku, dan aku takut tentang apa yang terjadi jika saja Roxanna melihat ini semua.
Aku bukan lagi api suci yang kau lihat dulu, aku hanyalah api redup yang telah membunuh banyak manusia.
“Maaf tuan putri, aku.. harus pergi..”
“Tunggu tuan Lushan, aku memiliki kemampuan untuk tahu siapa engkau. Aku.. tidak ingin melupakan seorang teman yang masih mengingatku, dan kau terdengar begitu sedih..”
Roxanna membuka kain pada matanya dan mencoba menatapku.
Aku ingin berlari, ketakutan, paranoid kembali meneror pikiranku. Tapi entah mengapa kaki ini begitu kaku untuk bergerak, dan aku hanya bisa memalingkan wajahku dari matanya.
“Tuan putri.. kekuatan tersebut..”
Sang penjaga mencoba menarik Roxanna, tapi Roxanna tetap mendekatiku dan memegang wajahku yang mencoba berpaling padanya.
“Tidak apa.. Lushan tatap mataku..”
Ketika itu akhirnya kurelakan untuk dia membaca apa yang ada dalam mataku, mata yang Balthiq sebut sebagai mata seorang yang telah mati. Apa yang akan dilihatnya kupikir? Apa dia akan ingat tentang rasa cintaku padanya, masa-masa indah itu? Apa dia akan melihat api yang pernah ia lihat dulu dalam benakku? Apa kau akan ingat apa saja yang telah terjadi? Aku berharap itu semua yang akan ia lihat dalam diriku.
Tapi Roxanna saat itu terdiam kaku menatap mataku, hanya kulihat ekspresi kengerian dalam matanya, dan dalam refleksinya, aku melihat tumpukan mayat dan diriku di dalamnya, duduk di singsana penuh mayat, tempat mimpiku dulu. Saat itu ekspresi Roxanna berubah menjadi penuh horror dan dia memegang lehernya dengan penuh histeris.
“Kyaaa!!!”
Ketika sadar Roxanna dan aku sudah terpisah dan dipegangi oleh para penjaga yang sepertinya merupakan prajurit terlatih milik kaisar dalam penyamaran dan kini Roxanna menatapku ngeri dan berteriak begitu kencang sehingga para pengunjung mulai mencari tahu apa yang telah terjadi.
“Roxanna, kumohon tatap mataku lagi.. Yang kau lihat bukanlah diriku yang sesungguhnya!”
“Kepalaku..Kepalaku!! hah..Ahhh!!!
Dengan tatapan histerisnya dia tetap memegang lehernya, dan berteriak semakin kencang. Penjaganya berusaha menenangkannya, sedangkan aku semakin panik sehingga kini aku melangkah mundur. Segala optimismeku hancur berantakan, dan perasaanku kini seperti meluncur kedalam jurang, hatiku begitu sakit hingga begitu susah untuk diriku menatap keadaan Roxanna yang kini begitu menyedihkan.
“Roxa..”
“Iblis.. Kau Iblis!!”
***
*end Roxanna part 2
Duduk, kutatapi mereka yang menatapku aneh. Sudah lama aku tidak merasakan ini. Dulu para pembrontak yang kupimpin akan menghabiskan diri dalam perperangan, diskusi strategi, dan berperang lagi. Melakukan pesta seperti sebuah kemunafikan atas kemiskinan yang melanda negeri ini, apalagi kita yang kini memegang kendali atas nasib mereka, bukankah seharusnya kita malu melakukan ini? Kaya, bersenang-senang, pesta-pora sedangkan di luar sana masih terdapat manusia yang mati kelaparan? Jika saja pemimpin mampu tidur tenang walau mengetahui hal tersebut, bisa kubilang bahwa mereka sudah kehilangan akal, dan kerajaan sudah dipenuhi oleh orang-orang yang tidak waras.
“Bukankah kau orang yang berada di atas panggung tadi? itu kah kau Lushan?”
“Tuan putri! Dia berbahaya..”
Suara gadis yang familiar. Seorang penjaga wanita dengan pakaian pelayan mencoba menjauhinya dariku.
“Eh..”
Tiba-tiba aku merasa aneh. Gadis seumuranku dengan mata tertutup, dan gaun yang ia gunakan bukanlah gaun biasa, tapi gaun sutra berukir emas yang hanya dipakai oleh bangsawan tingkat tinggi. Lalu paras, rambut, suara.. Aku tidak akan percaya dengan apa yang kulihat. Ah, bisa saja kukaitkan dengan kedatangan kaisar, tapi sungguh janggal. Biar kuingat-ingat, pertama kali aku bertemu dengannya, umurku mungkin sudah menginjak 30 lebih, dan dia masih begitu muda saat itu. Kini yang kulihat adalah seorang gadis muda seumuran denganku, dan tidak mungkin.. tidak mungkin! Ya, aku berbicara tentang Roxanna!
“Aku sungguh terkagum mendengar seorang seumuranku mampu melakukan hal terse..”
“Siapa engkau wahai tuan putri?”
Aku segera memotong omongannya, dan segera menanyakan namanya untuk mengecek keraguanku. Saat itu keringatku menetes deras, dan penjaganya pasti merasakan keanehan dalam diriku.
“Namaku Rox..”
“Tuan putri! Maaf tuan Lushan, namanya adalah Xin Juan, dan..”
“Roxanna?”
“!!”
Saat itu penjaga kaget mendengar jawabanku, Roxanna adalah nama bangsa bar-bar yang takkan terdengar di penjuru kerajaan dan hal itu sudah cukup menklarifikasi apa yang ada di hadapanku. Tapi di antara penjaga yang makin merasa curiga dan waspada, Roxanna malah mendekatiku, dan hatiku seakan ingin meledak dengan rasa tangis haru. Tak kusangka kita akan bertemu secepat ini.
Dia kini berhadapan denganku, dan tangannya memegang pipiku. Tangannya yang begitu lembut, hangat, ya hangat ini adalah hangat Roxanna yang kuketahui dan terampas oleh takdir yang memisahkan diriku dengannya, dan kini dia kembali dalam hadapanku.
“Kenapa kau terdengar begitu sedih oh Lushan.. Apa kita pernah bertemu? Apa kita pernah berpisah? Mengapa aku merasakan kesepian dalam dirimu.. Bisakah kau maafkan aku jika aku pernah meninggalkanmu, mungkin dahulu kala? Karena aku tak bisa mengingatmu..”
Tentu saja Roxanna, kita bahkan tidak bertemu pada masa ini. Tapi.. ah, aku mengingat ketika kakak merasuki sukmaku lewat matanya, Roxanna, kau sungguh istimewa bukan, cuman kau yang tahu apa telah kulalui, dan hanya kau yang tahu sesungguhnya bahwa diriku bukanlah iblis, bukanlah seorang pembunuh keji seperti apa yang mereka liat.
Tapi sudah 20 tahun berlalu pasca kematiannya, sudah banyak kejadian yang melanda diriku. Apa yang akan dilihatnya dalam mataku? Mengerikan, aku tidak bisa membayangkan. Sebuah panorama mayat yang berjatuhan yang membakar dan membekas dalam pikiranku, dan aku takut tentang apa yang terjadi jika saja Roxanna melihat ini semua.
Aku bukan lagi api suci yang kau lihat dulu, aku hanyalah api redup yang telah membunuh banyak manusia.
“Maaf tuan putri, aku.. harus pergi..”
“Tunggu tuan Lushan, aku memiliki kemampuan untuk tahu siapa engkau. Aku.. tidak ingin melupakan seorang teman yang masih mengingatku, dan kau terdengar begitu sedih..”
Roxanna membuka kain pada matanya dan mencoba menatapku.
Aku ingin berlari, ketakutan, paranoid kembali meneror pikiranku. Tapi entah mengapa kaki ini begitu kaku untuk bergerak, dan aku hanya bisa memalingkan wajahku dari matanya.
“Tuan putri.. kekuatan tersebut..”
Sang penjaga mencoba menarik Roxanna, tapi Roxanna tetap mendekatiku dan memegang wajahku yang mencoba berpaling padanya.
“Tidak apa.. Lushan tatap mataku..”
Ketika itu akhirnya kurelakan untuk dia membaca apa yang ada dalam mataku, mata yang Balthiq sebut sebagai mata seorang yang telah mati. Apa yang akan dilihatnya kupikir? Apa dia akan ingat tentang rasa cintaku padanya, masa-masa indah itu? Apa dia akan melihat api yang pernah ia lihat dulu dalam benakku? Apa kau akan ingat apa saja yang telah terjadi? Aku berharap itu semua yang akan ia lihat dalam diriku.
Tapi Roxanna saat itu terdiam kaku menatap mataku, hanya kulihat ekspresi kengerian dalam matanya, dan dalam refleksinya, aku melihat tumpukan mayat dan diriku di dalamnya, duduk di singsana penuh mayat, tempat mimpiku dulu. Saat itu ekspresi Roxanna berubah menjadi penuh horror dan dia memegang lehernya dengan penuh histeris.
“Kyaaa!!!”
Ketika sadar Roxanna dan aku sudah terpisah dan dipegangi oleh para penjaga yang sepertinya merupakan prajurit terlatih milik kaisar dalam penyamaran dan kini Roxanna menatapku ngeri dan berteriak begitu kencang sehingga para pengunjung mulai mencari tahu apa yang telah terjadi.
“Roxanna, kumohon tatap mataku lagi.. Yang kau lihat bukanlah diriku yang sesungguhnya!”
“Kepalaku..Kepalaku!! hah..Ahhh!!!
Dengan tatapan histerisnya dia tetap memegang lehernya, dan berteriak semakin kencang. Penjaganya berusaha menenangkannya, sedangkan aku semakin panik sehingga kini aku melangkah mundur. Segala optimismeku hancur berantakan, dan perasaanku kini seperti meluncur kedalam jurang, hatiku begitu sakit hingga begitu susah untuk diriku menatap keadaan Roxanna yang kini begitu menyedihkan.
“Roxa..”
“Iblis.. Kau Iblis!!”
***
*end Roxanna part 2
0
Kutip
Balas