- Beranda
- Stories from the Heart
CEREBRO : KUMPULAN CERITA CINTA PAKAI OTAK
...
TS
reloaded0101
CEREBRO : KUMPULAN CERITA CINTA PAKAI OTAK
Judul thread ini ane ganti, sekarang tidak semua cerpennya mengisahkan cinta. Tetapi temanya lebih umum, ada detektif,sci-fi,horor,thriller,drama dan lain-lain yang tidak selalu melibatkan percintaan antar karakternya.
INDEX BARU:
CERITA 2020
AZAB ILMU PELET
MUDIK 2020
Terima kasih untuk Agan Gauq yang sudah membuatkan index cerita ini.
Index by Gauq:
INDEX
INDEX lanjutan
Cerita baru 2019:
KISAH-KISAH MANTAN DETEKTIF CILIK di postingan terakhir halaman terakhir
INDEX PART 3
INDEX PART 4-new
Langsung saja cerpen pertama
Apa yang akan kau lakukan ketika dia yang kaucinta meminta syarat berupa rumah dengan 1000 jendela sebelum menerima cintamu?
Leo merogoh saku belakang celana hitam barunya. Sebuah sisir kecil diambilnya dari kantong itu. Sambil melihat spion, ia merapikan kembali rambut yang sempat dipermainkan angin selama dalam perjalanan, maklum saja kaca pintu depan mobilnya rusak dan hanya bisa ditutup setengahnya saja. Setelah dirasa sudah rapi, Leo dan rambutnya keluar dari roda empatnya kemudian berjalan dengan jantung berdegup kencang menuju rumah nomor 2011 dan menekan belnya. Sang pembantu rumah keluar dan menyapanya
“Oh Mas Leo ”
“Riska-nyaada Bi?”
“Oh ada, sebentar saya panggilkan.”
Beberapa menit kemudian seorang wanita muda cantik berusia 20 tahunan awal keluar, mendapati Leo yang sedang menghirup teh celup panas buatan Bibi.
“Mau pergi ke pestanya siapa? Perasaan teman kita nggak ada yang ulang tahun atau nikah hari ini.”
Tanya Riska.
“Memang tidak ada.”
“Kalau nggak ke kondangan, mengapa pakai baju serapi ini? Sok formal banget. ”
“ Harus formal, kan mau melamar.”
“Ngelamar kerja?”
Leo menggeleng. Jantungnya berdegup makin kencang.
“Bukan.”
“Lalu melamar apa?”
“Kamu.”
Kata Leo sambil bersimpuh dan mengeluarkan sebuah kotak merah berisi cincin emas dengan sebuah berlian berukuran mini di tengahnya. Sementara itu Riska mundur beberapa langkah ke belakang.
“Aku? kita kan nggak pernah pacaran?”
“Tetapi kita sudah saling mengenal belasan tahun Ris. Aku tahu apa yang kamu suka, aku tahu apa yang kamu tidak suka, aku tahu bagaimana kamu selalu menghentakkan kaki kirimu ke tanah ketika mendengar kabar gembira,
aku tahu bagaimana kau selalu mencengkeram erat kertas tisu di tanganmu waktu kau sedang gugup, dan aku tahu aku mencintaimu. ”
“Tapi kamu kan nggak tahu apakah aku juga cinta kamu?
“Karena aku tidak tahu, bagaimana kalau kamu beritahukan padaku sekarang.”
“Mmm, gimana ya? Untuk urusan cinta, apalagi orientasinya nikah. Tentu aku maunya sama pria yang sungguh-sungguh.”
“Cintaku kepadamu sungguhan Ris, bukan bohongan atau tren musiman.”
“Sejak kapan lidah punya tulang?”
“Kau tidak percaya pada kata-kataku?”
“Aku butuh bukti Yo, bukan janji.”
“Baik, bukti seperti apa yang kauminta Ris?”
“Tidak ada yang mustahil untuk orang yang sungguh-sungguh. Demi cinta Shah Jehan mampu menciptakan Taj Mahal untuk istrinya.”
“Lalu apa yang kau inginkan agar mau menjadi istriku Ris?”
“Buatkan aku rumah dengan 1000 jendela.”
“Baik”
“Jika kau mampu menyelesaikannya dalam waktu 24 jam aku akan menerimamu tetapi jika tidak ya kita temenan saja ya Yo.”
“Buat rumah 1000 jendela dalam waktu 24 jam. Sudah itu saja?”
“Memangnya kamu bisa?”
“Akan kucoba semampuku.”
“Baik aku tunggu hasilnya besok. Good luck.”
Leo pun pergi dari halaman rumah itu dan menuju mobilnya sambil mengambil nafas panjang. Ia memacu kendaraannya dan pergi ke beberapa toko kelontong dan toko bangunan. Banyak hal yang dibelinya. Setelah selesai berbelanja, benda-benda itu dibungkus dalam beberapa kantong kresek dan kardus yang dijejalkan ke bagasi mobil.
Pulang ke rumah Ia langsung menuju ke halaman belakang yang luas dan masih berupa lahan kosong yang hanya dihuni oleh rimbun ilalang dan satu dua pohon nangka.
Leo mengambil nafas panjang lalu menghelanya dan mulai bekerja. Ia menurunkan semua barang yang ia beli. Tak lama kemudian suara gaduh dari palu bertemu paku terdengar berulang-ulang hingga malam tiba.
Malam harinya halilintar menyambar, disusul hujan yang turun sederas-derasnya. Air membanjiri halaman belakang yang masih tetap kosong dan hanya dihuni oleh rimbun ilalang dan satu dua pohon nangka.
“Ris bisa mampir kerumah sekarang? ada sesuatu yang mau kuperlihatkan padamu.”
Kata Leo keesokan harinya lewat ponsel yang dijawab dengan gugup oleh Riska.
“I...iya.”
Dalam hati gadis itu berpikir, bagaimana ini? Apa Leo bisa menyelesaikan permintaan yang mustahil itu? Memang sih dia itu baik, cerdas dan tidak sombong tapi Riska tidak mencintainya. Ia memberikan syarat itu dengan tujuan agar Leo gagal dan mereka berdua bisa kembali happily everafter...meskipun hanya di friend zone saja.
Riska sampai di depan rumah Leo dan heran mendapati mobil ayahnya terparkir di halaman. Ketika masuk ke dalam ia mendapati ayahnya sednag bercakap-cakap di beranda bersama Leo.
“Kok Papi bisa ada di sini?”
“Aneh kamu ini Ris, Masak Papi nggak boleh sowan ke rumah calon suamimu?”
“Calon suami? Calon suami apa?”
“Kan kamu sendiri yang mengajukan syarat, kalau Nak Leo bisa membuat rumah yang memiliki 1000 jendela dalam waktu 24 jam, kau akan menikahinya?”
“Memangnya bisa?”
“Nak Leo tunjukkan!”
Leo masuk ke dalam dan mengambil sebuah benda yang ditutup taplak meja.
“Apaan nih?”
Tanya Riska dengan tanda tanya menggantung di atas kepalanya.
“Yang kau minta.”
Kata Leo sambil membuka taplak meja itu dan memperlihatkan sebuah rumah berukuran sedikit lebih besar dari telapak tangan yang terbuat dari ribuan tusuk gigi.
“Papi sudah hitung sendiri jendelanya ada 1000 pas.”
“Tapi ini kan kecil sekali.”
“Di syaratmu tidak disebutkan ukurannya harus besar.”
“Tapi ini...definisi rumah kan tempat tinggal, siapa yang bisa tinggal di rumah sekecil ini. Paling-paling juga semut.”
“Di syarat yang kamu ajukan tidak ada keterangan kalau harus rumah manusia. Rumah semut kan juga termasuk dalam kategori rumah.”
Riska serasa disambar geledek. Ia menyesal mengapa tidak jelas dan detail ketika meminta syarat itu kemarin.
“Papi say something dong, belain Riska?”
“Menurut Papi rumah buatan Nak leo ini sudah memenuhi syarat.”
“Jadi Papi setuju punya menantu seperti dia ini?”
“Tentu saja setuju, kalian sudah kenal dari kecil, Papi juga kenal Nak Leo dari kecil. dia juga cerdas dan pernah magang di kantor kita jadi tahu kultur organisasi kita kayak gimana. Nanti kan bisa bantuin kamu waktu gantiin Papi megang perusahaan.”
“Tidaaaaak!!!!”
Riska pun pingsan karena shock. Otak kanannya seolah mengejek, melakukan bullying bawah sadar terhadapnya sambil terus-menerus berkata.
“Makanya Ris, kalau minta sesuatu itu yang jelas.”
INDEX BARU:
CERITA 2020
AZAB ILMU PELET
MUDIK 2020
Terima kasih untuk Agan Gauq yang sudah membuatkan index cerita ini.
Index by Gauq:
INDEX
INDEX lanjutan
Cerita baru 2019:
KISAH-KISAH MANTAN DETEKTIF CILIK di postingan terakhir halaman terakhir
Spoiler for :
Quote:
INDEX
RUMAH SERIBU JENDELA DI POST INI
SETIA
DEAD OR ALIVE
MAKAN TUH CINTA
KALAU JODOH TAK LARI KEMANA
OUTLIER
MAKAN BATU
TA'ARUF
SETIA
DEAD OR ALIVE
MAKAN TUH CINTA
KALAU JODOH TAK LARI KEMANA
OUTLIER
MAKAN BATU
TA'ARUF
INDEX PART 3
INDEX PART 4-new
Langsung saja cerpen pertama
Apa yang akan kau lakukan ketika dia yang kaucinta meminta syarat berupa rumah dengan 1000 jendela sebelum menerima cintamu?
Spoiler for :
RUMAH SERIBU JENDELA
Leo merogoh saku belakang celana hitam barunya. Sebuah sisir kecil diambilnya dari kantong itu. Sambil melihat spion, ia merapikan kembali rambut yang sempat dipermainkan angin selama dalam perjalanan, maklum saja kaca pintu depan mobilnya rusak dan hanya bisa ditutup setengahnya saja. Setelah dirasa sudah rapi, Leo dan rambutnya keluar dari roda empatnya kemudian berjalan dengan jantung berdegup kencang menuju rumah nomor 2011 dan menekan belnya. Sang pembantu rumah keluar dan menyapanya
“Oh Mas Leo ”
“Riska-nyaada Bi?”
“Oh ada, sebentar saya panggilkan.”
Beberapa menit kemudian seorang wanita muda cantik berusia 20 tahunan awal keluar, mendapati Leo yang sedang menghirup teh celup panas buatan Bibi.
“Mau pergi ke pestanya siapa? Perasaan teman kita nggak ada yang ulang tahun atau nikah hari ini.”
Tanya Riska.
“Memang tidak ada.”
“Kalau nggak ke kondangan, mengapa pakai baju serapi ini? Sok formal banget. ”
“ Harus formal, kan mau melamar.”
“Ngelamar kerja?”
Leo menggeleng. Jantungnya berdegup makin kencang.
“Bukan.”
“Lalu melamar apa?”
“Kamu.”
Kata Leo sambil bersimpuh dan mengeluarkan sebuah kotak merah berisi cincin emas dengan sebuah berlian berukuran mini di tengahnya. Sementara itu Riska mundur beberapa langkah ke belakang.
“Aku? kita kan nggak pernah pacaran?”
“Tetapi kita sudah saling mengenal belasan tahun Ris. Aku tahu apa yang kamu suka, aku tahu apa yang kamu tidak suka, aku tahu bagaimana kamu selalu menghentakkan kaki kirimu ke tanah ketika mendengar kabar gembira,
aku tahu bagaimana kau selalu mencengkeram erat kertas tisu di tanganmu waktu kau sedang gugup, dan aku tahu aku mencintaimu. ”
“Tapi kamu kan nggak tahu apakah aku juga cinta kamu?
“Karena aku tidak tahu, bagaimana kalau kamu beritahukan padaku sekarang.”
“Mmm, gimana ya? Untuk urusan cinta, apalagi orientasinya nikah. Tentu aku maunya sama pria yang sungguh-sungguh.”
“Cintaku kepadamu sungguhan Ris, bukan bohongan atau tren musiman.”
“Sejak kapan lidah punya tulang?”
“Kau tidak percaya pada kata-kataku?”
“Aku butuh bukti Yo, bukan janji.”
“Baik, bukti seperti apa yang kauminta Ris?”
“Tidak ada yang mustahil untuk orang yang sungguh-sungguh. Demi cinta Shah Jehan mampu menciptakan Taj Mahal untuk istrinya.”
“Lalu apa yang kau inginkan agar mau menjadi istriku Ris?”
“Buatkan aku rumah dengan 1000 jendela.”
“Baik”
“Jika kau mampu menyelesaikannya dalam waktu 24 jam aku akan menerimamu tetapi jika tidak ya kita temenan saja ya Yo.”
“Buat rumah 1000 jendela dalam waktu 24 jam. Sudah itu saja?”
“Memangnya kamu bisa?”
“Akan kucoba semampuku.”
“Baik aku tunggu hasilnya besok. Good luck.”
Leo pun pergi dari halaman rumah itu dan menuju mobilnya sambil mengambil nafas panjang. Ia memacu kendaraannya dan pergi ke beberapa toko kelontong dan toko bangunan. Banyak hal yang dibelinya. Setelah selesai berbelanja, benda-benda itu dibungkus dalam beberapa kantong kresek dan kardus yang dijejalkan ke bagasi mobil.
Pulang ke rumah Ia langsung menuju ke halaman belakang yang luas dan masih berupa lahan kosong yang hanya dihuni oleh rimbun ilalang dan satu dua pohon nangka.
Leo mengambil nafas panjang lalu menghelanya dan mulai bekerja. Ia menurunkan semua barang yang ia beli. Tak lama kemudian suara gaduh dari palu bertemu paku terdengar berulang-ulang hingga malam tiba.
Malam harinya halilintar menyambar, disusul hujan yang turun sederas-derasnya. Air membanjiri halaman belakang yang masih tetap kosong dan hanya dihuni oleh rimbun ilalang dan satu dua pohon nangka.
“Ris bisa mampir kerumah sekarang? ada sesuatu yang mau kuperlihatkan padamu.”
Kata Leo keesokan harinya lewat ponsel yang dijawab dengan gugup oleh Riska.
“I...iya.”
Dalam hati gadis itu berpikir, bagaimana ini? Apa Leo bisa menyelesaikan permintaan yang mustahil itu? Memang sih dia itu baik, cerdas dan tidak sombong tapi Riska tidak mencintainya. Ia memberikan syarat itu dengan tujuan agar Leo gagal dan mereka berdua bisa kembali happily everafter...meskipun hanya di friend zone saja.
Riska sampai di depan rumah Leo dan heran mendapati mobil ayahnya terparkir di halaman. Ketika masuk ke dalam ia mendapati ayahnya sednag bercakap-cakap di beranda bersama Leo.
“Kok Papi bisa ada di sini?”
“Aneh kamu ini Ris, Masak Papi nggak boleh sowan ke rumah calon suamimu?”
“Calon suami? Calon suami apa?”
“Kan kamu sendiri yang mengajukan syarat, kalau Nak Leo bisa membuat rumah yang memiliki 1000 jendela dalam waktu 24 jam, kau akan menikahinya?”
“Memangnya bisa?”
“Nak Leo tunjukkan!”
Leo masuk ke dalam dan mengambil sebuah benda yang ditutup taplak meja.
“Apaan nih?”
Tanya Riska dengan tanda tanya menggantung di atas kepalanya.
“Yang kau minta.”
Kata Leo sambil membuka taplak meja itu dan memperlihatkan sebuah rumah berukuran sedikit lebih besar dari telapak tangan yang terbuat dari ribuan tusuk gigi.
“Papi sudah hitung sendiri jendelanya ada 1000 pas.”
“Tapi ini kan kecil sekali.”
“Di syaratmu tidak disebutkan ukurannya harus besar.”
“Tapi ini...definisi rumah kan tempat tinggal, siapa yang bisa tinggal di rumah sekecil ini. Paling-paling juga semut.”
“Di syarat yang kamu ajukan tidak ada keterangan kalau harus rumah manusia. Rumah semut kan juga termasuk dalam kategori rumah.”
Riska serasa disambar geledek. Ia menyesal mengapa tidak jelas dan detail ketika meminta syarat itu kemarin.
“Papi say something dong, belain Riska?”
“Menurut Papi rumah buatan Nak leo ini sudah memenuhi syarat.”
“Jadi Papi setuju punya menantu seperti dia ini?”
“Tentu saja setuju, kalian sudah kenal dari kecil, Papi juga kenal Nak Leo dari kecil. dia juga cerdas dan pernah magang di kantor kita jadi tahu kultur organisasi kita kayak gimana. Nanti kan bisa bantuin kamu waktu gantiin Papi megang perusahaan.”
“Tidaaaaak!!!!”
Riska pun pingsan karena shock. Otak kanannya seolah mengejek, melakukan bullying bawah sadar terhadapnya sambil terus-menerus berkata.
“Makanya Ris, kalau minta sesuatu itu yang jelas.”
end
Diubah oleh reloaded0101 15-05-2020 14:17
indrag057 dan 37 lainnya memberi reputasi
34
190.6K
Kutip
1.1K
Balasan
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
32.7KThread•52KAnggota
Tampilkan semua post
TS
reloaded0101
#604
IMMORTAL
Spoiler for :
Barry demikian dia biasa dipanggil-katanya biar terdengar lebih keren dari nama aslinya Subari melepaskan pedal kopling perlahan-lahan dengan pedal gas diinjak penuh. Mobil melaju melewati nona cantik yang mengibarkan bendera di tengah jalan. Ia berpacu di gelapnya malam, melawan enam mobil balap lainnya. Ia menang dan namanya mulai dikenal di kancah balap jalanan.
Balapan demi balapan liar dia lalui dengan mudah. Hampir semuanya ia menangkan, berkat kemahirannya mengemudi dan kemampuan mesinnya yang mumpuni. Rejeki mengalir tak henti-henti seiring dengan semakin banyaknya balapan yang ia ikuti. Semula tak ada masalah sampai suatu ketika
“Barry,”
“Steel,”
“Saudara-saudara sebentar lagi kita saksikan balapan downhill satu lawan satu antara juara bertahan Steel melawan rookie of the year Barry. Bursa dibuka, minimum bet $1000.”
“Ready.....Go!”
Barry berada di belakang Steel hingga mencapai tikungan ketiga. Di tikungan ini kendaraannya mampu menjajari sedan Steel. Kedua sedan berbenturan, saling tabrak hingga Barry terpaksa menginjak rem dan berada di belakang mobil Steel.. Ia menginjak gas lagi dan menubruk Steel dari belakang empat kali. Bemper depannya nyangkut di bemper belakang mobil lawan dan kedua mobil gandengan ini akhirnya oleng keluar jalur dan mendarat di rerumputan.
Barry diopname satu bulan, selama masa itu, timbul satu pikiran di benaknya. Kalau aku mati, untuk apa harta, mobil,rekening bank dan apartemen mewah yang ia miliki? Hartanya tak mungkin dibawa mati. Ketika ia meninggal hanya selembar kain kafan saja yang menyertainya.
“Baik, karena mati itu tidak enak....aku tidak mau mati.” Katanya kepada seorang dukun.
“Jadi kau ingin hidup abadi Nak?”
“Memangnya bisa Mbah?”
“Menurut terawangan Mbah tak lama lagi, sebentar lagi kamu akan jadi orang yang hidup abadi,”
“Ah masak Mbah,”
“Buktikan saja sendiri,”
Kata-kata dukun tua itu mengiang-ngiang di telinganya. Hidup abadi? Kalau bisa memang keren tapi itu seperti too good to be true. Bagaimana bisa....
Ngueng
Tiba-tiba sebuah MVP menyalip pembalap liar ini dengan kecepatan tinggi. Barry tidak suka disalip, karena itu ia yang semula mengemudi dengan kecepatan normal mengejar mobil itu sekencang-kencangnya. Di dekat perlentasan kereta api tanpa palang pintu, ketika kedua mobilsejajar, ia menyerempetnya hingga keluar jalur dan berhenti. Mobil Barry sendiri terus melaju melewati rel kereta api dan
BRAK
Ia dan mobilnya tertabrak kereta hingga hancur berkeping-keping.
“Kemana hari ini Bu?” Tanya Barry sambil memperhatikan spion.
“Ke super market habis itu ke tempat fitnes,” Baik bu.
Mobil melaju lagi di jalanan menuju tempat yang dimaksud
“Mau dengar musik apa Bu?”
“Elvis Presley,”
“Loading.....searching 1960.....done” Kata Barry. Suara lagu rock and roll pun mengalir dari perangkat audio di dashboard.
“Kita sampai,”
Mobil berhenti dan hologram Barry menghilang. Semua orang yang menyaksikan demo pada peluncuran perdana mobil pintar yang dinamai Barry series itu bertepuk tangan sambil berdecak kagum.
“Hebat sekali, mobil tanpa sopir ini AI-nya benar-benar pintar,”
“Tentu saja, karena kita dasarkan dari kemampuan Barry, juara street racing terkenal.”
“Pembalap kan banyak, mengapa harus Barry Bu?”
“Selain kemampuan mengemudinya yang andal, almarhum juga berjasa besar kepada keluarga kami. Waktu itu saya mau melahirkan dan suami saya ngebut di jalanan sampai lupa kalau ada perlintasan kereta api tanpa palang pintu. Untungnya almarhum Barry menyelamatkan kami dengan menabrakkan mobilnya. Kalau tidak ada dia, mungkin kami bertiga yang mati.
Karena itu saya ingin membuatnya hidup abadi, kini dan ratusan tahun mendatang Barry akan hadir di mobil semua orang, akan terus hidup di hati semua orang.
Balapan demi balapan liar dia lalui dengan mudah. Hampir semuanya ia menangkan, berkat kemahirannya mengemudi dan kemampuan mesinnya yang mumpuni. Rejeki mengalir tak henti-henti seiring dengan semakin banyaknya balapan yang ia ikuti. Semula tak ada masalah sampai suatu ketika
“Barry,”
“Steel,”
“Saudara-saudara sebentar lagi kita saksikan balapan downhill satu lawan satu antara juara bertahan Steel melawan rookie of the year Barry. Bursa dibuka, minimum bet $1000.”
“Ready.....Go!”
Barry berada di belakang Steel hingga mencapai tikungan ketiga. Di tikungan ini kendaraannya mampu menjajari sedan Steel. Kedua sedan berbenturan, saling tabrak hingga Barry terpaksa menginjak rem dan berada di belakang mobil Steel.. Ia menginjak gas lagi dan menubruk Steel dari belakang empat kali. Bemper depannya nyangkut di bemper belakang mobil lawan dan kedua mobil gandengan ini akhirnya oleng keluar jalur dan mendarat di rerumputan.
Barry diopname satu bulan, selama masa itu, timbul satu pikiran di benaknya. Kalau aku mati, untuk apa harta, mobil,rekening bank dan apartemen mewah yang ia miliki? Hartanya tak mungkin dibawa mati. Ketika ia meninggal hanya selembar kain kafan saja yang menyertainya.
“Baik, karena mati itu tidak enak....aku tidak mau mati.” Katanya kepada seorang dukun.
“Jadi kau ingin hidup abadi Nak?”
“Memangnya bisa Mbah?”
“Menurut terawangan Mbah tak lama lagi, sebentar lagi kamu akan jadi orang yang hidup abadi,”
“Ah masak Mbah,”
“Buktikan saja sendiri,”
Kata-kata dukun tua itu mengiang-ngiang di telinganya. Hidup abadi? Kalau bisa memang keren tapi itu seperti too good to be true. Bagaimana bisa....
Ngueng
Tiba-tiba sebuah MVP menyalip pembalap liar ini dengan kecepatan tinggi. Barry tidak suka disalip, karena itu ia yang semula mengemudi dengan kecepatan normal mengejar mobil itu sekencang-kencangnya. Di dekat perlentasan kereta api tanpa palang pintu, ketika kedua mobilsejajar, ia menyerempetnya hingga keluar jalur dan berhenti. Mobil Barry sendiri terus melaju melewati rel kereta api dan
BRAK
Ia dan mobilnya tertabrak kereta hingga hancur berkeping-keping.
LIMA TAHUN KEMUDIAN
“Kemana hari ini Bu?” Tanya Barry sambil memperhatikan spion.
“Ke super market habis itu ke tempat fitnes,” Baik bu.
Mobil melaju lagi di jalanan menuju tempat yang dimaksud
“Mau dengar musik apa Bu?”
“Elvis Presley,”
“Loading.....searching 1960.....done” Kata Barry. Suara lagu rock and roll pun mengalir dari perangkat audio di dashboard.
“Kita sampai,”
Mobil berhenti dan hologram Barry menghilang. Semua orang yang menyaksikan demo pada peluncuran perdana mobil pintar yang dinamai Barry series itu bertepuk tangan sambil berdecak kagum.
“Hebat sekali, mobil tanpa sopir ini AI-nya benar-benar pintar,”
“Tentu saja, karena kita dasarkan dari kemampuan Barry, juara street racing terkenal.”
“Pembalap kan banyak, mengapa harus Barry Bu?”
“Selain kemampuan mengemudinya yang andal, almarhum juga berjasa besar kepada keluarga kami. Waktu itu saya mau melahirkan dan suami saya ngebut di jalanan sampai lupa kalau ada perlintasan kereta api tanpa palang pintu. Untungnya almarhum Barry menyelamatkan kami dengan menabrakkan mobilnya. Kalau tidak ada dia, mungkin kami bertiga yang mati.
Karena itu saya ingin membuatnya hidup abadi, kini dan ratusan tahun mendatang Barry akan hadir di mobil semua orang, akan terus hidup di hati semua orang.
THE END
Diubah oleh reloaded0101 08-02-2015 04:58
0
Kutip
Balas