- Beranda
- Stories from the Heart
Kelakuan Anak Kuliah
...
TS
pujangga1000
Kelakuan Anak Kuliah
Quote:
Quote:
Quote:
----------------------------------------------------------------------------------
========================================
pujangga1000
Diubah oleh pujangga1000 19-09-2016 03:37
yusrillllll dan 23 lainnya memberi reputasi
22
3.9M
7.4K
Thread Digembok
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
32.7KThread•51.8KAnggota
Tampilkan semua post
TS
pujangga1000
#826
"Perawan" yang hilang
Darah segar keluar dari hidung orang yang dipukul bang Dino. Dia ada orang yang mukulin gue pake helm kemarin. Rasanya gue pengen ikut gebukin orang itu. Tapi seketika itu juga suasana menjadi crowded. Beberapa orang berusaha melerai bang Dino yang sedang memukuli lawannya yang sudah terkapar. Bang Artur dan Bang Dedy berusaha menjauhkan orang-orang yang melerai.
"Jangan ikut campur, atau ku pukul kau" Kata bang Artur.
"
"
Entah karisma atau tampang preman yang terlihat dari kedua temen kost gue ini, yang pasti orang-orang yang tadinya heboh jadi terdiam didepan mereka. Bang Dino terus memberikan pukulan tanpa ada perlawanan berarti dari orang yang dipukuli. Mulai dari tukang parkir, orang-orang yang ada disekitar, atau orang-orang yang kebetulan lewat di jalan itu, semua mengerumuni tempat futsal ini. Mereka semua melihat kejadian tersebut layaknya tontonan film action gratis buat mereka.
"Ampun.. ampun.." Kata orang yang dipukuli
"
"
Gebak gebuk masih terus berlanjut sampai beberapa orang pemuda datang. Mereka yang berhasil melerai Bang Dino. Gue lihat lawannya uda bonyok gak karuan. Bibir, hidung, pokoknya ada darah aja di mukanya. Puas rasanya gue
.
Gue gak ngerti apa yang dibilang pemuda-pemuda yang barusan datang itu, karena mereka komunikasi pakai bahasa Jawa (saat itu gue belum ngerti bahasa ini). Bang Dedy berbisik ke gue.
"Kau ikut bang Dino" Katanya
"Kemana
"
"Itu bang Din mau dibawa ke Pak RT"
"
"
"Ikut aja apa yang dibilang bang Dino"
Gue kaget setengah mati. Gimana gak kaget coba, masalah ini bakal berujung ke pihak keamanan kampung, bisa-bisa masalah ini juga bakal sampai ke kepolisian setempat. Tapi saat itu, gue gak terlalu mikirin hal ini, karena emang gue uda siap mental kalo gue harus cabut kuliah atau cabut dari kota ini. Pokoknya buat gue, dendam gue uda terbalas, apapun konsekuensinya. Sekarang dia tau gimana rasanya babak belur dipukulin orang.
Beberapa orang ikut digiring ke rumah pak RT (gue gak terlalu jelas, apa ini pak RT, lurah, RW, kepala keamanan, atau apa, tapi biar lebih mudah, bakal gue sebut pak RT aja). Disana kami duduk diteras rumah beliau. Ada satu orang dari penjaga futsal tersebut, dua orang temen si korban, bang Dino, gue, dan dua pemuda. Setau gue, si korban uda dibawa ke klinik terdekat buat diobati.
"Ini kenapa bisa ribut?" Kata pak RT membuka percakapan
"
"
Semua diem, gak ada yang berani ngomong karena pak RT ini juga tampangnya sangar. Kumis dan brewoknya lebat banget.
"Mungkin ini penjaga futsalnya bisa cerita kronologisnya" Kata salah seorang pemuda
"Oh iya.."
Mulai lah dia bercerita dari yang awalnya bang Dino datang, terus berteriak dari pinggir lapangan menyuruh tiga orang keluar. Lalu ketika sudah keluar, pukulan langsung diberikan bang Dino tanpa ada penjelasan terlebih dahulu.
"Benar begitu?" tanya pak RT kepada bang Dino sambil mengepulkan asap rokok kreteknya
"Iya Pak"
"Mau jadi jagoan sampeyan?!" Suaranya mulai meninggi
Gue harus ngomong sekarang. Gue harus jujur kalo ini masalah gue dengan si korban dan Bang Dino itu cuman ngebantuin gue. Tapi lidah gue kaku. Gue ciut setelah suara pak RT mulai meninggi barusan.
Suasana hening...
"Jawab!" bentak pak RT
"
"
"Ini masalah pribadi Pak" Jawab bang Dino
"
"
"Masalah apa?" Suara pak RT datar tapi menakutkan
Terdengar bang Dino menarik nafasnya lalu menghembuskannya. Gue menangkap kode ini. Gue pikir ini kode dari bang Dino supaya gue ngomong. Eh ternyata...
"Dia rudapaksa adik perempuan saya!" Kata bang Din cepat
"
"
Gue terkejut, pak RT terkejut, teman korban terkejut, apalagi pemuda yang menggiring kami. Semua terkejut.
"Terus kenapa sampeyan main hakim sendiri? Tidak lapor polisi dulu?" pas RT mulai kepo
"Sudah Pak, tapi tidak ada bukti, jadi dia tidak bisa ditangkap"
"Adik perempuan sampeyan sekarang dimana?" tanya pak RT lagi
...
Kesan karisma dan menakutkan dari pak RT tiba-tiba luntur dari benak gue. Ternyata beliau kepo. Pertanyaan demi pertanyaan dilontarkan. Bang Dino dengan cerdiknya menjawab semua pertanyaan tersebut diikuti dengan penekanan dan gaya sedihnya. Yang lain juga terlihat penasaran. Cuman gue yang blongo.
"Kalian temannya korban kan? Benar begitu?" tanya pak RT
"Saya kurang tau pak
" Kata teman 1
"Saya juga pak
" Kata teman 2
"Ya sudah, kalian pulang, sebelumnya saya minta KTP kamu nak Dino untuk saya foto. Gapapa, tidak usah sedih. Saya dukung kamu. Orang seperti itu memang harus diberi pelajaran. Kalau nanti ada pihak keamanan yang datang, Saya bantu menjelaskan." Kata pak RT bijaksana
Semua balik setelah pak RT memfoto KTP bang Din dengan ponselnya. Saat di motor, bang Dino ngomong ke gue
"Sori jek, cuman satu tadi yang abang pukul, masih sisa dua lagi"
"Waduh, gak usah bang, makasih banyak loh bang" Kata gue
"Halah, sesama anak kost harus saling membantu
"
"Tapi bisa sampai begini urusannya bang hahaha" Kata gue lagi
"Untung kau diam-diam aja tadi, tiba-tiba kepikiran aja tadi mau ngomong begitu hahaha"
Ternyata rencana awalnya adalah, bang Dino uda sms teman-temannya buat datang ikut bantuin. Teman-teman disini bukan cuman anak kost, tapi emang temennya yang sesama preman. Bang Din emang mantan preman yang sudah meninggalkan "tahta"nya (kira-kira begitulah cerita yang gue dapat dari anak kostan). Tapi ternyata temennya telat, setelah kita digiring baru mereka pada berdatangan. Pas kita baru masuk ke arena futsalnya mau nyari masalah, uda ada beberapa teman bang Dino yang nongkrong di parkiran. Bang Dino pikir cukup, eh ternyata mereka sibuk nahan massa didepan yang mau ikut masuk buat ngeliat.
Gue cuman bisa ketawa-ketawa nyengir kalo memikirkan kejadian tadi. Mulai dari gue terlibat di tragedi futsal, terus sepeda gue hilang, eh sekarang malah jadi "perawan" yang hilang.


"Jangan ikut campur, atau ku pukul kau" Kata bang Artur.
"
"Entah karisma atau tampang preman yang terlihat dari kedua temen kost gue ini, yang pasti orang-orang yang tadinya heboh jadi terdiam didepan mereka. Bang Dino terus memberikan pukulan tanpa ada perlawanan berarti dari orang yang dipukuli. Mulai dari tukang parkir, orang-orang yang ada disekitar, atau orang-orang yang kebetulan lewat di jalan itu, semua mengerumuni tempat futsal ini. Mereka semua melihat kejadian tersebut layaknya tontonan film action gratis buat mereka.
"Ampun.. ampun.." Kata orang yang dipukuli
"
"Gebak gebuk masih terus berlanjut sampai beberapa orang pemuda datang. Mereka yang berhasil melerai Bang Dino. Gue lihat lawannya uda bonyok gak karuan. Bibir, hidung, pokoknya ada darah aja di mukanya. Puas rasanya gue
.Gue gak ngerti apa yang dibilang pemuda-pemuda yang barusan datang itu, karena mereka komunikasi pakai bahasa Jawa (saat itu gue belum ngerti bahasa ini). Bang Dedy berbisik ke gue.
"Kau ikut bang Dino" Katanya
"Kemana
""Itu bang Din mau dibawa ke Pak RT"
"
""Ikut aja apa yang dibilang bang Dino"
Gue kaget setengah mati. Gimana gak kaget coba, masalah ini bakal berujung ke pihak keamanan kampung, bisa-bisa masalah ini juga bakal sampai ke kepolisian setempat. Tapi saat itu, gue gak terlalu mikirin hal ini, karena emang gue uda siap mental kalo gue harus cabut kuliah atau cabut dari kota ini. Pokoknya buat gue, dendam gue uda terbalas, apapun konsekuensinya. Sekarang dia tau gimana rasanya babak belur dipukulin orang.
Beberapa orang ikut digiring ke rumah pak RT (gue gak terlalu jelas, apa ini pak RT, lurah, RW, kepala keamanan, atau apa, tapi biar lebih mudah, bakal gue sebut pak RT aja). Disana kami duduk diteras rumah beliau. Ada satu orang dari penjaga futsal tersebut, dua orang temen si korban, bang Dino, gue, dan dua pemuda. Setau gue, si korban uda dibawa ke klinik terdekat buat diobati.
"Ini kenapa bisa ribut?" Kata pak RT membuka percakapan
"
"Semua diem, gak ada yang berani ngomong karena pak RT ini juga tampangnya sangar. Kumis dan brewoknya lebat banget.
"Mungkin ini penjaga futsalnya bisa cerita kronologisnya" Kata salah seorang pemuda
"Oh iya.."
Mulai lah dia bercerita dari yang awalnya bang Dino datang, terus berteriak dari pinggir lapangan menyuruh tiga orang keluar. Lalu ketika sudah keluar, pukulan langsung diberikan bang Dino tanpa ada penjelasan terlebih dahulu.
"Benar begitu?" tanya pak RT kepada bang Dino sambil mengepulkan asap rokok kreteknya
"Iya Pak"
"Mau jadi jagoan sampeyan?!" Suaranya mulai meninggi
Gue harus ngomong sekarang. Gue harus jujur kalo ini masalah gue dengan si korban dan Bang Dino itu cuman ngebantuin gue. Tapi lidah gue kaku. Gue ciut setelah suara pak RT mulai meninggi barusan.
Suasana hening...
"Jawab!" bentak pak RT
"
""Ini masalah pribadi Pak" Jawab bang Dino
"
""Masalah apa?" Suara pak RT datar tapi menakutkan
Terdengar bang Dino menarik nafasnya lalu menghembuskannya. Gue menangkap kode ini. Gue pikir ini kode dari bang Dino supaya gue ngomong. Eh ternyata...
"Dia rudapaksa adik perempuan saya!" Kata bang Din cepat
"
"Gue terkejut, pak RT terkejut, teman korban terkejut, apalagi pemuda yang menggiring kami. Semua terkejut.
"Terus kenapa sampeyan main hakim sendiri? Tidak lapor polisi dulu?" pas RT mulai kepo
"Sudah Pak, tapi tidak ada bukti, jadi dia tidak bisa ditangkap"
"Adik perempuan sampeyan sekarang dimana?" tanya pak RT lagi
...
Kesan karisma dan menakutkan dari pak RT tiba-tiba luntur dari benak gue. Ternyata beliau kepo. Pertanyaan demi pertanyaan dilontarkan. Bang Dino dengan cerdiknya menjawab semua pertanyaan tersebut diikuti dengan penekanan dan gaya sedihnya. Yang lain juga terlihat penasaran. Cuman gue yang blongo.
"Kalian temannya korban kan? Benar begitu?" tanya pak RT
"Saya kurang tau pak
" Kata teman 1"Saya juga pak
" Kata teman 2"Ya sudah, kalian pulang, sebelumnya saya minta KTP kamu nak Dino untuk saya foto. Gapapa, tidak usah sedih. Saya dukung kamu. Orang seperti itu memang harus diberi pelajaran. Kalau nanti ada pihak keamanan yang datang, Saya bantu menjelaskan." Kata pak RT bijaksana
Semua balik setelah pak RT memfoto KTP bang Din dengan ponselnya. Saat di motor, bang Dino ngomong ke gue
"Sori jek, cuman satu tadi yang abang pukul, masih sisa dua lagi"
"Waduh, gak usah bang, makasih banyak loh bang" Kata gue
"Halah, sesama anak kost harus saling membantu
""Tapi bisa sampai begini urusannya bang hahaha" Kata gue lagi
"Untung kau diam-diam aja tadi, tiba-tiba kepikiran aja tadi mau ngomong begitu hahaha"
Ternyata rencana awalnya adalah, bang Dino uda sms teman-temannya buat datang ikut bantuin. Teman-teman disini bukan cuman anak kost, tapi emang temennya yang sesama preman. Bang Din emang mantan preman yang sudah meninggalkan "tahta"nya (kira-kira begitulah cerita yang gue dapat dari anak kostan). Tapi ternyata temennya telat, setelah kita digiring baru mereka pada berdatangan. Pas kita baru masuk ke arena futsalnya mau nyari masalah, uda ada beberapa teman bang Dino yang nongkrong di parkiran. Bang Dino pikir cukup, eh ternyata mereka sibuk nahan massa didepan yang mau ikut masuk buat ngeliat.
Spoiler for deskripsi bang Dino:
Gue cuman bisa ketawa-ketawa nyengir kalo memikirkan kejadian tadi. Mulai dari gue terlibat di tragedi futsal, terus sepeda gue hilang, eh sekarang malah jadi "perawan" yang hilang.


jenggalasunyi dan 7 lainnya memberi reputasi
8
