- Beranda
- Stories from the Heart
Cowok Manja Merantau
...
TS
karnaufal
Cowok Manja Merantau


Quote:
Quote:
Quote:
Dimohon dengan sangat, anggap ini sebagai cerita fiksidemi kenyamanan kita semua.
Cheers!

Cheers!


Prolog
Hari ini, gue resmi menjadi seorang siswa SMA di sebuah kota yang terletak di provinsi Jawa Barat. Oh ya, perkenalkan gue Naufal. Gue sebenarnya berasal dari timur pulau jawa, karena sebuah keinginan dan keadaan yang mendesak, gue memutuskan untuk menjadi anak rantau.
Gue merupakan anak tunggal. Apa yang identik dengan anak tunggal? Ya, gue selalu dimanja. Apa-apa yang gue inginkan pasti dituruti. Masa kecil gue bisa dibilang cukup bahagia, bahagia karena dibahagiakan oleh materi. Pada masa SD, gue terkenal sebagai anak kecil yang suka mengadu kepada guru karena hal-hal sepele. Misalkan jika gue dijahili oleh teman sekelas gue, gue pasti lapor kepada guru dan guru tersebut memarahi anak yang menjahili gue. Karena itu juga, hampir ga ada anak yang mau berteman dengan gue karena mereka semua takut gue melapor kepada guru jika mereka melakukan sebuah kesalahan kepada gue. Dan karena ini juga, gue menjadi anak rumahan yang hampirjauh dengan sosialisasi bersama dunia luar dan ditambah lagi karena semua kebutuhan gue sudah tercukupi di dalam rumah. Laper? Tinggal teriak minta diambilin ke bibi. Mainan? Tinggal minta dibeliin ke supir keluarga dan kemudian sore harinya mainan tersebut sudah ada di kamar gue.
Hingga gue lulus dari SMP, gue hampir ga pernah yang namanya main keluar rumah. Namun sekarang gue punya 2 orang teman yang mampu bertahan dengan kelakuan manja gue sewaktu di SMP. Sebut saja Suryo dan Dimas. Gue kenal dengan mereka berdua di bangku kelas 1 SMP karena dulu gue pernah satu kelompok dengan mereka berdua. Oh dan sampai detik ini pula, gue belom pernah ngerasain namanya pacaran. Boro-boro pacaran, deket sama cewek aja enggak!
Sebelum gue masuk ke SMA, gue bertekad untuk berubah. Ga lagi manja, harus bisa mandiri dan bebas dari fasilitas orang tua. Kemudian terbersit pikiran gue untuk menjadi seorang perantauan.
Gue mengutarakan keinginan gue kepada orang tua gue. Dan bisa ditebak kalo mereka menolak mentah-mentah keinginan gue. Terutama bokap gue, alasannya karena gue bakal jauh dari rumah. Setelah gue beradu argumen dengan kedua orang tua, akhirnya gue diperbolehkan untuk menjadi seorang anak rantau bersyarat.
Singkat cerita, gue sedang mengepak barang bawaan yang akan gue bawa pergi sebentar lagi. Memang pilihan gue ekstrim, ga punya saudara disana, ga tau lika-liku kota yang akan gue tinggali, dan gue juga ga kenal siapa-siapa disana. Semoga gue bisa bertahan menjalani lembaran baru hidup di kota orang lain.
Semoga...
Polling
Poll ini sudah ditutup. - 830 suara
Naufal sekarang sama siapa?
Aya
41%
Amel
3%
Hanif
9%
Someone yang belum ada di cerita
8%
Ojan :bettys
39%
Diubah oleh karnaufal 25-05-2015 22:50
pavidean dan 42 lainnya memberi reputasi
43
1.9M
4.7K
Thread Digembok
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
32.7KThread•51.9KAnggota
Tampilkan semua post
TS
karnaufal
#529
TIGA PULUH DUA: Stormy Weather Time
Drrt..drrt..
Ada sebuah notifikasi sms yang masuk ke handphone. Gue meraba-raba handphone yang gue letakkan dibalik bantal dan melihat nama pengirim yang tertera di layar.
Hanif
Dengan mata segaris, gue membuka screenlock dan membaca isi smsnya.
Gue menekan tombol back, jam digital di handphone gue menunjukkan pukul 04:10.
Buset deh ini anak bangunnya subuh amat terus gangguin gue tidur, ga ngerti apa ya gue masih ingin tidur sampe jam setengah 5 nanti, lumayan 20 menit buat tidur
Lalu gue mengetik balasan untuknya.
Tanpa ba-bi-bu, gue langsung menekan tombol send, melempar handphone ke sudut kasur dan kembali memejamkan mata.
Drrrrttt....drrrrtttt.....drrrrtttt....drrrtttt.....
Mungkin baru beberapa menit gue memejamkan mata, handphone gue kembali bergetar namun bukan karena notifikasi sms yang masuk, sebuah panggilan dari nomor asing menelpon ke handphone gue. Karena gue ga mengenali nomor tersebut, gue me-rejectpanggilannya.
Selang beberapa detik, panggilan dari nomor yang sama masuk kembali dan gue reject lagi.
Entah untuk yang keberapa kalinya, akhirnya gue menyerah karena nomor yang sama terus menelpon dan gue pun mengangkatnya.
Gue bengong, pacar sendiri? Hanif dong?
Tut...tut...tut...
Gue menjauhkan handphone dari telinga, lalu melihat ke arah layar.
Call ended.
Gue kemudian melihat ke kolom outboxsms gue, gue tersenyum karena gue mengetik sms penuh dengan typo. Selang beberapa menit, Hanif kembali mengirim sebuah sms kepada gue.
Senyuman gue semakin merekah saat melihat isi smsnya, padahal hanya dua buah kalimat yang notabenenya bukan sesuatu yang penting. Namun ini seperti menjadi sebuah suntikan endorfin di pagi hari untuk gue
Ternyata lo bener Mel, pacaran itu emang asik!
Gue sedang berjalan menyusuri lorong sekolah sambil melihat ke arah jam tangan. Pukul 06:20, masih ada waktu 10 menit sebelum bel berbunyi. Hari ini gue ga usah terburu-buru karena gue yakin di saat hari pertama sekolah, kegiatan belajar mengajar ga akan penuh seperti hari-hari normal seperti biasanya. Tanpa ada perasaan buruk yang mengganjal, dengan santai gue menaiki tiap anak tangga menuju kelas gue di lantai tiga.
Saat gue melangkahkan kaki masuk ke dalam kelas, seketika suasana menjadi ricuh.
Gue masih beridiri di depan pintu dan satu persatu anak-anak kelas menghampiri dan menyalami gue. Setelah bersalaman, lalu...
PLAK!!!
Pipi gue ditampar oleh salah seorang temen gue sambil tertawa. Satu tamparan yang ga keras, oke gue bisa tahan. Tapi gue melihat masih ada belasan anak yang mengantri di depan gue. Lalu antrian yang sudah mengular di belakangnya pun mengikuti apa yang dilakukan olehnya.
Mungkin ini bayaran setelah gue mendapatkan sebuah kecupan di pipi kemarin...
Tapi,
Kok mereka pada tau sih?
Gue belum memberitahu tentang hubungan gue dengan Hanif kecuali kepada satu orang, Ojan.Ya! Gue yakin anak itu yang membeberkan hal tersebut kepada seisi kelas.
Leher gue memanjang, celingukan mencari-cari sebuah makhluk yang gak tau diri bernama Fauzan Ghifari. Dan ternyata dia juga ikut ngantri diantara anak-anak sableng yang mau nampar gue! Anjrit!
Setelah acara tampar-ditampar selesai, gue berjalan ke arah tempat duduk gue sambil mengusap-usap kedua belah pipi yang panas.
Hanif bertanya kepada gue sambil sedikit menahan tawanya.
Gue menjawabnya dengan nada ketus.
Hanif kemudian melihat kedua pipi gue, lalu tangan kanannya mengelus-elus pipi gue sebelah kiri. Dan tiba-tiba...
PLAKKK!!!
Gue berkata sambil tersenyum jahil, seketika Hanif mengeluarkan ekspresi marahnya.
Kemudian jari telunjuk Hanif memperagakan gerakan melintang di lehernya, gerakan menggorok leher orang.
Gue menelan ludah.
*glek*
Dating a beautiful girl was nerve-racking enough.Apalagi saat gue mengetahui ternyata Hanif memiliki banyak penggemar di sekolah (cie penggemar).
Hanif menyodorkan handphone miliknya, memperlihatkan banyak sekali sms yang masuk dari nomor asing yang ga tertera di contact listmilik Hanif. Gue yang sedang mengemil camilan kemudian mengelap tangan menggunakan sapu tangan dan mengambil handphonenya.
Gue buka satu persatu sms yang masuk ke handphonenya sambil sesekali menggumam 'hmmm' sambil menangguk-angguk.
Gue mengalihkan pandangan dari handphone lalu melihat kepada Hanif yang sedang duduk di sebelah gue.
Deg!
'Biar ga diambil orang lain.'
I was always afraid I'd do something stupid and unromantic.Setelah Hanif berkata seperti itu, gue baru sadar bahwa selama gue berpacaran dengannya, gue belum pernah melakukan sesuatu yang romantis kepadanya. Gue harus gimana? Gue bukan tipikal orang yang romantis! Itu masalahnya.
Jawab gue dengan semangat, lalu gue kembali melihat-lihat isi sms di handphone Hanif.
Banyak sekali isi sms yang sekedar basa-basi seperti 'Apa kabar?', 'Udah makan belum? Jangan lupa makan yaaa...' dan masih banyak sms penuh perhatian lainnya.
Gue melihat tanggal dikirimnya sms-sms tersebut, ternyata itu semua dikirim pada saat gue dan Hanif sebelum berpacaran. Gue maklumi, mereka semua sedang berusaha mendapatkan cinta dari seorang Hanif.
Namun ada satu sms yang membuat gue naik darah, isi sms dari tersebut sangatlahmerendahkan gue.
ANJ*NG!!!
Badut sekolah yang cengeng?
F*CK YOU!!!
Dan tanggal dikirimnya pun belum lama dari hari ini! Gila! Gue ga terima harga diri gue diginiin. Lo ga ngerasain gimana malu-nya gue pada saat gue dikerjain sama tatib-tatib brengsek itu!
Gue memperlihatkan isi sms tersebut, berbicara dengan nada yang lembut agar dia ga menyadari kalo gue sedang menahan amarah.
Gue membalas perkataannya dengan sebuah anggukan. Gue takut kalo gue marah, kata-kata yang ga pantas gue ucapkan bakal terucap kepadanya.
Gue mencolek bahu Ojan.
Ojan menoleh ke belakang sambil menaikkan alisnya seakan bertanya Ada apa?
Ojan hanya mengangguk dan kemudian berdiri dari tempat duduknya.
Gue menyunggingkan sebuah senyuman singkat lalu berjalan keluar kelas.
Pantes,ternyata dia temen sekelas Hanif pas MOS.
Gue kemudian memberitahukan isi dari sms tersebut kepada Ojan. Ojan memperhatikan gue dengan serius.
Gue mengangguk lalu Hanif pergi meninggalkan kelas.
10 menit setelah Hanif meninggalkan kelas, gue mengajak Ojan untuk mencari Diaz.
Kemudian gue dan Ojan berjalan menuruni tangga, menuju kelas X-F. Sesampainya di depan kelas X-F, gue kembali bertanya kepada Ojan.
Ojan menunjuk seseorang yang berada di dalam kelas. Gue melongok dari balik kaca, dan kembali bertanya kepada Ojan untuk memastikan orang tersebut bernama Diaz atau bukan. Ojan mengangguk mengiyakan.
Gotcha, Diaz!
Setelah mengambil tas, gue kemudian turun dan berjalan ke arah gerbang sekolah. Gue menunggu beberapa meter dari gerbang. Dan ga lama kemudian, orang yang bernama Diaz keluar dari areal sekolah dan berjalan melewati gue.
Gue menepuk pundaknya, dia membalikkan badannya dan melihat gue.
Tanpa basa-basi, gue melayangkan bogem mentah ke arah wajahnya.
Ada sebuah notifikasi sms yang masuk ke handphone. Gue meraba-raba handphone yang gue letakkan dibalik bantal dan melihat nama pengirim yang tertera di layar.
Hanif
Dengan mata segaris, gue membuka screenlock dan membaca isi smsnya.
Quote:
Gue menekan tombol back, jam digital di handphone gue menunjukkan pukul 04:10.
Buset deh ini anak bangunnya subuh amat terus gangguin gue tidur, ga ngerti apa ya gue masih ingin tidur sampe jam setengah 5 nanti, lumayan 20 menit buat tidur

Lalu gue mengetik balasan untuknya.
Quote:
Tanpa ba-bi-bu, gue langsung menekan tombol send, melempar handphone ke sudut kasur dan kembali memejamkan mata.
Drrrrttt....drrrrtttt.....drrrrtttt....drrrtttt.....
Mungkin baru beberapa menit gue memejamkan mata, handphone gue kembali bergetar namun bukan karena notifikasi sms yang masuk, sebuah panggilan dari nomor asing menelpon ke handphone gue. Karena gue ga mengenali nomor tersebut, gue me-rejectpanggilannya.
Selang beberapa detik, panggilan dari nomor yang sama masuk kembali dan gue reject lagi.
Entah untuk yang keberapa kalinya, akhirnya gue menyerah karena nomor yang sama terus menelpon dan gue pun mengangkatnya.
Quote:
Gue bengong, pacar sendiri? Hanif dong?
Quote:
Tut...tut...tut...
Gue menjauhkan handphone dari telinga, lalu melihat ke arah layar.
Call ended.
Gue kemudian melihat ke kolom outboxsms gue, gue tersenyum karena gue mengetik sms penuh dengan typo. Selang beberapa menit, Hanif kembali mengirim sebuah sms kepada gue.
Quote:
Senyuman gue semakin merekah saat melihat isi smsnya, padahal hanya dua buah kalimat yang notabenenya bukan sesuatu yang penting. Namun ini seperti menjadi sebuah suntikan endorfin di pagi hari untuk gue
Ternyata lo bener Mel, pacaran itu emang asik!
***
Gue sedang berjalan menyusuri lorong sekolah sambil melihat ke arah jam tangan. Pukul 06:20, masih ada waktu 10 menit sebelum bel berbunyi. Hari ini gue ga usah terburu-buru karena gue yakin di saat hari pertama sekolah, kegiatan belajar mengajar ga akan penuh seperti hari-hari normal seperti biasanya. Tanpa ada perasaan buruk yang mengganjal, dengan santai gue menaiki tiap anak tangga menuju kelas gue di lantai tiga.
Saat gue melangkahkan kaki masuk ke dalam kelas, seketika suasana menjadi ricuh.
Quote:
Gue masih beridiri di depan pintu dan satu persatu anak-anak kelas menghampiri dan menyalami gue. Setelah bersalaman, lalu...
PLAK!!!
Quote:
Pipi gue ditampar oleh salah seorang temen gue sambil tertawa. Satu tamparan yang ga keras, oke gue bisa tahan. Tapi gue melihat masih ada belasan anak yang mengantri di depan gue. Lalu antrian yang sudah mengular di belakangnya pun mengikuti apa yang dilakukan olehnya.
Mungkin ini bayaran setelah gue mendapatkan sebuah kecupan di pipi kemarin...
Tapi,
Kok mereka pada tau sih?
Gue belum memberitahu tentang hubungan gue dengan Hanif kecuali kepada satu orang, Ojan.Ya! Gue yakin anak itu yang membeberkan hal tersebut kepada seisi kelas.
Leher gue memanjang, celingukan mencari-cari sebuah makhluk yang gak tau diri bernama Fauzan Ghifari. Dan ternyata dia juga ikut ngantri diantara anak-anak sableng yang mau nampar gue! Anjrit!
Setelah acara tampar-ditampar selesai, gue berjalan ke arah tempat duduk gue sambil mengusap-usap kedua belah pipi yang panas.
Quote:
Hanif bertanya kepada gue sambil sedikit menahan tawanya.
Quote:
Gue menjawabnya dengan nada ketus.
Quote:
Hanif kemudian melihat kedua pipi gue, lalu tangan kanannya mengelus-elus pipi gue sebelah kiri. Dan tiba-tiba...
PLAKKK!!!
Quote:
Gue berkata sambil tersenyum jahil, seketika Hanif mengeluarkan ekspresi marahnya.
Quote:
Kemudian jari telunjuk Hanif memperagakan gerakan melintang di lehernya, gerakan menggorok leher orang.
Gue menelan ludah.
*glek*
***
Dating a beautiful girl was nerve-racking enough.Apalagi saat gue mengetahui ternyata Hanif memiliki banyak penggemar di sekolah (cie penggemar).
Quote:
Hanif menyodorkan handphone miliknya, memperlihatkan banyak sekali sms yang masuk dari nomor asing yang ga tertera di contact listmilik Hanif. Gue yang sedang mengemil camilan kemudian mengelap tangan menggunakan sapu tangan dan mengambil handphonenya.
Gue buka satu persatu sms yang masuk ke handphonenya sambil sesekali menggumam 'hmmm' sambil menangguk-angguk.
Gue mengalihkan pandangan dari handphone lalu melihat kepada Hanif yang sedang duduk di sebelah gue.
Quote:
Deg!
'Biar ga diambil orang lain.'
I was always afraid I'd do something stupid and unromantic.Setelah Hanif berkata seperti itu, gue baru sadar bahwa selama gue berpacaran dengannya, gue belum pernah melakukan sesuatu yang romantis kepadanya. Gue harus gimana? Gue bukan tipikal orang yang romantis! Itu masalahnya.
Quote:
Jawab gue dengan semangat, lalu gue kembali melihat-lihat isi sms di handphone Hanif.
Banyak sekali isi sms yang sekedar basa-basi seperti 'Apa kabar?', 'Udah makan belum? Jangan lupa makan yaaa...' dan masih banyak sms penuh perhatian lainnya.
Gue melihat tanggal dikirimnya sms-sms tersebut, ternyata itu semua dikirim pada saat gue dan Hanif sebelum berpacaran. Gue maklumi, mereka semua sedang berusaha mendapatkan cinta dari seorang Hanif.
Namun ada satu sms yang membuat gue naik darah, isi sms dari tersebut sangatlahmerendahkan gue.
Quote:
ANJ*NG!!!
Badut sekolah yang cengeng?
F*CK YOU!!!
Dan tanggal dikirimnya pun belum lama dari hari ini! Gila! Gue ga terima harga diri gue diginiin. Lo ga ngerasain gimana malu-nya gue pada saat gue dikerjain sama tatib-tatib brengsek itu!
Quote:
Gue memperlihatkan isi sms tersebut, berbicara dengan nada yang lembut agar dia ga menyadari kalo gue sedang menahan amarah.
Quote:
Gue membalas perkataannya dengan sebuah anggukan. Gue takut kalo gue marah, kata-kata yang ga pantas gue ucapkan bakal terucap kepadanya.
Gue mencolek bahu Ojan.
Quote:
Ojan menoleh ke belakang sambil menaikkan alisnya seakan bertanya Ada apa?
Quote:
Ojan hanya mengangguk dan kemudian berdiri dari tempat duduknya.
Quote:
Gue menyunggingkan sebuah senyuman singkat lalu berjalan keluar kelas.
***
Quote:
Pantes,ternyata dia temen sekelas Hanif pas MOS.
Quote:
Gue kemudian memberitahukan isi dari sms tersebut kepada Ojan. Ojan memperhatikan gue dengan serius.
Quote:
***
Quote:
Gue mengangguk lalu Hanif pergi meninggalkan kelas.
10 menit setelah Hanif meninggalkan kelas, gue mengajak Ojan untuk mencari Diaz.
Quote:
Kemudian gue dan Ojan berjalan menuruni tangga, menuju kelas X-F. Sesampainya di depan kelas X-F, gue kembali bertanya kepada Ojan.
Quote:
Ojan menunjuk seseorang yang berada di dalam kelas. Gue melongok dari balik kaca, dan kembali bertanya kepada Ojan untuk memastikan orang tersebut bernama Diaz atau bukan. Ojan mengangguk mengiyakan.
Quote:
Gotcha, Diaz!
***
Setelah mengambil tas, gue kemudian turun dan berjalan ke arah gerbang sekolah. Gue menunggu beberapa meter dari gerbang. Dan ga lama kemudian, orang yang bernama Diaz keluar dari areal sekolah dan berjalan melewati gue.
Gue menepuk pundaknya, dia membalikkan badannya dan melihat gue.
Quote:
Tanpa basa-basi, gue melayangkan bogem mentah ke arah wajahnya.
Diubah oleh karnaufal 20-02-2015 11:34
pavidean dan 6 lainnya memberi reputasi
7



