- Beranda
- Stories from the Heart
Kelakuan Anak Kuliah
...
TS
pujangga1000
Kelakuan Anak Kuliah
Quote:
Quote:
Quote:
----------------------------------------------------------------------------------
========================================
pujangga1000
Diubah oleh pujangga1000 19-09-2016 03:37
yusrillllll dan 23 lainnya memberi reputasi
22
3.9M
7.4K
Thread Digembok
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
32.7KThread•51.9KAnggota
Tampilkan semua post
TS
pujangga1000
#1418
Kandang dan penghuninya
Menyatakan perasaan ke Una (lagi)? Tidak, gue belum cukup berani untuk melakukannya. Lalu apa yang gue tunggu? Informasi dari Wawan uda cukup jelas. Gue orang yang spesial buat Una. Gue diperlakukan beda. Telpon dan sms gue dibalas. Tiap hari kita ketemu bermesraan. Lalu apa lagi?
Masalahnya di gue adalah bagaimana jika Una emang bercanda? Bisa aja dia beneran gak punya rasa ke gue. Gak ada jaminan! Apa yang dikeluar dari mulut wanita itu beda dengan apa yang dirasakan mereka. Kata siapa? Lo yakin semua wanita seperti itu? Buat wanita semacam Una, yang susah ditebak apa yang ada didalam hatinya, gue rasa pernyataan tadi gak bisa dijadikan patokan.
Seandainya gue bersikap masa bodoh, buat apa sebuah status? Toh, KTP gue juga gak akan berubah dari "lajang" menjadi "pacaran". Gue menikmati setiap momen yang gue alami bersama Una sekarang. Apa bedanya kalo kita sudah pacaran? Kalo tiba waktunya kita bosan, kita tinggal saling menjauh. Apa ini gak lebih baik daripada hubungan dengan status? Yang ketika cinta sudah hambar, kita harus berpura-pura mencari pembenaran untuk tidak menyakiti hati pasangan.
***
Perkuliahan semester 2 segera dimulai. Entah sial atau untung, gue beda kelas dengan sahabat-sahabat gue Wawan, Widya serta pujaan hati gue, Una. Walaupun kelas kita paralel, tapi kita beda ruangan dan dosen. Cuman ada satu kelas kita bareng. Yaitu kelasnya pak horor...

Kenapa gue sebut begitu? Karena beliau udah sepuh banget. Salah satu professor dan guru besar yang paling top di jurusan gue. Beliau selalu ngasih soal yang sulit banget, perlu muter otak sampe beberapa derajat buat ngejawabnya. Lalu gosip-gosip dari kakak kelas, nilai dia itu cuman ada E dan D. Kalo lo dapet C, itu hitungannya lo pinter banget. Setiap angkatan cuman ada 1 orang dpt A, 1 orang dpt B, beberapa orang C, lalu sisanya D atau E. A dan B itu cuman sekedar memenuhi "kuota", artinya cuman terbaik pertama dan kedua yang mendapatkannya. Nasib sial buat terbaik ketiga, karena nilainya adalah C. Apalagi buat yang dapat E, siap-siap aja ngulang, karena peraturan kampus itu gak boleh lulus kalo masih ada nilai E.
Sebenarnya gaya ngajarnya asik banget kok. Bawaannya santai. Diselingi beberapa candaan, tapi mungkin emang karisma dosen sepuh itu beda. Kalo beliau ngelontarin lelucon, kita cuman senyum, paling mentok ketawa beberapa detik, lalu kelas kembali hening
Saat pertemuan pertama, gue duduk dideretan paling belakang karena gue telat masuknya. Maklum gue ngudut dulu diparkiran sebelum masuk kelas. Beliau lagi nerangin gimana sistem penilaian akhir mata kuliahnya.
"Jadi nanti sebelum kuliah dimulai, saya akan berikan bahan yang harus kalian pelajari terlebih dahulu seminggu sebelumnya. Setiap dua minggu akan ada tugas. Diakhir nanti, kalian harus membuat sebuah makalah perorangan. Tugas-tugas dan makalah itu akan jadi 'tiket masuk' buat ujian" Jelas Pak horor
"yaaaaaah"
Sontak satu kelas mengeluh
"Kalian ini katanya mahasiswa, disuru baca tidak mau, bikin tugas tidak mau, bikin makalah tidak mau, kalian maunya apa toh?" Tanya Pak horor.
Gue yang masih polos dan tidak berdosa ini lalu menjawab,
"Merenung Pak!"
"
"
Sontak Pak horor melihat ke arah gue yang duduk paling belakang.
"Kamu, siapa namanya?" Tanya beliau
"Saya Pak
" Gue menunjuk diri sendiri
"Iya kamu mas" Gue ditunjuk Pak horor
"Biasa saya dipanggil Jeki, Pak" Jawab gue bangga
"Okeh, mulai besok-besok, kamu, saya panggil 'mas merenung' "
"
"
"
" Sontak satu kelas tertawa
***
Karena gue beda kelas dengan sahabat-sahabat gue, jadinya gue kenal beberapa teman baru dan bisa dibilang dekat. Salah satunya Imus. Gue kenal dia karena kita sering duduk sebelahan dideretan paling belakang. Biasanya kalo gue uda terlambat masuk kelas, nah dia bisa telat beberapa menit lagi dari gue, atau kadang bisa juga sebaliknya. Pokoknya kompaklah kita kalo soal telat masuk kelas
Dia asli Surabaya, taulah gimana cara arek Suroboyo kalo manggil teman.
"Cuk, koe ngudut to?" Kata Imus
"
"
"mukamu fales nek ngudut rek "
" jyaaaaaan~kriik
"
Usut punya usut, ternyata alasan kita berdua telat itu sama, yaitu "ngemil" asap tembakau dulu. Dari Imus lah akhirnya gue tau ada tempat ngerokok yang pewe didalam gedung kampus (fyi, kampus gue dilarang merokok didalam gedung, kecuali parkiran). Jadi ada satu pantry, semacam dapur gitu, tapi tidak terpakai. Nah diruangan 1x3 meter itu sebenarnya dirancang sebagai dapur, jadi ada wastafel dan kompor minyak tanah. Tapi mungkin posisinya yang ada diujung lorong dan dilantai atas pula, jadi karyawan kampus gue males jalan kesana. Alhasil, tempat itu dijadikan gudang tempat nyimpen monitor atau cpu komputer yang uda rusak.
Oleh gue dan Imus, tempat ini kita jadikan basecamp dengan sebutan "kandang". Kita beli satu teko buat ngerebus air dan kopi bubuk buat diseduh. Gue kan uda gak sekelas sama Una kalo pagi, jadi gue gak dibeliin kopi lagi. Lagian gue uda ngomong ke Una juga supaya gak usah beliin gue kopi karena gue bikin sendiri. Disitu lengkap, ada gelas, terus kalo mau air tinggal buka dari wastafel. Kalo mau tiduran, bisa gelar karton dulu. Pokoknya lengkapnya, termasuk juga punya alat pembungkus rokok
Iya gue serius. Kita sering beli tembakau kasar dan kertas rokok. Salah satu toko yang jual kalo di Jogja itu ada disekitaran Tugu. Deket banget ke tugu, cari aja kalo penasaran. Disitu ada jual tembakau rasa "Sampoerna mild", "Djarum super", "Dji sam soe" dan merek-merek terkenal lainnya. Harganya lumayan murah, zaman gue gak nyampe 5ribu bisa dapat satu kilo. Tembakaunya bisa dibakar dari paru paru masih sehat, kena kanker, sampe kankernya uda males nyium asap tembakaunya, itu pun masih sisa! Ini bukan tembakau asli dari pabriknya sana, tapi diracik sendiri sama empunya toko. Rasanya ya untung-untungnya, kadang bisa dapat yang pas, kadang bisa dapat yang
Yang paling bikin gue sebel dari Imus adalah, dia doyan banget jemur ampas kopi yang uda diseduh. Jadi kalo lagi ada jeda waktu lumayan lama antar kelas, dia sering pungutin puntung rokok, lalu diambil lagi tembakau yang masih sisa. Tembakau itu dicampur sama ampas kopi kering, lalu dibakar dan dihisap. Katanya sih enak. Gue gak pernah nyoba. Yang murni tembakau aja bisa kena kanker, apalagi yang dicampur kayak begitu
Masalahnya di gue adalah bagaimana jika Una emang bercanda? Bisa aja dia beneran gak punya rasa ke gue. Gak ada jaminan! Apa yang dikeluar dari mulut wanita itu beda dengan apa yang dirasakan mereka. Kata siapa? Lo yakin semua wanita seperti itu? Buat wanita semacam Una, yang susah ditebak apa yang ada didalam hatinya, gue rasa pernyataan tadi gak bisa dijadikan patokan.
Seandainya gue bersikap masa bodoh, buat apa sebuah status? Toh, KTP gue juga gak akan berubah dari "lajang" menjadi "pacaran". Gue menikmati setiap momen yang gue alami bersama Una sekarang. Apa bedanya kalo kita sudah pacaran? Kalo tiba waktunya kita bosan, kita tinggal saling menjauh. Apa ini gak lebih baik daripada hubungan dengan status? Yang ketika cinta sudah hambar, kita harus berpura-pura mencari pembenaran untuk tidak menyakiti hati pasangan.
***
Perkuliahan semester 2 segera dimulai. Entah sial atau untung, gue beda kelas dengan sahabat-sahabat gue Wawan, Widya serta pujaan hati gue, Una. Walaupun kelas kita paralel, tapi kita beda ruangan dan dosen. Cuman ada satu kelas kita bareng. Yaitu kelasnya pak horor...

Kenapa gue sebut begitu? Karena beliau udah sepuh banget. Salah satu professor dan guru besar yang paling top di jurusan gue. Beliau selalu ngasih soal yang sulit banget, perlu muter otak sampe beberapa derajat buat ngejawabnya. Lalu gosip-gosip dari kakak kelas, nilai dia itu cuman ada E dan D. Kalo lo dapet C, itu hitungannya lo pinter banget. Setiap angkatan cuman ada 1 orang dpt A, 1 orang dpt B, beberapa orang C, lalu sisanya D atau E. A dan B itu cuman sekedar memenuhi "kuota", artinya cuman terbaik pertama dan kedua yang mendapatkannya. Nasib sial buat terbaik ketiga, karena nilainya adalah C. Apalagi buat yang dapat E, siap-siap aja ngulang, karena peraturan kampus itu gak boleh lulus kalo masih ada nilai E.

Sebenarnya gaya ngajarnya asik banget kok. Bawaannya santai. Diselingi beberapa candaan, tapi mungkin emang karisma dosen sepuh itu beda. Kalo beliau ngelontarin lelucon, kita cuman senyum, paling mentok ketawa beberapa detik, lalu kelas kembali hening

Saat pertemuan pertama, gue duduk dideretan paling belakang karena gue telat masuknya. Maklum gue ngudut dulu diparkiran sebelum masuk kelas. Beliau lagi nerangin gimana sistem penilaian akhir mata kuliahnya.
"Jadi nanti sebelum kuliah dimulai, saya akan berikan bahan yang harus kalian pelajari terlebih dahulu seminggu sebelumnya. Setiap dua minggu akan ada tugas. Diakhir nanti, kalian harus membuat sebuah makalah perorangan. Tugas-tugas dan makalah itu akan jadi 'tiket masuk' buat ujian" Jelas Pak horor
"yaaaaaah"
Sontak satu kelas mengeluh
"Kalian ini katanya mahasiswa, disuru baca tidak mau, bikin tugas tidak mau, bikin makalah tidak mau, kalian maunya apa toh?" Tanya Pak horor.
Gue yang masih polos dan tidak berdosa ini lalu menjawab,
"Merenung Pak!"
"
"Sontak Pak horor melihat ke arah gue yang duduk paling belakang.
"Kamu, siapa namanya?" Tanya beliau
"Saya Pak
" Gue menunjuk diri sendiri"Iya kamu mas" Gue ditunjuk Pak horor
"Biasa saya dipanggil Jeki, Pak" Jawab gue bangga
"Okeh, mulai besok-besok, kamu, saya panggil 'mas merenung' "
"
""
" Sontak satu kelas tertawa***
Karena gue beda kelas dengan sahabat-sahabat gue, jadinya gue kenal beberapa teman baru dan bisa dibilang dekat. Salah satunya Imus. Gue kenal dia karena kita sering duduk sebelahan dideretan paling belakang. Biasanya kalo gue uda terlambat masuk kelas, nah dia bisa telat beberapa menit lagi dari gue, atau kadang bisa juga sebaliknya. Pokoknya kompaklah kita kalo soal telat masuk kelas

Dia asli Surabaya, taulah gimana cara arek Suroboyo kalo manggil teman.
"Cuk, koe ngudut to?" Kata Imus
"
""mukamu fales nek ngudut rek "
" jyaaaaaan~kriik
"Usut punya usut, ternyata alasan kita berdua telat itu sama, yaitu "ngemil" asap tembakau dulu. Dari Imus lah akhirnya gue tau ada tempat ngerokok yang pewe didalam gedung kampus (fyi, kampus gue dilarang merokok didalam gedung, kecuali parkiran). Jadi ada satu pantry, semacam dapur gitu, tapi tidak terpakai. Nah diruangan 1x3 meter itu sebenarnya dirancang sebagai dapur, jadi ada wastafel dan kompor minyak tanah. Tapi mungkin posisinya yang ada diujung lorong dan dilantai atas pula, jadi karyawan kampus gue males jalan kesana. Alhasil, tempat itu dijadikan gudang tempat nyimpen monitor atau cpu komputer yang uda rusak.
Oleh gue dan Imus, tempat ini kita jadikan basecamp dengan sebutan "kandang". Kita beli satu teko buat ngerebus air dan kopi bubuk buat diseduh. Gue kan uda gak sekelas sama Una kalo pagi, jadi gue gak dibeliin kopi lagi. Lagian gue uda ngomong ke Una juga supaya gak usah beliin gue kopi karena gue bikin sendiri. Disitu lengkap, ada gelas, terus kalo mau air tinggal buka dari wastafel. Kalo mau tiduran, bisa gelar karton dulu. Pokoknya lengkapnya, termasuk juga punya alat pembungkus rokok

Iya gue serius. Kita sering beli tembakau kasar dan kertas rokok. Salah satu toko yang jual kalo di Jogja itu ada disekitaran Tugu. Deket banget ke tugu, cari aja kalo penasaran. Disitu ada jual tembakau rasa "Sampoerna mild", "Djarum super", "Dji sam soe" dan merek-merek terkenal lainnya. Harganya lumayan murah, zaman gue gak nyampe 5ribu bisa dapat satu kilo. Tembakaunya bisa dibakar dari paru paru masih sehat, kena kanker, sampe kankernya uda males nyium asap tembakaunya, itu pun masih sisa! Ini bukan tembakau asli dari pabriknya sana, tapi diracik sendiri sama empunya toko. Rasanya ya untung-untungnya, kadang bisa dapat yang pas, kadang bisa dapat yang

Yang paling bikin gue sebel dari Imus adalah, dia doyan banget jemur ampas kopi yang uda diseduh. Jadi kalo lagi ada jeda waktu lumayan lama antar kelas, dia sering pungutin puntung rokok, lalu diambil lagi tembakau yang masih sisa. Tembakau itu dicampur sama ampas kopi kering, lalu dibakar dan dihisap. Katanya sih enak. Gue gak pernah nyoba. Yang murni tembakau aja bisa kena kanker, apalagi yang dicampur kayak begitu

jenggalasunyi dan 7 lainnya memberi reputasi
8
