Quote:
“Gw gak punya modal buat pacaran, hahahha”
Ucap gw tertawa sambil meneguk satu gelas cola yang sudah tersedia di meja ini, gw gerakan kepala gw ke kiri dan ke kanan mencari cari Vania yang sejak tadi menghilang entah kemana, membuat gw merasa risih dan gak nyaman di antara orang orang banyak ini. Gw teguk lagi cola yang ada di gelas ini sampai habis, emang minuman paling soda adalah obat ampuh menghilangkan kegelisahan.
Quote:
“Di, Adi!” saut Tali mengoyangkan badan gw
“oh eh, iya mbak Tali?”
“lo kok tiba tiba bengong gitu sih? hayoo ngelamunin siapaa?” godanya
“gak ngelamunin siapa siapa kok mbak, hehe, tadi mbak nanya apa? saya gak denger”
“hah? Itu! apa hubungannya pacaran sama modal? jangan bilang lo pikir kalau uang adalah segalanya dalam sebuah hubungan” tanya Tali serius
“hmm hahaha, uang adalah yang faktor pertama dari berbagai faktor yang dapat mempengaruhi sebuah hubungan”
Terlihat pupil Tali melebar begitu juga dengan raut mukanya yang berubah melukiskan betapa kagetnya dia mendengar jawaban gw. Normal. Pikir gw saat itu. Seperti orang orang lain yang mendengar pernyataan gw untuk pertama kalinya reaksi Tali termasuk yang paling sering gw lihat, terkejut. Gw pun tersenyum melihat reaksi Tali saat itu dan bermaksud untuk melanjutkan jawaban gw tadi, sampai tiba tiba pundak gw ditepuk oleh seseorang dan terdengar suara kursi disebelah gw terseret, menandakan ada orang yang baru duduk.
Quote:
“hahaha maksudnya adalah modal Cinta, maafkan jawaban adik saya yang ngaco ini, sudah lama dia ingin merasakan indahnya berpasangan namun sayang sekali dia tidak menemukan modal utama untuk memulai suatu hubungan, ya cinta” Ucap seseorang yang familiar memotong gw
“Ya, Nona, benar sekali” Ucap Orang yang satunya lagi menambahkan kalimat orang yang tadi
“Adi Gay!” Ucap kedua orang disebelah gw dengan kompak
Gw pun menepuk jidat gw dengan tangan gw mendengar ucapan kedua orang geblek disebelah gw ini, ya dua orang yang suaranya familiar di telinga gw, Timur dan Ion. Gw tolehkan kepala gw ke sisi kiri gw, terlihat muka mesum mereka berdua sedang tersenyum geli melihat reaksi Tali yang sekarang hanya menganga terkejut mendengar ucapan dua orang asing aneh yang tiba tiba nimbrung diantara obrolan kita berdua tadi.
Quote:
“Ah maafkan atas ketidak sopanan saya. Nama saya Timour, dan ini Darion”
“hai”
“kita berdua, adalah pegawai disini juga” ucap Timur
“Mantan pegawai lebih tepatnya” potong Ion
“hush! Lebih tepatnya kita pegawai abadi disini” ralat Timour
“oh, iya, kenalin gw Talia” Ucap Talia tersenyum
“oh ya, masalah Adi Gay, itu cuman becanda jangan dianggap serius haha” Ucap Timur
“hahaha tau kok, jadi kalian bersaudara?” tanya Talia
“oh mbak Talia pasti bingung ya kenapa Timur bisa beda sendiri?”
“mm iya haha”
“mbak pernah dengar legenda jengkol emas?”
“hah?”
“jengkol emas, anak yang terlahir dari Jengkol berwarna emas? Dia adalah orangnya”
“hahahaha ada ada aja” tawa Tali
“shush! Sialan lo Ion!”
Dan suasana yang tadinya sempat membeku karena kedatangan ga jelas kedua mahluk asing ini pun mencair, membuat kita berempat terlarut dalam obrolan dan candaan tentang pekerja dan bos bos disini. Entah sudah berapa lama kita terlarut dalam obrolan ini, terlihat keramaian sudah mulai berkurang menandakan orang orang sudah mulai keluar dan pulang dari pesta ini membuat Timur berdiri dari posisi duduknya.
Quote:
“sudah malam Tal, kalau gitu kita balik dulu ya” ucap Timur ke Talia
“oke, loh gak tinggal disini?”
“haha enggak, kita tinggal di kamar bocah satu ini” ucap Timur sambil ngusap kepala gw
Gw, Ion, dan timur pun menaiki kapal boat yang sudah disiapkan untuk mengangkut pegawai pegawai yang pulang dari pesta ini. Gw tertegun melihat pemandangan di depan gw ini, terlihat puluhan titik lampu dari kapal boat yang sedang berlayar mengelilingi kapal kita, seperti kapal perang yang sedang bersiap menyerang dari balik gelapnya malam. Lagi asyik gw menikmati pemandangan di sekitar tiba tiba Timour menempelkan sesuatu di pipi gw, sesuatu berwarna silver, sesuatu seperti piala.
Quote:
“apaan nih?”
“itu izin lo seminggu ga masuk sekolah, lo lupa minggu ini lo udah mulai sekolah?”
“hah?”
“thropy partisipasi dalam kompetisi Counter Strike di Singapore”
“Singapore? Jauh amat lo buat izin Tim” heran Gw
“ya karena itu tujuan kita besok, lo bakal wawancara disana”
“hah? Bukannya di Jakarta?”
“denger gw, ini bukan wawancara biasa, lo pikir mereka mau ngerasain bejatnya macet Jakarta buat wawancarain orang doang?”
“tapi gw ga bawa passport, jas, gw bawa CV gw sih”
“makanya gw kesini, bawain passport lo”
“terus ngapain nih orang ikut juga? Dia mau ngelamar juga?”
“gw mau jalan jalan, bosen di Padang” ucap Ion
“lah bukannya udah mulai sekolah Ion?”
“lo lupa, kita kan juara kompetisi CS di hahahahha”
“hahh, Dii Dii, lo nambah masalah aja kerjanya” ucap Timur tiba tiba
“hah? Kenapa lagi gw?”
“belum urusan tiga mahluk di rumahlo diselesain, eh disini malah nambah lagi”
“maksud lo apaan sih Mur? Lo mau gw ceburin disini? Yang jelas ngapa”
“maksud Timur itu Mbak Tali Di” potong Ion
“hah? Kenapa Tali?”
“dia suka sama lo” ucap Ion tegas
“Ion Ion lo sama Timur sama aja, semua orang aja lo bilang suka sama gw” jawab Gw
“tau lah!”
Empat puluh lima menit kita mengambang di tengha laut akhirnya kita pun sampai di Tarempa, gw, Ion dan Timur pun langsung berjalan ke arah asrama pegawai tepatnya ke kamar gw. Disaat kita membuka kamar gw, terlihat sesosok perempuan sudah terlelap di kasur gw, ya siapa lagi kalau bukan Vania. Sial nih orang, maksa gw dateng ke pesta dianya sendiri pulang ga ngasih tau gw.
Quote:
“lo tidur bareng sama Vania di?” tanya Timur
“Dia yang maksa” jawab gw singkat
“hahahahha Timur iri tuh Di” goda Ion
“enak aja, hmm dimana ya, hmmm” terlihat Timur mencari sesuatu
“nyari apaan lo mur?” tanya gw
“tangan lo. lo lupa bawa obat lo ke sini. Dan kepalan tangan lo hitam begitu pasti ada sesuatu disini yang jadi pelampiasan lo. hmm. Ahh! Ketemu” Ucap Timur sambil mencopot sebuah poster bergambarkan salah satu band luar itu
“waah gila lo Di! dinding aja ampe retak begini” ucap Ion
“Gw bawa obat lo nih, atau selagi ada Ion apa lo mau spar sama kita?”
Gw pun tersenyum mendengar ucpaan Timur itu, begitu juga Ion. Gw, Ion dan Timur pun langsung keluar kamar meninggalkan Vania yang sudah terlelap di kasur itu, dan menuruni tangga lalu berjalan ke bagian belakang asrama dimana ada sebuah halaman luas pas untuk sparing. Terlihat Ion dengan antusias nya membuka baju nya menyisakan hanya kulitnya untuk menahan dinginnya angin darat ini. Timur terlihat melepaskan kemejanya dan melipatnya dengan rapih lalu menaruh nya di sebuah meja tepat dimana Ion meletakan bajunya, hanya menyisakan kaus berwarna putih di badannya. Sedangkan gw sebaliknya, ge mengencangkan dasi yang gw kenakan lalu merenggangkan leher gw ke kanan dan kekiri. Terlihat Timur dan ion berjalan menghampiri gw.
Quote:
“Hahh suasana kayak gini bikin Nostalgia ya” ucap Ion
“inget Ion, hindarin mukanya karena besok dia ada wawancara, dan lo Di! lepasin semua yang lo tahan”
“Dengan senang hati”
===================================
*Brrrmmmmmmmmmmmmmmm*
Suara mesin bising dibelakang membuat gw terbangun, melalui jendela disebelah kiri gw samar samar gw melihat pemandangan laut yang terbelah oleh cepatnya kapal boat yang kita naiki ini. Ya, Gw, Timur, Ion dan Vania ada di dalam kapar boat yang menuju ke singapore, sarana transportasi tercepat dan termurah di bandingkan dengan kita harus naik pesawat lagi.
Quote:
“lo kok tidur mulu sih di” ucap Vani di sebelah gw
“lo tidur atau nyari kesempatan buat deket deket sama Vania Di?” ucap Timur dari belakang
“ssst diem lo Tim! Orang ngantuk juga!” bela Vania
“hoaaam kayaknya udah mau sampai tuh siap siap Tim” ucap Gw
Setelah melewati urusan perbatasan yang agak ribet itu, kita pun akhirny sampai di Singapore. Gak pake lama kita berempat langsung masuk kedalam taksi yang tersedia dan menyebut orchard road sebagai tujuan kami, sekitar setengah jam akhirnya kita sampai di tempat yang paling terkenal di singapore, ya orchard road, dimana banyak hotel dan mall mall berkumpul disana. Terlihat kemerlap mata Vania mulai bersinar, gw tau banget nih, pasti dia pingin belanja, tapi tumben dia terus berjalan mengikuti kita. Entah sudah berapa blok kita lewati sejak kita turund ari taksi tadi, dan jejak Timur berhenti tepat di sebuah Hotel megah yang gw lupa namanya. Gw mengikuti Timur berjalan ke arah receptionist yang terletak di lobby itu dan berkata “ Mr. Denniz guest have arrived”. Tanpa banyak tanya receptionist tersebut langsung mengangkat telefon yang ada di mejanya lalu tersenyum “Restaurant, Downstairs sir”. Timour pun membalas senyuman itu lalu menarik gw ke arah WC laki laki.
Quote:
“nih Jas, kemeja, dasi, celana, semua ada disitu , jangan lupa CV lo” ucap Timur
“gw mau ngomong apa Tim nanti?”
“gausah gugup, jadi dirilo aja, dan gw harus bilang kali ini ke lo, lo harus bisa pamer, jangan coba coba lo merendah di depan mereka, ngerti?!”
“oke ngerti”
Gw pun langsung beregas memakai jas yang dibawa Timur itu. Sejenak gw berkaca di cermin dan melemaskan muka gw untuk bertemu orang yang akan mewawancarai gw. Setelah semua gw pikir sudah rapi gw pun keluar dari WC lalu bergegas menuju lift ke lantai bawah di mana restaurant berada, di dalam lift Vania, terus membetulkan dan merapihkan kerah kemeja gw, sambil terus berkata “jangan gugup”. Sampai akhirnya gw di lantai bawah, terlihat restaurant sangat sepi sekali untuk ukuran hotel sebesar ini di jam makan siang. Terlihat orang berkulit putih yang berjaga di depan pintu masuk restaurant tersenyum lalu mempersilahkan gw masuk terus ke tempat VVIP. Gw pun terus melangkahkan kaki gw menyusuri seisi restaurant yang kosong ini dan memasuki ruangan berbeda dari ruangan sebelumnya, terlihat 2 orang sedang mengobrol di meja paling tengah itu. salah satu orang itu pun langsung terdiam melihat gw masuk dan berdiri, diikuti dengan lawan biicaranya tadi.
Quote:
“Ah! Dobriyj Dyen! Gospodzin Adiansyah” ( Ah!, Selamat siang! Pak Adiansyah) Ucap salah satu orang bertubuh tinggi ideal dan berambut putih itu
“Dobriyj Dyen! Ili, mi dozhny skazat, Selamat Siang?” (Selamat Siang! Atau, kita harus ucap, selamat siang in indo?) ucap orang lainnya kali ini ia bertubuh tinggi namun agak gempal
“Zdravstvujtye, ne bespokoyjtes, gospodah. Ya guhvariityeh russki” (Halo, ga perlu repot repot, bapak bapak, saya berbahasa russia) jawab gw sambil menyalami kedua orang itu
“ah! Betapa tidak sopannya kita! Kenalkan Menya zovut (nama saya) Denniz dan teman saya yang besar ini Andriy”
“Priyjatno poznakomitsa (senang bertemu anda)” senyum gw
“jadi, Adiansyah, kita telah mendegar banyak tentang anda, kerjaan anda, dan tentunya pengalaman anda” ucap Mr Denniz
“semua perusahaan akan langsung tersenyum dan menerima anda jika mereka melihat CV anda ini” ucap Mr Andriy
“ada satu pertanyaan yang mengganjal di kami, dengan CV seperti ini anda dapat bekerja dan ke universitas dimana saja, tapi kenapa ke kami? Kenapa Russia?” tanya Mr Denniz
“hm. ya bekerja dan sekolah di barat adalah mimpi hampir semua anak di negara saya tapi sayang saya bukan salah satunya, ada dua jenis orang di dunia ini mereka yang materialistic, yang mengejar uang, harta, dan nama, dan mereka yang idealistic, mengejar ilmu, dan melihat dunia dari sudut pandang lain, saya adalah jenis anak yang ke dua”
“apa yang membuat anda berpikir bahwa di negara kami akan berbeda dari negara barat? Apakah anda tahu? Dari segi pendidikan universitas kita kalah jauh dari amerika serikat, dan inggris?” tanya Mr, Andriy menambahkan
“negara anda punya sejarah yang kuat, bukan dari segi pandangan barat saja, namun dari segi sejarah kuno yang dimana saya lebih percaya dari sejarah tulisan orang barat. Saya tahu peradaban di Russia tidak semaju dari negara barat lainnya, bahkan hampir sama dengan negara saya Indonesia, tapi bukan itu yang saya cari. Untuk masalah universitas, saya berfikir bahwa semua universitas itu sama, yang menentukan adalah bagaimana muridnya serius dalam mempelajari bidang ilmu yang dia pelajari, saya bisa katakan saya bisa saja tetap belajar di Indonesia, tapi itu bukan sifat saya, itu bukan tradisi kaum saya, saya harus pindah dari tanah kelahiran saya”
“pertanyaan terakhir, apa yang membuat anda berpikir kami harus menerima anda bekerja dengan kami? Anda hanya seorang anak muda, tanpa jejak, tanpa sertifikat, tanpa pengalaman yang dalam, tolong beritahu kenapa kami harus menerima anda?” Tanya Mr. Denniz
“apakah aman kalau saya katakan bapak bapak sekalian adalah seorang pebisinis daripada seorang pegawai?” ucap Gw
“hm” senyum mereka
“saya bisa katakan anda akan menyesal seumur hidup anda bila menolak saya”
“hahaha, menarik sekali, apakah kamu tau apa yang kamu katakan?” ucap Mr.Andriy
“anda akan melewatkan sebuah investasi besar untuk perusahaan anda, investasi yang jarang sekali akan anda dapatkan,” ucap Gw
“investasi macam apa yang akan kami dapatkan dari anda?” ucap Mr.Denniz
“investasi di dalam sini dan sini” ucap Gw menunjuk kepala dan tangan gw
“kepala, dan tangan?” tanya mister Andriy
“ya, lebih tepatnya otak, dan pengalaman, saya menawarkan kecerdasan, dan kreatifitas saya kepada anda untuk menciptakan sesuatu yang baru dimana itu akan menghasilkan keuntungan besar bagi perusahaan, dan saya juga menawarkan pengalaman saya selama ini sehingga anda tidak perlu menyewa orang lain yang menyebut mereka ahli dan membayar mereka dengan mahal”
“.....” diam mereka
“dan satu lagi, loyalitas, saya tidak akan pernah dengan rekan kerja yang berjasa dengan saya”
“....” diam mereka
“....” diam gw
“anda tahu? Anda telah menemui ekspektasi kami! Bertahun tahun sudah saya bertemu dengan banyak orang yang terus berkata ‘saya cocok karena saya lulusan universitas x’, tapi anda bukan di antara oran orang itu” ucap Mr. Denniz
“jadi?” tanya gw bingung
“jadi kita akan makan siang bersama disini, pesan makanan yang kamu suka, jangan malu malu!” ucap Mr. Andriy
Gw pun dengan bingungnya makan siang bareng mereka, dengan dua orang tua yang gw gak tau apakah gw diterima atau tidak oleh mereka. Satu setengah jam lamanya gw makan siang barang mereka, sampai gw harus pamit untuk pulang ke Indonesia sore itu, Mr. Denniz pun berkata bahwa detail nya akan segera dikirim ke email gw, gw pun hanya tersenyum dan mengiyakannya saja.
Quote:
“gimana?” tanya Timur, Vania, dan Ion barengan diluar hotel
“enak e makanannya, lo harus coba, sal-“ ucapan gw terpotong
“ih bukan makanannya! Tapi wawancaranya!” tanya Vania kesal
“ya gitu, katanya detailnya nanti dikirim ke email gw”
“oooh, yaudah sekarang gantian kalian temenin gw belanja yuk cepet! Pesawat ke Jakartanya 5 jam lagi nih!” ucap vania
“hah? Lo ikut ke Jakarta?”
“iya dong!”
“terus kerjaan gimana?”
“gw udah resign kemaren hehehe”
“kenapa resign?”
“kan gw udah bilang Adii, gw bakal nyusul kalian yang tega mau pergi ga ngajak gw!!” marah Vania