Kaskus

Story

mikhaellafezyAvatar border
TS
mikhaellafezy
when its too late to regret
when its too late to regret
Quote:


Quote:


Quote:


Quote:




when its too late to regret


when its too late to regret


Quote:


Quote:


Quote:
Diubah oleh mikhaellafezy 15-04-2015 16:38
anasabilaAvatar border
anasabila memberi reputasi
1
35.7K
327
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
Stories from the Heart
KASKUS Official
32.7KThread52KAnggota
Tampilkan semua post
mikhaellafezyAvatar border
TS
mikhaellafezy
#5
tentang Putra
sejak saat itu, aku mulai mengurungkan niatku kepadanya, aku pikir sudah tidak pantas aku menyukai atau berusaha ingin tau tentang pacar orang, karena aku tau pasti kalau aku jadi cewenya si yudha pasti aku ga suka kalau ada yang stalking ke dia. Saat itulah yang menjadi titik balik atas perasaanku ke dia, aku sudah tidak berminat lagi untuk mencari tau, friendster dan Mxit milik Yudha sudah tidak pernah lagi aku buka. Dan mulai saat itu, aku mencoba memulai hidupku yang baru lagi.

Aku mulai mengacuhkan perasaanku ke Yudha, meskipun setiap berpapasan, kami masih saling berpandangan kosong tanpa senyuman, meskipun aku juga tau, pandangan dia seperti ingin mengatakan sesuatu, tapi aku coba jauhkan pikiran itu. Bahkan, malam itu saat aku sedang asyik chatting dengan teman sekelasku, namanya putra, ada satu pesan masuk, dari mxit milik Yudha. “Hai, ini Icha kan ?”, namun aku berusaha tidak menghiraukannya, aku lanjutkan chat dengan Putra, rasanya aku mulai cocok dengan dia, cocok dalam hal bercandaan aja sih, lumayan bisa membantuku lupa dari Yudha. Tapi ringtone message receive mengusikku lagi, Yudha lagi, “Ferischa, ini Yudha”, aku hampir mengetik jawaban namun aku batalkan niatku, aku menghargai wanita yang sekarang menjadi pacarnya, sampai akhirnya aku memutuskan untuk menghapus kontak milik Yudha.

Life must go on, right. Selama ini memikirkan Yudha menutup pikiranku dari dunia luar. Aku mulai dekat dengan putra, teman sekelasku, sampai akhirnya kami jadian. Namun hubungan kami berdua serasa hambar, karena jujur saja, pikiranku terkadang masih melayang layang ke Yudha. Hubungan kami tak berjalan lama, karena memang sepertinya kami lebih cocok menjadi teman, berakhirnya masa kelas 2, menjadi akhir juga untu hubunganku dan putra.

Sebenarnya putra sangat baik, kita juga se hobi, sama sama suka seni rupa. Putra mahir di sket, dan aku mahir di finishing, kedekatan kita berawal dari proyek seni rupa waktu itu, kebetulan kita satu kelompok. Kita pergi beli kanvas dan cat air bersama, dia juga datang ke rumahku untuk membahas proyek itu. Sampai suatu saat, dia mengajakku pergi dengan alasan mencari ide baru untuk proyek seni kami. Dia mengajakku naik ke kota bagian atas, ke sebuah tempat dimana kita bisa melihat kerlip lampu kota dengan indahnya. Disanalah ia mengutarakan perasaannya, mungkin karena saat itu aku merasa nyaman dengan dia, terlebih lagi bersamanya aku bisa lupa dengan patah hatiku ke Yudha, jadi aku menerimanya.

Tapi semakin lama kita bersama, aku sadar jika tak ada cinta yang tumbuh antara aku dan Putra. Kita hanya cocok sebagai lawan bercanda dan bicara tentang seni, bukan untuk bicara hati. Aku sama sekali tidak menemukan ketertarikan untuk mengetahui hidupnya, sebagaimana perasaanku kepada Yudha. Hubungan kami semakin lama bukan semakin menarik tapi aku merasa semakin aneh. Terlebih saat proyek seni kami telah usai, tidak ada lagi topik menarik untuk aku bahas dengannya. Walaupun dia selalu berusaha memunculkan topik baru, seperti mengajakku membuat graffiti di dinding, mengajariku banyak tentang photo editing, bahkan membawaku kerumahnya yang penuh dengan lukisan dan sket cantik hasil karyanya. Tapi ya ketertarikanku hanya berhenti disitu, sebatas kekaguman akan bakatnya.

Hari itu, hari terakhir ujian akhir semester 2, aku dan putra berbeda ruangan dan kebetulan aku menyelesaikan ujianku lebih cepat dari putra. Sebelum ujian ia berjanji akan membawaku ke pantai setelah selesai ujian nanti, dan hari itu sesuai perjanjian aku menunggunya di depan ruang ujiannya. Dia terlihat sangat senang dan menyelesaikan ujiannya lebih cepat, senyumnya mekar ketika menemuiku di depan ruangan, iya dia memang lebih tampan dari Yudha, kulitnya putih bersih, tinggi proporsional dengan mata ramahnya yang bisa mempuat nyaman siapa saja yang ada di dekatnya, tapi se sempurna apapun dia, aku sadar dia tidak bisa menggantikan Yudha. Setelah mengantarku pulang untuk ganti baju, kami ke pantai, mengambil satu kotak biru dari tasnya, warna kesukaanku, dengan pita biru tua, sebuah kado. Hari itu tepat 3 bulan kami berpacaran, Putra memberikanku kado untuk itu, dan aku pun memberikannya kado boneka bebek kuning, warna kesukaannya beserta sebuah surat yang aku minta buka saat dia tak bersamaku, dia mengiyakannya terlihat senang sekali, dia memelukku, “ Cha, seandainya kamu bukan jodohku, aku harap Tuhan mendesain ulang hidupku, dan meletakkan kamu sebagai jodohku di dalamnya, aku sayang kamu, Cha”. Lalu aku mengajaknya pulang, dan kalimat pamitnya menjadi kalimat terakhir yang kudengar darinya sebagai pacar. Bye Putra.

Spoiler for dear putra:



“putra, thanks for anything, we’re good in art, but im not good enough for you....”
0
Ikuti KASKUS di
© 2025 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.