- Beranda
- Stories from the Heart
BUNGA "PERTAMA" DAN "TERAKHIR"
...
TS
javiee
BUNGA "PERTAMA" DAN "TERAKHIR"

Spoiler for RULES:
INTRO
Perkenalkan, nama gw Raden Fajar Putro Mangkudiningrat Laksana...Bohong deng, kepanjangan...sebut aja gw Fajar. Tinggi 175 cm berat 58kg. bisa disebut kurus karena tinggi dan berat badan gw ga proposional.
. Gw ROCKER...!! Pastinya Rocker Kelaparan.Gw terlahir dari keluarga biasa saja yang serba "Cukup". dalam arti "cukup" buat beli rumah gedongan, "cukup" buat beli mobil Mewah sekelas Mercy. (ini jelas jelas bohong). yang pasti gw bersyukur dilahirkan dari keluarga ini.
Gw Anak pertama dari 3 bersaudara. Adik adik gw semuanya perempuan. Gw keturunan Janda alias Jawa Sunda. Bokap asli dari Jepara bumi Kartini. Tempatnya para pengrajin kayu yang terkenal di Nusantara bahkan diakui oleh Dunia. Tapi bokap gw bukan pengusaha mebel seperti kebanyakan orang Jepara. Nyokap gw asli Sumedang Kota yang terkenal dengan TAHU nya. Tapi wajahnya sama sekali nggak mirip tahu ya. Sunda tulen nan cantik jelita. Beliau bidadari gw nomer "1" di dunia ini.
Spoiler for INDEKS:
Spoiler for INDEKSII:
Diubah oleh javiee 06-04-2015 23:49
manusia.baperan dan 4 lainnya memberi reputasi
3
728.7K
2.9K
Thread Digembok
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
32.7KThread•52.1KAnggota
Tampilkan semua post
TS
javiee
#2113
PART 98
Tidak terasa waktu bergulir begitu cepat. Tahun 2010 sudah berlalu dan tahun 2011 sudah tiba. Pada tahun ini masa cuti kuliah gw sudah habis. Secara tanggal akademik, harusnya gw sudah menginjak semester 6. Tapi karena terlibat kasus dengan dosen, gw terpaksa dicutikan dan kini gw masih berada di semeater 4. Jujur gw sangat merindukan suasana kampus, merindukan kawan kawan gw, dan juga merindukan kantin belakang tempat gw menyendiri sambil menikmati segelas kopi dan beberapa batang rokok.
"Halo...." Ucap Bunga dari telefon.
"Ya..."
"Kamu besok jadi ke kampus buat registrasi ulang?" Tanya dia.
"Jadi sayang. Kenapa? Kamu mau ikut?"
"Tadinya sih mau...Tapi itu juga kalo boleh sama kamu." Ujarnya.
"Nggak, nggak boleh!"
"Tuh kan!! Huh..."
"Dah kamu tunggu di rumah aja. Besok pulang dari kampus, aku ajak kamu makan pecel lele. Okee?" Bujuk gw.
"Hehe iya deh. Emm, kamu lagi ngapain?" Tanya dia.
"Lagi di rumah jaga warung." Jawab gw.
"Oh, yaudah dadaaah!!"
"Klik" Telefon terputus.
Yaelah nih anak kebiasaan banget dah matiin telefon buru buru. Orang mah kalo telefonan sama pacarnya tuh pas mau udahan pasti bilangnya mesra. Misalnya, "Dadah babay...Love You...Muaah!" lah ini mah cuma bilang "dadah" nggak ada ancang ancang mau pamitan. Itulah salah satu kebiasaan jelek Bunga yang dari dulu nggak pernah ilang.
Gw lanjutkan tugas jaga warung melayani pembeli yang rata rata abang abang ojek. Di tengah kegiatan itu gw menyempatkan diri untuk menimbang gula pasir takaran satu kilo, setengah kilo, dan seperapat kilo. Aktifitas itu sejenak gw hentikan ketika ada sebuah mobil Honda Pred berhenti di depan warung. Lantas pengemudi itu membunyikan klaksonnya, "Tin tin!" Kemudian muncullah sesosok gadis cantik keluar dari pintu sebelah kanan yang artinya pintu supir. Gw sedikit kaget melihatnya. Ternyata nih anak bisa nyetir juga. Dan gw baru tau hal itu sekarang.
"Beliiii!!" Ucapnya.
"....." Gw diem.
"Mas aku beli berasnya sekarung, gula sekwintal, terigu seton sama bla bla bla...."
"Paan sih!!"
"iih ada pembeli tuh dilayanin bukan di bentak."
"Lah yang belinya sedeng gitu!" Gerutu gw.
"Hahahaha..." Bunga tertawa.
"Sini masuk..." ajak gw
Gw menggeser etalase sedikit kesamping membuka jalan untuk Bunga agar bisa masuk. Setelah masuk ke warung bukannya duduk manis tapi dia malah asik maenan beras. Diremek terus di aduk aduk kayak bocah kecil aja.
"Mau kesini kenapa ga bilang bilang?" Tanya gw.
"Biarin! Biar surpres. Aku kan mau mergokin kamu jaga warung. Abisnya lucu sih..."
"Yaelah..."
"Kok sepi yank? Mama sama dek Yasyfi mana?" Tanya dia.
"Biasa jam segini mah lagi pada tidur siang."
"Hemm, Oya nanti ikut aku yuuk." Ajak dia.
"Kemana?"
"Ke salon..."
Oh tidak! Mendadak gw langsung bengong membayangkan menemani Bunga ke salon. Sudah dipastikan gw bakalan cengo doang disana. Bahkan lalat pun sampe nemplok di badan gw gara gara gw mati berdiri. Ah, gw kapok diajak ke tempat yang namanya SALON!
"Emmm, aduh, gimana yak? emmm.." Gw gelagapan.
"....." Bunga ngeliatin gw.
"Warung ga ada yang jaga euy. Kamu sendiri aja deh." Kilah gw.
"Maksud aku ke salonnya nanti aja pas Mama udah bangun biar bisa gantiin jaga warung. Terus kamu ikut aku deh..."
"......" Gw manyun.
"Yaa...Yaa...Mau yaa?"
"......" Gw makin manyun.
Tak lama kemudian Bidadari No.1 gw terbangun dari tidur siangnya lalu menghampiri kami berdua di warung. Seperti biasa Bunga langsung akrab ngobrol dengan beliau. Kemudian beliau menyodorkan sebuah katalog fashion Soph** M**tin pada Bunga. Lantas Bunga langsung fokus sama katalog itu membalikkan lembar demi lembar melihat isinya. Disitu gw berharap dan terus berharap, semoga dengan adanya katalog itu Bunga lupa dengan niatnya untuk pergi ke salon. Tapi,
"Yuk kita berangkat. Tadi aku udah bilang sama Mama mau pinjem kamu dulu sebentar."
"...#%#*$*%+&(#(!!..."
Dua jam kemudian, sepulangnya dari salon.
"Nah kan kalo begini kamu jadi keliatan ganteng...." Ucap Bunga.
"......." Gw manyun.
"Udah gitu rapi nggak dekil kayak kemaren..." Ucapnya lagi.
"......"
"Kalo pepita pirs ngeliat rambut kamu yang sekarang pasti dia langsung naksir tuh..."
"AMIIIIN!!!" Sahut gw kencang.
"Apa? Hah? Kok amin?"
"Ya iyalah! Secara gitu pepita pirs yang naksir aku nggak bakalan nolak!!" Jawab gw.
"Huuh!! Maunya!"
"Hehe becanda sayang. Ditaksir sama kamu juga udah sukur alhamdulillah..."
"Huuh!! Gembel!!"
"Gombal woi! bukan gembel!"
"Hahaha...." Bunga tertawa geli.
Rambut gw yang tadinya gondrong ikal ala Rocker papan atas dunia, kini dipangkas habis ala ABCD (Abri Bukan Cepak Doang). Sebenarnya ini bukan mau gw, tapi kemauan Bunga. Ternyata tujuan dia ngajak ke salon bukan untuk menipedi atau crimbad atau apalah. Melainkan untuk mencukur rambut gw. Habislah itu ongkos cukur senilai Rp. 25.000,-. Padahal mah kalo ke tukang cukur pinggir jalan paling cuma abis 7 ribu perak (dibaca Jjjjuuhh ribu). Gw fikir fikir mubazir banget tuh sisanya 18 ribu, bisa buat beli pecel lele dua porsi.
Selanjutnya sore itu gw menghabiskan waktu dengan Bunga untuk jalan jalan keliling kota Bogor. Langit sore terlihat terang oleh cahaya matahari yang bersinar agak kekuningan. Bunga yang duduk disamping gw terlihat mengotak atik radio mencari saluran yang enak di dengar. Sesekali dia menggerutu karena suara yang keluar dari radio hanya berupa gemeresek saja. Sementara gw fokus memegang setir sembari tersenyum lucu akan tingkahnya. Dia sudah memasuki usia 20 tahun. Tapi entah kenapa sifatnya masih seperti anak SMP. Kadang lucu menggemaskan, kadang juga nyebelin setengah modar. Namun gw menyayanginya, sangat menyayanginya.
....................
....................
Esoknya...
Pukul 7 pagi gw sudah rapi ingin berangkat ke kampus untuk melakukan pembayaran/registrasi ulang. Seperti biasa, gw memilih sebuah bank milik negara yang berada di sekitar kampus untuk melakukan pembayaran. Pagi itu gw berangkat menggunakan jupi sebagai alat transportasi gw. Hampir satu jam setengah gw menempuh perjalanan dari Bogor, cukup lama memang. Hal ini dikarenakan kondisi lalu lintas yang luar biasa macet gara gara ada truk jungkir balik di jalan margondrong.
Sesampainya di bank, gw segera parkirkan jupi di tempat parkir lalu gw berjalan menuju pintu masuk. Saat itu ada salah seorang mahasiswa yang memberitahu gw kalau tas ransel gw resletingnya terbuka.
"Bro, tas lu kebuka tuh..." Ujar mhasiswa itu.
"Oh iya. makasi bro diingetin."
Reflek gw langsung membalikkan tas punggung gw lalu menutup kembali resleting yang terbuka. Gw sempat berfikir heran, perasaan tadi waktu berangkat gw udah seletingin ini tas. Tapi kok kenapa sekarang kebuka ya? batin gw. Ditengah keheranan itu gw pun memutuskan membuka kembali tas gw, memeriksa barang barang yang ada di dalam.
Binder ada, buku ada, pulpen serta alat tulis lainnya ada. Dan satu lagi, DVD film naruto pun juga ada. Tapi gw langsung kaget setengah mampus karena gw tak menemukan uang gw disini. Penasaran, gw pun menepi duduk di bawah pohon lalu membongkar isi di dalam tas. Semuanya gw keluarkan berhamburan di tanah. Hasilnya nihil, uang gw nggak ada. Gw panik, seketika keringat dingin mengalir dari sudut dahi gw. Lantas gw mengambil HP di saku celana segera menghubungi Bidadari No.1. Gw hanya ingin memastikan apakah uang gw tertinggal di rumah.
"Tuut-Ceklek"
"Halo assalamualaikum. Ada apa Kak?" Sapa beliau dari seberang sana.
"Waalaikumsalam. Ma uang buat kuliah aku ketinggalan nggak di rumah?" Tanya gw.
"Loh kan udah kamu bawa semuanya 'sekian' juta. Kan kamu sendiri yang masukin ke dalem tas..." Jawab beliau.
Kemudian gw diam sebentar, mengingat apa yang gw lakukan tadi pagi sebelum berangkat. Dan gw pun ingat kalau gw sendiri yang memasukkan tumpukkan uang itu ke dalam tas.
"Oh yaudah Ma. Cuma mau mastiin doang kok takutnya aku lupa."
"Sekarang kamu masih dimana?"
"Masih di jalan Ma..." Gw sedikit berbohong.
"Yasudah kamu hati hati loh soalnya bawa uang banyak."
"Iya Ma...Daah Assalamualaikum"
"Waalaikumsalam."
"Ceklek" Telfon gw matikan.
Setelah itu, gw kembali mengorek isi tas gw berharap uang itu terselip di salah satu sisi tas. Namun gw tidak menemukan uang itu. Kemudian gw ulangi sampai tiga kali dan hasilnya tetap nihil. Seketika gw panik, keringat gw semakin tak terbendung keluar dari badan gw. Saking paniknya gw bertingkah layaknya orang idiot yang merogoh isi celana dalam siapa tau duit itu terselip disana. Hasilnya? Tetap tidak ada. Gw tak menyerah, masih terus mencarinya. Kali ini gw mengambil kunci motor, lalu membuka bagasi di balik jok, dan hasilnya tidak ada. Bahkan tutup tangki bensin tak ketinggalan gw buka juga demi mencari uang yang sudah pasti tidak ada disitu. Akhirnya gw putus asa.
"Astaghfirullahalaziim..."
Gw mengucap istighfar berkali kali diiringi getaran di tangan dan kaki gw. Badan gw lemas, mata gw menatap kosong tanpa arah. Gw masih belum percaya kalau uang itu tidak ada. Kemudian terlintas di fikiran gw kalau tadi ketika sampai disini tas gw terbuka. Apakah gw dicopet? Masa iya sih? Padahal gw nggak kemana mana. Semenjak berangkat gw di atas motor terus nggak mampir ke warung atau panti pijat. Atau jangan jangan uang gw hilang sewaktu gw dalam perjalanan tadi? Di tambah kondisi jalanan macet total yang memungkinkan si pencopet membuka isi tas gw. Tapi kemungkinannya itu sangat kecil sebab pasti banyak para pengendara lain yang melihat aktifitas mencurigakan seperti itu.
Akal sehat gw sudah tak mampu untuk berfikir lagi. Gw nggak percaya dan sama sekali nggak percaya kejadian seperti ini menimpa diri gw sendiri. Rasanya gw ingin sekali menangis, tapi air mata gw tak bisa keluar karena organ organ di tubuh gw seperti mati rasa. Yang gw rasakan hanya pusing disertai rasa sesak di dada.
"Uang gw, uang masa depan gw, dimana???"
"Halo...." Ucap Bunga dari telefon.
"Ya..."
"Kamu besok jadi ke kampus buat registrasi ulang?" Tanya dia.
"Jadi sayang. Kenapa? Kamu mau ikut?"
"Tadinya sih mau...Tapi itu juga kalo boleh sama kamu." Ujarnya.
"Nggak, nggak boleh!"
"Tuh kan!! Huh..."
"Dah kamu tunggu di rumah aja. Besok pulang dari kampus, aku ajak kamu makan pecel lele. Okee?" Bujuk gw.
"Hehe iya deh. Emm, kamu lagi ngapain?" Tanya dia.
"Lagi di rumah jaga warung." Jawab gw.
"Oh, yaudah dadaaah!!"
"Klik" Telefon terputus.
Yaelah nih anak kebiasaan banget dah matiin telefon buru buru. Orang mah kalo telefonan sama pacarnya tuh pas mau udahan pasti bilangnya mesra. Misalnya, "Dadah babay...Love You...Muaah!" lah ini mah cuma bilang "dadah" nggak ada ancang ancang mau pamitan. Itulah salah satu kebiasaan jelek Bunga yang dari dulu nggak pernah ilang.
Gw lanjutkan tugas jaga warung melayani pembeli yang rata rata abang abang ojek. Di tengah kegiatan itu gw menyempatkan diri untuk menimbang gula pasir takaran satu kilo, setengah kilo, dan seperapat kilo. Aktifitas itu sejenak gw hentikan ketika ada sebuah mobil Honda Pred berhenti di depan warung. Lantas pengemudi itu membunyikan klaksonnya, "Tin tin!" Kemudian muncullah sesosok gadis cantik keluar dari pintu sebelah kanan yang artinya pintu supir. Gw sedikit kaget melihatnya. Ternyata nih anak bisa nyetir juga. Dan gw baru tau hal itu sekarang.
"Beliiii!!" Ucapnya.
"....." Gw diem.
"Mas aku beli berasnya sekarung, gula sekwintal, terigu seton sama bla bla bla...."
"Paan sih!!"
"iih ada pembeli tuh dilayanin bukan di bentak."
"Lah yang belinya sedeng gitu!" Gerutu gw.
"Hahahaha..." Bunga tertawa.
"Sini masuk..." ajak gw
Gw menggeser etalase sedikit kesamping membuka jalan untuk Bunga agar bisa masuk. Setelah masuk ke warung bukannya duduk manis tapi dia malah asik maenan beras. Diremek terus di aduk aduk kayak bocah kecil aja.
"Mau kesini kenapa ga bilang bilang?" Tanya gw.
"Biarin! Biar surpres. Aku kan mau mergokin kamu jaga warung. Abisnya lucu sih..."
"Yaelah..."
"Kok sepi yank? Mama sama dek Yasyfi mana?" Tanya dia.
"Biasa jam segini mah lagi pada tidur siang."
"Hemm, Oya nanti ikut aku yuuk." Ajak dia.
"Kemana?"
"Ke salon..."
Oh tidak! Mendadak gw langsung bengong membayangkan menemani Bunga ke salon. Sudah dipastikan gw bakalan cengo doang disana. Bahkan lalat pun sampe nemplok di badan gw gara gara gw mati berdiri. Ah, gw kapok diajak ke tempat yang namanya SALON!
"Emmm, aduh, gimana yak? emmm.." Gw gelagapan.
"....." Bunga ngeliatin gw.
"Warung ga ada yang jaga euy. Kamu sendiri aja deh." Kilah gw.
"Maksud aku ke salonnya nanti aja pas Mama udah bangun biar bisa gantiin jaga warung. Terus kamu ikut aku deh..."
"......" Gw manyun.
"Yaa...Yaa...Mau yaa?"
"......" Gw makin manyun.
Tak lama kemudian Bidadari No.1 gw terbangun dari tidur siangnya lalu menghampiri kami berdua di warung. Seperti biasa Bunga langsung akrab ngobrol dengan beliau. Kemudian beliau menyodorkan sebuah katalog fashion Soph** M**tin pada Bunga. Lantas Bunga langsung fokus sama katalog itu membalikkan lembar demi lembar melihat isinya. Disitu gw berharap dan terus berharap, semoga dengan adanya katalog itu Bunga lupa dengan niatnya untuk pergi ke salon. Tapi,
"Yuk kita berangkat. Tadi aku udah bilang sama Mama mau pinjem kamu dulu sebentar."
"...#%#*$*%+&(#(!!..."
Dua jam kemudian, sepulangnya dari salon.
"Nah kan kalo begini kamu jadi keliatan ganteng...." Ucap Bunga.
"......." Gw manyun.
"Udah gitu rapi nggak dekil kayak kemaren..." Ucapnya lagi.
"......"
"Kalo pepita pirs ngeliat rambut kamu yang sekarang pasti dia langsung naksir tuh..."
"AMIIIIN!!!" Sahut gw kencang.
"Apa? Hah? Kok amin?"
"Ya iyalah! Secara gitu pepita pirs yang naksir aku nggak bakalan nolak!!" Jawab gw.
"Huuh!! Maunya!"
"Hehe becanda sayang. Ditaksir sama kamu juga udah sukur alhamdulillah..."
"Huuh!! Gembel!!"
"Gombal woi! bukan gembel!"
"Hahaha...." Bunga tertawa geli.
Rambut gw yang tadinya gondrong ikal ala Rocker papan atas dunia, kini dipangkas habis ala ABCD (Abri Bukan Cepak Doang). Sebenarnya ini bukan mau gw, tapi kemauan Bunga. Ternyata tujuan dia ngajak ke salon bukan untuk menipedi atau crimbad atau apalah. Melainkan untuk mencukur rambut gw. Habislah itu ongkos cukur senilai Rp. 25.000,-. Padahal mah kalo ke tukang cukur pinggir jalan paling cuma abis 7 ribu perak (dibaca Jjjjuuhh ribu). Gw fikir fikir mubazir banget tuh sisanya 18 ribu, bisa buat beli pecel lele dua porsi.
Selanjutnya sore itu gw menghabiskan waktu dengan Bunga untuk jalan jalan keliling kota Bogor. Langit sore terlihat terang oleh cahaya matahari yang bersinar agak kekuningan. Bunga yang duduk disamping gw terlihat mengotak atik radio mencari saluran yang enak di dengar. Sesekali dia menggerutu karena suara yang keluar dari radio hanya berupa gemeresek saja. Sementara gw fokus memegang setir sembari tersenyum lucu akan tingkahnya. Dia sudah memasuki usia 20 tahun. Tapi entah kenapa sifatnya masih seperti anak SMP. Kadang lucu menggemaskan, kadang juga nyebelin setengah modar. Namun gw menyayanginya, sangat menyayanginya.
....................
....................
Esoknya...
Pukul 7 pagi gw sudah rapi ingin berangkat ke kampus untuk melakukan pembayaran/registrasi ulang. Seperti biasa, gw memilih sebuah bank milik negara yang berada di sekitar kampus untuk melakukan pembayaran. Pagi itu gw berangkat menggunakan jupi sebagai alat transportasi gw. Hampir satu jam setengah gw menempuh perjalanan dari Bogor, cukup lama memang. Hal ini dikarenakan kondisi lalu lintas yang luar biasa macet gara gara ada truk jungkir balik di jalan margondrong.
Sesampainya di bank, gw segera parkirkan jupi di tempat parkir lalu gw berjalan menuju pintu masuk. Saat itu ada salah seorang mahasiswa yang memberitahu gw kalau tas ransel gw resletingnya terbuka.
"Bro, tas lu kebuka tuh..." Ujar mhasiswa itu.
"Oh iya. makasi bro diingetin."
Reflek gw langsung membalikkan tas punggung gw lalu menutup kembali resleting yang terbuka. Gw sempat berfikir heran, perasaan tadi waktu berangkat gw udah seletingin ini tas. Tapi kok kenapa sekarang kebuka ya? batin gw. Ditengah keheranan itu gw pun memutuskan membuka kembali tas gw, memeriksa barang barang yang ada di dalam.
Binder ada, buku ada, pulpen serta alat tulis lainnya ada. Dan satu lagi, DVD film naruto pun juga ada. Tapi gw langsung kaget setengah mampus karena gw tak menemukan uang gw disini. Penasaran, gw pun menepi duduk di bawah pohon lalu membongkar isi di dalam tas. Semuanya gw keluarkan berhamburan di tanah. Hasilnya nihil, uang gw nggak ada. Gw panik, seketika keringat dingin mengalir dari sudut dahi gw. Lantas gw mengambil HP di saku celana segera menghubungi Bidadari No.1. Gw hanya ingin memastikan apakah uang gw tertinggal di rumah.
"Tuut-Ceklek"
"Halo assalamualaikum. Ada apa Kak?" Sapa beliau dari seberang sana.
"Waalaikumsalam. Ma uang buat kuliah aku ketinggalan nggak di rumah?" Tanya gw.
"Loh kan udah kamu bawa semuanya 'sekian' juta. Kan kamu sendiri yang masukin ke dalem tas..." Jawab beliau.
Kemudian gw diam sebentar, mengingat apa yang gw lakukan tadi pagi sebelum berangkat. Dan gw pun ingat kalau gw sendiri yang memasukkan tumpukkan uang itu ke dalam tas.
"Oh yaudah Ma. Cuma mau mastiin doang kok takutnya aku lupa."
"Sekarang kamu masih dimana?"
"Masih di jalan Ma..." Gw sedikit berbohong.
"Yasudah kamu hati hati loh soalnya bawa uang banyak."
"Iya Ma...Daah Assalamualaikum"
"Waalaikumsalam."
"Ceklek" Telfon gw matikan.
Setelah itu, gw kembali mengorek isi tas gw berharap uang itu terselip di salah satu sisi tas. Namun gw tidak menemukan uang itu. Kemudian gw ulangi sampai tiga kali dan hasilnya tetap nihil. Seketika gw panik, keringat gw semakin tak terbendung keluar dari badan gw. Saking paniknya gw bertingkah layaknya orang idiot yang merogoh isi celana dalam siapa tau duit itu terselip disana. Hasilnya? Tetap tidak ada. Gw tak menyerah, masih terus mencarinya. Kali ini gw mengambil kunci motor, lalu membuka bagasi di balik jok, dan hasilnya tidak ada. Bahkan tutup tangki bensin tak ketinggalan gw buka juga demi mencari uang yang sudah pasti tidak ada disitu. Akhirnya gw putus asa.
"Astaghfirullahalaziim..."
Gw mengucap istighfar berkali kali diiringi getaran di tangan dan kaki gw. Badan gw lemas, mata gw menatap kosong tanpa arah. Gw masih belum percaya kalau uang itu tidak ada. Kemudian terlintas di fikiran gw kalau tadi ketika sampai disini tas gw terbuka. Apakah gw dicopet? Masa iya sih? Padahal gw nggak kemana mana. Semenjak berangkat gw di atas motor terus nggak mampir ke warung atau panti pijat. Atau jangan jangan uang gw hilang sewaktu gw dalam perjalanan tadi? Di tambah kondisi jalanan macet total yang memungkinkan si pencopet membuka isi tas gw. Tapi kemungkinannya itu sangat kecil sebab pasti banyak para pengendara lain yang melihat aktifitas mencurigakan seperti itu.
Akal sehat gw sudah tak mampu untuk berfikir lagi. Gw nggak percaya dan sama sekali nggak percaya kejadian seperti ini menimpa diri gw sendiri. Rasanya gw ingin sekali menangis, tapi air mata gw tak bisa keluar karena organ organ di tubuh gw seperti mati rasa. Yang gw rasakan hanya pusing disertai rasa sesak di dada.
"Uang gw, uang masa depan gw, dimana???"
Diubah oleh javiee 20-02-2015 14:54
0