Kaskus

Story

pujangga1000Avatar border
TS
pujangga1000
Kelakuan Anak Kuliah
Kelakuan Anak Kuliah

Takut mati? Jangan hidup ~
Takut hidup? Mati saja... - Anak kostan

Quote:

Quote:

Buat ngobrol santai
(click!)Kamar 3A

Quote:


emoticon-rainbow----------------------------------------------------------------------------------emoticon-rainbow

emoticon-rainbow========================================emoticon-rainbow


pujangga1000
Diubah oleh pujangga1000 19-09-2016 03:37
faeyzarbnAvatar border
hllowrld23Avatar border
yusrillllllAvatar border
yusrillllll dan 23 lainnya memberi reputasi
22
3.9M
7.4K
Thread Digembok
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
Stories from the Heart
KASKUS Official
32.7KThread51.8KAnggota
Tampilkan semua post
pujangga1000Avatar border
TS
pujangga1000
#1758
Berantem (lagi) 3
Gue balik ke kostan setelah mengisi perut. Gue mandi, lalu tidur siang bentar. Gue terbangun karena ada ketukan di pintu kamar gue. Setelah gue buka pintu, ternyata ada sosok mas Ujang, penjaga kost, berdiri disana.

"Mas Jeki, itu dipanggil Ibu ke rumah" Katanya
"Kenapa mas?" Tanya gue dengan kepala masih berat
"Gak tau mas, katanya disuru kesana sekarang"
"Yaudah mas, makasih ya"

Pemilik kost gue emang gak tinggal satu bangunan dengan kita, anak-anak kostan. Rumah beliau jaraknya sekitar 2 blok dari kostan. Setelah gue ganti kaos tanktop dan celana gemes gue emoticon-Wowcantik dengan kaos dan jeans seadanya, gue jalan ke rumah Ibu kost.

Gue dipersilahkan masuk oleh anak beliau dan diantar menuju ruang tamu. Alangkah terkejutnya gue ternyata disana ada satu keluarga jin lagi berkumpul. emoticon-Hammer Maksud gue ada bokap nyokapnya Icung dan si Icung sendiri. Gue liat-liat ternyata orangnya babak belur juga akibat ulah gue.

Tiba-tiba si emak-emak heboh (emoh) ini ngomong,

"Oh ini orangnya, dasar tidak tahu diri ya kamu. Kenapa kamu pukul anak saya? Kamu mau dikeluarkan dari kampus?" Katanya
" emoticon-Shutup "

Tuh kan bener perkiraan gue kemarin. Pasti ulah dedemit tua ini yang mendasari gue kena surat peringatan kemarin. Gue yang masih berdiri dilorong masuk, akhirnya dipersilahkan duduk oleh ibu kost gue. Awalnya gue ditanyain ini itu sama Ibu kost. Pas gue baru jawab, eh uda dicela sama emoh. Sampe gue uda gak tahan.

"Bu, kalo orang ngomong, tolong diam dulu" Kata gue
" emoticon-EEK! "

Seisi ruangan ini tampak terkejut karena perkataan gue. Gue juga sebenarnya gak bermaksud tidak sopan kayak gini. Tapi kondisi gue saat itu, yang kepala masih berat karena kurang tidur, terus tingkah laku emoh yang asal nyerempet aja. Mana bisa sabar gue?!

"Kurang ajar kamu!" Kata emoh
"Saya kurang ajar, Ibu lebih kurang ajar lagi"

Kata gue datar dan gelonya, gue masih sempat menunjukkan jempol ke arahnya (dalam tradisi Jawa, nunjuk orang pake telunjuk itu kurang sopan, lebih sopan pake jempol).

" emoticon-Mad "

Emosi lah si emoh ini, tapi masih disuru diam sama Ibu kost gue karena mau dengar penjelasan dari gue. Suami yang disebelahnya juga kayak nahan-nahan istrinya supaya gak buat malu.

"Jadi kenapa kamu mukul si Icung?" Tanya Bukost

Disinilah gue bisa menceritakan dengan damai. Gue ceritain kalo Icung dkk uda bocorin ban motor baru gue selama beberapa hari. Tadi siang, gue tangkap basah mereka. Awalnya emang mau gue pukul karena emosi, tapi ditahan sama satpam kampus. Disini gue agak mengarang cerita

"Tadi kan sudah dilerai sama satpam Bu, lagipula saya pikir pasti kampus memberi hukuman yang setimpal. Saya juga sudah tidak mempersalahkan ataupun menyimpan dendam. Tapi ketika saya lagi nambal ban, saya didatangi dia dan temannya. Saya juga dipukul duluan Bu, kalau tidak saya balas, bodoh donk saya?" Jelas gue

Mana pernah gak gue permasalahin. Dendam gue mah dendam kesumat sama orang-orang itu!

"Disitu, saya dikeroyok dua orang. Saya sudah babak belur duluan. Nah ada orang-orang yang lewat dan kebetulan melihat kejadian itu, mereka yang memukul Icung dan temannya. Saat itu, saya sudah diselamatkan sama tukang tambal ban" Lanjut gue

"Mungkin mas-mas tukang tambal ban itu yang manggil massa, karena kasihan melihat saya dipukul dua orang" Tambah gue seadanya
" emoticon-EEK! "

Icung tampak terkejut, ketika ditanyain sama bokapnya, dia bilang kalo gue yang mukul dia sama temannya sampai babak belur seperti itu. Gue, yang dianugerahi otak licik seantero jagat ini, mengarang cerita yang lain.

"Pak, bapak pikir aja pake logika" Sambil tangan gue menunjuk kepala
"Apa mungkin dua lawan satu, terus yang menang itu yang sendiri? Gak mungkin kan? Kalau Bapak melihat orang lagi berantem dijalanan, ada dua lawan satu dan satu orang itu sudah terkapar sakit dilantai. Bapak yang gak tau apa-apa pasti bakal melihat kejadian yang sama seperti yang saya alami. Jadi bukan saya yang memukuli Icung, tapi saya dipukuli anak bapak dan dia dipukuli massa" Kata gue panjang lebar

Icung masih mengelak, nyokapnya juga membelanya

"Mana buktinya?" Kata emoh
"Saya bisa telpon teman saya untuk membuktikan kalo anak Ibu yang salah. Kebetulan tadi ada teman yang menemani saya ketika menambal ban" Jawab gue dengan tatapan mata meyakinkan

"Lagipula Bu, Ibu bisa lihat sendiri. Sebelumnya saya mohon maaf. Luka lebam saya cuman di sekitar pipi kan? Sedangkan anak Ibu lebih banyak luka lebamnya. Itu sudah membuktikan kalo anak Ibu emang dipukul massa, bukan saya. Dan itu juga karena kesalahan anak Ibu sendiri, cari masalah ditengah keramaian"

Setelah penjelasan gue yang cukup meyakinkan. Akhirnya Icung ditanyain bokapnya kenapa dia bohong. Dia gak bisa menjawab. Lalu ditanya kenapa dia bocorin ban gue. Awalnya sih dia gak ngaku, akhirnya dia ngaku juga kalo dia masih dendam sama gue gara-gara gue patahin tangannya beberapa bulan yang lalu.

Terus setelah diusut, sampailah kita pada kejadian perkara futsal dulu. Icung bilang kalo gue mainnya kasar. Terus gue dengan kalimat yang menurut gue ampuh banget, yaitu

"Saya punya buktinya kalau Icung yang kasar, saya bisa telepon teman saya, dan Icung juga bisa telepon temannya, supaya bisa jadi saksi, siapa yang mainnya kasar."

Entah ini anak jarang bohong, gak punya bakat akting, ato kepalanya uda gue pukul sampe jadi bodoh, akhirnya terbongkarlah semua kebohongan Icung ke orang tuanya mengenai gue. Penjelasan gue yang setengahnya fakta dan setengahnya lagi ngarang (tapi tetap sesuai logika), bisa menyudutkan Icung. Yang lucu adalah si emoh sampe gak bisa ngomong apa-apa lagi. Terus Bokapnya juga karena merasa sudah malu, akhirnya pamit pulang.

Tinggallah gue sendiri diruang tamu sama Bukost. Beliau meminta anaknya untuk mengambil obat oles buat luka lebam gue. Lalu beliau juga mengatakan sesuatu ke gue,

"Jangan terlalu diambil hati orang seperti itu, memang kelakuan orang kaya itu ada-ada. Sudah salah, tidak minta maaf, malah main pergi"

Gue juga ditanya apakah gue mau ke dokter atau tidak. Gue bilang ngak dan gue pamit pulang karena ada tugas yang mesti gue kerjain. Padahal sih gue mau lanjutin tidur lagi..
khodzimzz
itkgid
jenggalasunyi
jenggalasunyi dan 5 lainnya memberi reputasi
6
Ikuti KASKUS di
© 2025 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.