- Beranda
- Stories from the Heart
Kelakuan Anak Kuliah
...
TS
pujangga1000
Kelakuan Anak Kuliah
Quote:
Quote:
Quote:
----------------------------------------------------------------------------------
========================================
pujangga1000
Diubah oleh pujangga1000 19-09-2016 03:37
yusrillllll dan 23 lainnya memberi reputasi
22
3.9M
7.4K
Thread Digembok
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
32.7KThread•51.8KAnggota
Tampilkan semua post
TS
pujangga1000
#1023
Gara-gara bir dingin
Gue dan Wawan ngobrol banyak hal. Sampai-sampai kita lupa waktu, tapi gue tetap gak bilang kalo gue suka Widya. Pokoknya masing-masing habis aja 3 kaleng bir. Mungkin waktu itu lagi haus
. Kita balik ke rumah Una hampir jam 5 pagi. Gue liat Wawan langsung nyosor di sofa ruang tamu. Gue yang masih belum ngantuk akhirnya menunggu matahari terbit diteras rumah Una. Gue terbayang semua kemungkinan skenario yang ada.
Mulai dari kenapa Una milih gue. Cowok kan banyak di angkatan gue. Apakah dia tau gue bukan tipe cowok yang sembarangan jatuh cinta? Gue bukan cowok yang dekat dikit sama cewek, uda langsung main tembak aja. Menurut gue, cowok kayak gitu cuman cowok kurang belaian. Saran gue, peliharalah sedikit harga diri.
Gak mungkin Una tau tentang itu. Justru muka gue itu muka playboy (kata orang). Jawaban yang paling bisa memuaskan gue cuman karena gue sohib Wawan dan Una sohib Widya. Kalo ini jawabannya, muncul hal lain yang mengganjal buat gue. Kenapa Widya dan Una gosipin gue dibelakang? Kejadiannya sendiri bahkan sebelum Wawan dan Widya jadian. Widya bisa menangkap kegugupan gue kalo didepan dia. Lalu Una mengarang alasan tentang kegugupan gue. Lalu gue dan Una terlibat dalam lakon pacaran yang semua hanya pura-pura. Lalu Una gak cerita ke Widya yang sebenarnya.


Apa mungkin Widya juga menyukai gue??? Anggap saja Widya menyukai gue lalu penasaran dengan sikap gue, lalu doi gosipin gue dibelakang sama Una. Una akhirnya tau kalo gue juga suka Widya. Tapi karena Widya uda jadian duluan sama Wawan, dan Una gak mau merusak hubungan yang baru terjalin itu. Una pun mengatakan kalo gue gak enak sama Wawan kalo gue ngobrol dekat dengan Widya. Lalu untuk apa Una dan gue pura-pura jadian? Apa mungkin ternyata Widya lebih menyukai gue daripada Wawan? Karena Una tau ini, dia pun pura-pura jadian sama gue supaya Widya bisa melupakan gue?
Apa yang gue pikirkan?! Lupa apa yang dikatakan Widya tentang masa depannya dengan Wawan tadi sore? Bisa-bisanya gue memikirkan hal ini. Gue emang gak tau malu! Tapi gak bisa dipungkiri sebuah senyum kecil terukir dibibir gue memikirkan hal itu. Walaupun hanya dalam pikiran, tapi rasanya gue bahagia.
***
Batang demi batang rokok gue bakar sampai bungkus rokok yang baru gue beli uda habis. Dulu rokok gue gudang garam inter (gepe/garfil)
, bisa kalian bayangkan lah gimana kuatnya paru-paru gue waktu dulu 
Tiba-tiba gue disapa Una yang membuka pintu
"Bang, bangun jam berapa?" Kata Una sambil menguap
"Belum tidur neng"
"
"
"Tidurlah!
"
"Entar aja deh pas balik, sekaligus tidur sampe besok pagi aja" Kata gue
"Abang gila!"
"
"
"Itu rokok juga berhenti!" Una lanjut marah
"Ini yang terakhir kok"
"Apaan! Liat itu dilantai, uda bertumpuk abunya, malah puntungnya dibuang sembarangan pula!
"
Celaka! Gue baru sadar. Gak ada asbak, jadi abu dan puntungnya langsung gue buang aja ke halamannya. Ya gue mana tau. Gue pikir kan kalo cuman sebatang dua batang sih gak keliatan lah puntungnya. Mana gue rencanain kalo gue mau bakar satu bungkus.
"Entar disapu bang!" Bentak Una
"Siap neng! Aduuuh, jadi istri jangan galak-galak donk" Rayu gue
"Istri siapa?
"
"Istri abang donk
" Rayu gue lagi
"Hehehehe" Una tersipu malu
(Una sering gue rayu kayak gini kok. Cuman baru kali ini gue niat nulisin di salah satu part
)
Gue yang kayaknya punya bakat buat gabung ke anggota klub suami-suami takut istri, akhirnya nyari sapu dibelakang. Gue bersihin semua bekas rokok gue dihalaman Una. Gak enak juga sih, uda bertamu, eh malah ngotorin rumah pemilik.
Sekitar jam 9 pagi, Widya usul buat sarapan di bubur Syarifah. Ituloh bubur yang tenar banget didepan gor UNY. Sori nih kalo gue salah tempat ato nama lagi kayak kasus tujuh sebelas sama K dalam lingkaran kayak kemaren, soalnya gue juga rada-rada lupa. Katanya selain bubur itu, yang lain pada tutup di tahun baru begini. Ada sih pilihan lain, di burjo (warung makan 24 jam), tapi Una gak mau, katanya jorok.
Emang ya kalo yang namanya gak tidur semaleman, kayaknya badan kita itu jadi kayak mati rasa. Gue sendiri makan tiga mangkok bubur, dan gue gak merasa kenyang ato laper sama sekali. Gue cuman suka rasa buburnya. Jadi gue pesen lagi pesen lagi sampe yang lain uda syok liat gue, baru gue gak pesen lagi. Kalo gue pergi sendiri, mungkin gue pesen sampe gue gak bisa bayar.
***
Sekitar siang jam 12an, kita putuskan balik. Sampe dikostan, gue mandi dulu. Gue inget banget ini, karena emang kurang ajar anak-anak kostan. Jadi dilantai dua (kamar gue) ada tiga kamar mandi jejer disudut. Didepan kamar mandi itu ada tong sampah. Gue liat sekilas ditong sampah itu, ada bungkus fiesta, sutra, dan lain-lain bertumpuk. Kalian ngertilah kalo ada banyak kertas yang diremes-remes trus barengan sama bekas bungkus merek-merek yang tadi gue sebut itu artinya apa
. Tapi gue sih maklum, soalnya rate hotel juga mesti naik pas tahun baru gini...
Akhirnya gue tepar dikasur tercinta gue tanpa kompromi. Dalam mimpi, gue merasa perut gue kayak dipelintir. Kayaknya ada yang mau gue keluarin nih. Gue terbangun karena mimpi bodoh itu. Sialnya ternyata itu bukan mimpi, gue kebelet pengen ngeluarin kotoran. Mungkin ini efek kebanyak makan. Setelah gue nongkrong di toilet (yang tentunya bungkusan yang gue sebut tadi masih ada ditong sampah depan
), gue balik ke kamar. Iseng-iseng gue cek hp, ternyata ada dua missed call dari Una dan sms dari doi. Missed call nya dari jam 4 sore tadi, sekarang uda jam 7 malam lebih dikir. Kayaknya urgent, kenapa dia?
"Jek, Wawan opnam di RS Bethesda"
dari Una
Gue terkejut setengah mati. Kenapa nih bocah?? Pikiran gue pertama kali ni bocah pasti kecelakaan motor karena ngantuk kurang tidur. Waduh, padahal senin uda ujian akhir semester.
"Serius? Diruang apa?"
ke Una
"Yuup, di kamar 123, abang mau nyusul kesini?"
dari Una
"Oke, 10 menit. otw"
ke Una
Gue pinjem motor ke bang Din yang gue liat lagi merokok didepan kamarnya. Gue pacu motor ke salah satu rumah sakit yang ada diselatannya mall Galeria ini.
Setelah gue tanya ke suster yang jaga nomor kamarnya dan gue pastikan kalo nomornya benar, gue membuka pintu.
Benar! Ternyata gue melihat Wawan terkapar ditempat tidur dengan jarum infus. Disitu ada Widya dan Una. Baru mau gue tanya kenapa. Widya berjalan ke arah gue.
"Bruuuuk!" Kepala gue ditoyor Widya
"
"
"Kamu kenapa ajak Wawan minum bir Jek??!" Widya marah
"
"
Gue yang masih kesakitan karena ditoyor Widya mulai kebingungan. Apa hubungannya dengan bir? Masa iya Wawan mabok? Lagian dia juga sempet tidur kok. Gue gak konek.
"Sinusnya kambuh jadinya" Lanjut Widya
"Sinus? Apa tuh??" Gue bingung
"Ahhh kamu.. lain kali jangan diajak minum es" Kata Widya
"
"
Dan gue baru tau kalo Wawan punya penyakit sinusitis. Gue juga gak jelas tentang penyakit itu. Setau gue ditulang pipi manusia itu ada rongga. Nah orang yang punya penyakit ini, rongga itu diisi cairan (yang mungkin sama kayak ingus). Cairan ini lalu menyumbat pernafasan kita. Untuk kasus Wawan ini. Sinusnya kambuh karena kebanyakan minum bir dingin. Bukan masalah di birnya, tapi karena dinginnya itu
Ya gue mana tau kalo Wawan punya penyakit itu. Lagian gue gak nawarin bir kok, dia yang ngambil sendiri. Gara-gara bir ini, kesan gue jadi cowok gak bener dimata Widya. Perokok parah yang doyan ngebir
. Kita balik ke rumah Una hampir jam 5 pagi. Gue liat Wawan langsung nyosor di sofa ruang tamu. Gue yang masih belum ngantuk akhirnya menunggu matahari terbit diteras rumah Una. Gue terbayang semua kemungkinan skenario yang ada. Mulai dari kenapa Una milih gue. Cowok kan banyak di angkatan gue. Apakah dia tau gue bukan tipe cowok yang sembarangan jatuh cinta? Gue bukan cowok yang dekat dikit sama cewek, uda langsung main tembak aja. Menurut gue, cowok kayak gitu cuman cowok kurang belaian. Saran gue, peliharalah sedikit harga diri.

Gak mungkin Una tau tentang itu. Justru muka gue itu muka playboy (kata orang). Jawaban yang paling bisa memuaskan gue cuman karena gue sohib Wawan dan Una sohib Widya. Kalo ini jawabannya, muncul hal lain yang mengganjal buat gue. Kenapa Widya dan Una gosipin gue dibelakang? Kejadiannya sendiri bahkan sebelum Wawan dan Widya jadian. Widya bisa menangkap kegugupan gue kalo didepan dia. Lalu Una mengarang alasan tentang kegugupan gue. Lalu gue dan Una terlibat dalam lakon pacaran yang semua hanya pura-pura. Lalu Una gak cerita ke Widya yang sebenarnya.


Apa mungkin Widya juga menyukai gue??? Anggap saja Widya menyukai gue lalu penasaran dengan sikap gue, lalu doi gosipin gue dibelakang sama Una. Una akhirnya tau kalo gue juga suka Widya. Tapi karena Widya uda jadian duluan sama Wawan, dan Una gak mau merusak hubungan yang baru terjalin itu. Una pun mengatakan kalo gue gak enak sama Wawan kalo gue ngobrol dekat dengan Widya. Lalu untuk apa Una dan gue pura-pura jadian? Apa mungkin ternyata Widya lebih menyukai gue daripada Wawan? Karena Una tau ini, dia pun pura-pura jadian sama gue supaya Widya bisa melupakan gue?
STOP!
Apa yang gue pikirkan?! Lupa apa yang dikatakan Widya tentang masa depannya dengan Wawan tadi sore? Bisa-bisanya gue memikirkan hal ini. Gue emang gak tau malu! Tapi gak bisa dipungkiri sebuah senyum kecil terukir dibibir gue memikirkan hal itu. Walaupun hanya dalam pikiran, tapi rasanya gue bahagia.
***
Batang demi batang rokok gue bakar sampai bungkus rokok yang baru gue beli uda habis. Dulu rokok gue gudang garam inter (gepe/garfil)
, bisa kalian bayangkan lah gimana kuatnya paru-paru gue waktu dulu 
Tiba-tiba gue disapa Una yang membuka pintu
"Bang, bangun jam berapa?" Kata Una sambil menguap
"Belum tidur neng"
"
""Tidurlah!
""Entar aja deh pas balik, sekaligus tidur sampe besok pagi aja" Kata gue
"Abang gila!"
"
""Itu rokok juga berhenti!" Una lanjut marah
"Ini yang terakhir kok"
"Apaan! Liat itu dilantai, uda bertumpuk abunya, malah puntungnya dibuang sembarangan pula!
"Celaka! Gue baru sadar. Gak ada asbak, jadi abu dan puntungnya langsung gue buang aja ke halamannya. Ya gue mana tau. Gue pikir kan kalo cuman sebatang dua batang sih gak keliatan lah puntungnya. Mana gue rencanain kalo gue mau bakar satu bungkus.
"Entar disapu bang!" Bentak Una
"Siap neng! Aduuuh, jadi istri jangan galak-galak donk" Rayu gue
"Istri siapa?
" "Istri abang donk
" Rayu gue lagi"Hehehehe" Una tersipu malu
(Una sering gue rayu kayak gini kok. Cuman baru kali ini gue niat nulisin di salah satu part
)Gue yang kayaknya punya bakat buat gabung ke anggota klub suami-suami takut istri, akhirnya nyari sapu dibelakang. Gue bersihin semua bekas rokok gue dihalaman Una. Gak enak juga sih, uda bertamu, eh malah ngotorin rumah pemilik.
Sekitar jam 9 pagi, Widya usul buat sarapan di bubur Syarifah. Ituloh bubur yang tenar banget didepan gor UNY. Sori nih kalo gue salah tempat ato nama lagi kayak kasus tujuh sebelas sama K dalam lingkaran kayak kemaren, soalnya gue juga rada-rada lupa. Katanya selain bubur itu, yang lain pada tutup di tahun baru begini. Ada sih pilihan lain, di burjo (warung makan 24 jam), tapi Una gak mau, katanya jorok.
Emang ya kalo yang namanya gak tidur semaleman, kayaknya badan kita itu jadi kayak mati rasa. Gue sendiri makan tiga mangkok bubur, dan gue gak merasa kenyang ato laper sama sekali. Gue cuman suka rasa buburnya. Jadi gue pesen lagi pesen lagi sampe yang lain uda syok liat gue, baru gue gak pesen lagi. Kalo gue pergi sendiri, mungkin gue pesen sampe gue gak bisa bayar.
***
Sekitar siang jam 12an, kita putuskan balik. Sampe dikostan, gue mandi dulu. Gue inget banget ini, karena emang kurang ajar anak-anak kostan. Jadi dilantai dua (kamar gue) ada tiga kamar mandi jejer disudut. Didepan kamar mandi itu ada tong sampah. Gue liat sekilas ditong sampah itu, ada bungkus fiesta, sutra, dan lain-lain bertumpuk. Kalian ngertilah kalo ada banyak kertas yang diremes-remes trus barengan sama bekas bungkus merek-merek yang tadi gue sebut itu artinya apa
. Tapi gue sih maklum, soalnya rate hotel juga mesti naik pas tahun baru gini...Akhirnya gue tepar dikasur tercinta gue tanpa kompromi. Dalam mimpi, gue merasa perut gue kayak dipelintir. Kayaknya ada yang mau gue keluarin nih. Gue terbangun karena mimpi bodoh itu. Sialnya ternyata itu bukan mimpi, gue kebelet pengen ngeluarin kotoran. Mungkin ini efek kebanyak makan. Setelah gue nongkrong di toilet (yang tentunya bungkusan yang gue sebut tadi masih ada ditong sampah depan
), gue balik ke kamar. Iseng-iseng gue cek hp, ternyata ada dua missed call dari Una dan sms dari doi. Missed call nya dari jam 4 sore tadi, sekarang uda jam 7 malam lebih dikir. Kayaknya urgent, kenapa dia?"Jek, Wawan opnam di RS Bethesda"
dari UnaGue terkejut setengah mati. Kenapa nih bocah?? Pikiran gue pertama kali ni bocah pasti kecelakaan motor karena ngantuk kurang tidur. Waduh, padahal senin uda ujian akhir semester.
"Serius? Diruang apa?"
ke Una"Yuup, di kamar 123, abang mau nyusul kesini?"
dari Una"Oke, 10 menit. otw"
ke UnaGue pinjem motor ke bang Din yang gue liat lagi merokok didepan kamarnya. Gue pacu motor ke salah satu rumah sakit yang ada diselatannya mall Galeria ini.
Setelah gue tanya ke suster yang jaga nomor kamarnya dan gue pastikan kalo nomornya benar, gue membuka pintu.
Benar! Ternyata gue melihat Wawan terkapar ditempat tidur dengan jarum infus. Disitu ada Widya dan Una. Baru mau gue tanya kenapa. Widya berjalan ke arah gue.
"Bruuuuk!" Kepala gue ditoyor Widya
"
""Kamu kenapa ajak Wawan minum bir Jek??!" Widya marah
"
"Gue yang masih kesakitan karena ditoyor Widya mulai kebingungan. Apa hubungannya dengan bir? Masa iya Wawan mabok? Lagian dia juga sempet tidur kok. Gue gak konek.
"Sinusnya kambuh jadinya" Lanjut Widya
"Sinus? Apa tuh??" Gue bingung
"Ahhh kamu.. lain kali jangan diajak minum es" Kata Widya
"
"Dan gue baru tau kalo Wawan punya penyakit sinusitis. Gue juga gak jelas tentang penyakit itu. Setau gue ditulang pipi manusia itu ada rongga. Nah orang yang punya penyakit ini, rongga itu diisi cairan (yang mungkin sama kayak ingus). Cairan ini lalu menyumbat pernafasan kita. Untuk kasus Wawan ini. Sinusnya kambuh karena kebanyakan minum bir dingin. Bukan masalah di birnya, tapi karena dinginnya itu
Ya gue mana tau kalo Wawan punya penyakit itu. Lagian gue gak nawarin bir kok, dia yang ngambil sendiri. Gara-gara bir ini, kesan gue jadi cowok gak bener dimata Widya. Perokok parah yang doyan ngebir

Diubah oleh pujangga1000 07-02-2015 04:59
jenggalasunyi dan 8 lainnya memberi reputasi
9
