Setiap waktu bersamanya adalah saat dimana degup jantungku berpacu. Ketika kami bergerak penuh tenaga, hatiku terasa berbunga. Dia mengerang, menjerit keras, dan aku menikmati suaranya hingga jeritan puncak. Sarah..

Kita bukan sedang ngomongin cewek meski ada perkara jerit-menjerit. Kita sedang ngomongin masalah motor. Jangan salah, tidak hanya cewek yang suka menjerit. Ketika kau memutar grip gas motormu hingga maksimal, maka jeritan khas akan keluar berdendang. Kita sedang bicara soal Sarah. My bike.

Pada zaman dahulu kala ketika angkot sedang eksis-eksisnya, diriku ini sudah kelas 3 sma. Diantara banyak teman-teman cowok cuma aku yang masih jadi penunggang angkot sejati. Pada umur segitu, tidak memiliki motor sendiri adalah penyebab kegalauan nomor dua. Apa nomor satunya? JOMBLO.

Buat cowok, kegalauan karena tak punya pacar itu bisa diobati dengan adanya motor. Motor itu adalah BPJS, Barang Penolong Jomblo Sejati. Ketika liat temannya berpegangan tangan sama ceweknya, kita orang juga pegangan sama grip stang. Kalau teman kita lagi ngelus-ngelus rambutnya pacar, kita juga bisa ngelus-ngelus jok motor kita. Itung-itung biar licin, IYKWIM. Kalau teman lagi jalan-jalan bareng pacar, kita jalan-jalan bareng motor. Kalau teman suap-suapan makanan sama pacar, kita juga bisa suap-suapan bensin asalkan kita orang anggota debus. Pendek kata motor bisa jadi pengganti pacar, tapi pacar belum tentu bisa jadi pengganti motor. Kok bisa? Ya bisa, coba aja kamu naikin pacarmu sambil jalan-jalan bisa gak? Gak kan? Kecuali.. ah, sudahlah..

Nah, kembali ke main topik. Diriku ini bermuram durja karena sudah jomblo, ngangkot lagi. Meskipun begitu aku tetap sabar dan tawakal karena kata Mama anak yang sabar disayang Tuhan. Bagus kan? Iya bagus, asalkan jangan cepat dipanggil Tuhan. Namun, cinta itu ibarat ulangan dadakan. Kita tak pernah tau datangnya kapan.

Aku ingat betul saat itu aku sedang nongkrong di parkiran sekolah. Bukan karena aku tukang parkir, tapi lebih karena maksud hati membonceng motor kawan untuk pulang. Lumayan kan buat penghematan. Saat itulah aku melihatnya, Sarah. Dia begitu beda dan anti mainstream dibandingkan motor yang lain. Bodynya yang langsing dan seksi menggairahkan. Kaki-kakinya yang jenjang membuatku menelan ludah. Wajahnya begitu anggun dengan perpaduan baju bercorak kalem. Sungguh aku jatuh hati, jatuh sejatuh-jatuhnya. Ketika si pemilik motor menyalakannya, sungguh aduhai suara yang keluar dari knalpotnya. Aku terpesona pada motor keluaran pabrik Suzuki itu.

Maka ketika aku pulang, disusunlah rencana untuk pergi menemui menteri keuangan sembari mengajukan proposal pengajuan kendaraan pribadi. Sungguh bahagia hati ini ketika proposal di-acc. Hatiku riang gembira tak ada logika dipeluk Agnes Monika.

Hari-hari penantian berjalan hingga tiba suatu siang di sekolah. Ada sms masuk dari Babe.

"Motormu udah datang."

"Motor apa?"

"Suzuki."

Hatiku berdebar. Akankah aku bertemu dengan Sarah? Apakah pujaan hati akan menjadi milikku?