Kaskus

Story

pujangga1000Avatar border
TS
pujangga1000
Kelakuan Anak Kuliah
Kelakuan Anak Kuliah

Takut mati? Jangan hidup ~
Takut hidup? Mati saja... - Anak kostan

Quote:

Quote:

Buat ngobrol santai
(click!)Kamar 3A

Quote:


emoticon-rainbow----------------------------------------------------------------------------------emoticon-rainbow

emoticon-rainbow========================================emoticon-rainbow


pujangga1000
Diubah oleh pujangga1000 19-09-2016 03:37
faeyzarbnAvatar border
hllowrld23Avatar border
yusrillllllAvatar border
yusrillllll dan 23 lainnya memberi reputasi
22
3.9M
7.4K
Thread Digembok
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
Stories from the Heart
KASKUS Official
32.7KThread51.8KAnggota
Tampilkan semua post
pujangga1000Avatar border
TS
pujangga1000
#627
Surat Peringatan 1
Gue pikir gue bakal diceramahi oleh Ibu kost gue, secara dia orangnya uda tergolong sepuh. Mungkin sekitar 60an tahun. Tapi ternyata dia berlalu melewati gue dan menasehati gue supaya gak berantem lagi. Gue masuk ke dalam kamar.

Sebenarnya gue masih kesal. Kesal dengan semuanya. Pertama, gue kesal kenapa gue bonyok melulu dipukul mereka. Dua kali gue terkapar. Dua kali juga gue babak belur. Kedua, gue kesal karena duit bulanan gue habis buat berobat ke dokter. Ketiga, gue kesel karena gue dihina miskin. Ya memang gue gak punya apa-apa. Makanya itu, gue sekarang berusaha untuk meraih title, agar masa depan gue dan nyokap gue lebih baik dari sekarang. Gue benci banget kata-kata wanita jal*ng barusan. Tapi apa daya, itu kenyataan dan gue gak bisa apa-apa.

Gue cerita semuanya ke teman-teman kostan gue. Mereka juga emosi mendengar hal itu. Yang paling emosi adalah bang Arthur dan bang Dino. Mereka berdua meminta gue cari info tentang siapa saja yang mukulin gue. Katanya mereka mau balas dendam. Well, gue pikir disini mereka cuman sok jagoan doank. Jadi cuman gue anggap angin lalu dan gak gue hirauin. Tapi dalam hati gue, gue emang menyimpan dendam.

***
Besok paginya gue terbangun oleh sms dari dosen pembimbing akademik gue. Beliau meminta gue menemui dia kalau bisa pagi ini atau paling lambat siang ini. Selain itu, ada juga sms dari Wawan yang bilang bakal jemput gue sekitar jam 10 buat belajar bareng di rumah Una. Gue pikir daripada gue harus jalan ke kampus dalam kondisi begini, jadi gue minta tolong Wawan buat jemput gue ke kampus buat ketemu sama dosen gue bentar.

***
"Boy, siap-siap, bentar lagi gue jemput" emoticon-mail dari Wawan
"yooo" emoticon-mail to Wawan

Sekarang Wawan uda pindah kostan deket daerah kostan gue. Alasannya biar hemat ongkos pas antar jemput Widya. Dulu Wawan tinggal di jalan Magelang Utara, sedangkan Widya tinggal di jakal km 5. Kampus kita di bulak sumur. Buat yang tinggal di Jogja, bisa kebayang donk berapa liter bensin yang dia habisin buat jemput pacar terus ke kampus emoticon-Hammer (S)

"gue uda dibawah" emoticon-mail dari Wawan

Gue pun turun dan gue liat disana ada dua motor, satunya Wawan dan satu lagi ternyata Widya.

"Muka lo kenapa lagi tuh boy?" tanya Wawan
"Biasa, digebukin lagi gue kemarin" jelas gue
"Parah, mau gue bantuin balas gak?" tanya gue

"Kamu malah manas-manasin sih yank? emoticon-Mad (S) " Kata Widya sambil nyubit Wawan
"Yauda yuk, ngobrol dijalan aja" Kata gue

Gue yakin ni bocah juga cuman sok jagoan doank. Gue uda pernah cerita kan kalo angkatan gue cuman ada 17 cowok? Dan setelah gue melihat gaya dan pergaulan mereka, gue yakin mereka gak punya riwayat berantem sebelumnya. Jadi gue pikir sia-sia kalo gue minta bantuan mereka.

emoticon-Bingung


Setibanya gue dikampus, gue langsung buru-buru menuju kantor dosen gue. Wawan dan Widya menunggu didepan, sementara gue masuk menemui dosen gue. Ternyata kabar mengenai gue berantem sampai ke telinga dosen gue. Entah bagaimana caranya, yang jelas saat itu gue diberikan selembar kertas HVS dengan kop surat dari fakultas gue dan tertanda dari wakil dekan bagian kemahasiswaan. Gue baca sekilas surat itu, lalu gue tertunduk lemas.

“Ini surat peringatan buat kamu. Kalau kamu dapat tiga kali surat peringatan, kamu bakal dikeluarkan dari kampus. Ibu harap ini yang pertama dan terakhir. Ibu rasa kamu sudah dewasa dan tidak perlu melakukan tindakan ceroboh seperti ini lagi. Kamu mengerti?” Kata dosen gue
“Mengerti Bu” Jawab gue pasrah
“Kalau begitu, silahkan kamu keluar.”

Saat itu yang ada dipikiran gue adalah mencari Icung ataupun teman-temannya. Gue gak peduli kondisi gue yang penuh jahitan. Gue rasanya ingin sekali memberi sebuah bogem mentah dimuka mereka.

Saat gue keluar, kebetulan disana ada Adit dan satu orang teman gue yang sedang ngobrol dengan Wawan dan Widya.

“Kenapa boy?” Tanya Wawan
“Noh.. emoticon-Mad“ Kata gue menunjukkan surat tadi

Mereka membaca sejenak lalu

“Ihhh, kenapa jadi gini sih Jek?” Kata Widya
“Entah.. aku gak ikut kerumah Una dulu ya” Kata gue
“Loh? Lu mau kemana? emoticon-Confused ” Tanya Wawan

“Gue mau nyari si anj*ng itu. Mau gue hajar. Bangs*t tuh orang” Kata gue kesal

“Eitss, sabar, gak bakal selesai, yang ada lu dikeluarin entar boy” Kata Wawan ke gue

“Bodo amat gue emoticon-Mad” Kata gue

"Kamu berantem sama Icung anak (menyebut jurusan) itu Jek??" Tanya Adit
"Iya, yang tempo hari main futsal lawan kita itu" Kata gue

"Udah, mending gak usah Jek. Sia-sia.." Kata Adit
" emoticon-Bingung (S) "

"Bapaknya punya pangkat. Katanya sih Dekan kita dulu satu angkatan sama bapaknya. Ini juga aku yakin bapaknya yang minta kamu dikasih surat begini" penjelasan Adit
" emoticon-Shutup "

Saat itu, yang awalnya gue uda terbakar emosi sendiri, tiba-tiba gue sadar kalau semua yang gue lakuin bakal berakibat bodoh buat diri gue sendiri. Gimana gue bisa melawan? Satu lawan satu mungkin gue menang. Tapi emang real world peduli dengan hal ini? Sayangnya tidak...
emoticon-norose
sormin180
itkgid
jenggalasunyi
jenggalasunyi dan 8 lainnya memberi reputasi
9
Ikuti KASKUS di
© 2025 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.