- Beranda
- Stories from the Heart
BUNGA "PERTAMA" DAN "TERAKHIR"
...
TS
javiee
BUNGA "PERTAMA" DAN "TERAKHIR"

Spoiler for RULES:
INTRO
Perkenalkan, nama gw Raden Fajar Putro Mangkudiningrat Laksana...Bohong deng, kepanjangan...sebut aja gw Fajar. Tinggi 175 cm berat 58kg. bisa disebut kurus karena tinggi dan berat badan gw ga proposional.
. Gw ROCKER...!! Pastinya Rocker Kelaparan.Gw terlahir dari keluarga biasa saja yang serba "Cukup". dalam arti "cukup" buat beli rumah gedongan, "cukup" buat beli mobil Mewah sekelas Mercy. (ini jelas jelas bohong). yang pasti gw bersyukur dilahirkan dari keluarga ini.
Gw Anak pertama dari 3 bersaudara. Adik adik gw semuanya perempuan. Gw keturunan Janda alias Jawa Sunda. Bokap asli dari Jepara bumi Kartini. Tempatnya para pengrajin kayu yang terkenal di Nusantara bahkan diakui oleh Dunia. Tapi bokap gw bukan pengusaha mebel seperti kebanyakan orang Jepara. Nyokap gw asli Sumedang Kota yang terkenal dengan TAHU nya. Tapi wajahnya sama sekali nggak mirip tahu ya. Sunda tulen nan cantik jelita. Beliau bidadari gw nomer "1" di dunia ini.
Spoiler for INDEKS:
Spoiler for INDEKSII:
Diubah oleh javiee 06-04-2015 23:49
manusia.baperan dan 4 lainnya memberi reputasi
3
728.7K
2.9K
Thread Digembok
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
32.7KThread•52KAnggota
Tampilkan semua post
TS
javiee
#1785
PART 82
Gw masih mematung di depan etalase, menatap Bunga yang perlahan lahan menghampiri gw sambil menenteng barang itu. Gw pasrah, ditambah raut wajahnya dingin sekali tanpa ekspresi kehangatan yang biasa dia pancarkan. Kemudian dia berdiri di hadapan gw, mata kami saling beradu pandang, dan gw semakin pasrah ketika dia menjulurkan barang itu ke hadapan gw.
"Ini..." Ucapnya.
"........" Gw masih bengong terus menatap matanya.
"Ini...Kamu liat nih!"
"Kenapa?" Tanya gw pelan.
"Huuuh liat nih yank kaca figuranya pecah...hiks."
"Hah?"
"Dipecahin sama Puput. Kesenggol sama dia terus jatoh." Ujarnya merengek.
"......." Gw bengong.
"iih, kamu tuh kenapa sih malah bengong aja!"
"Ka...ka...Kamu bukan mau balikin ini kan?"
"Ya ampun nggak lah ini kan punya aku!! Kamu ga liat apa? ini kacanya pecah." Ujarnya sambil manyun.
Darrrr......
Gw ketipu....
Gw kecele....
Reader juga....
Seketika kepanikan gw, kekalutan gw, kepasrahan gw hilang begitu saja. Ternyata dia bukan mau balikin tu barang, yang ada dia ngadu ke gw kalau kaca figuranya pecah. Ya tuhan, ampuni hamba yang sudah berburuk sangka padanya. Kemudian Bunga duduk bersila di lantai, lalu melepas jaket kulitnya.
"Nanti kita betulin ini ya..."
"Iya Bunga..."
"Tapi kemana?"
"Ya ke tukang kaca lah. Kan cuma kacanya doang yang pecah. Masa ke tukang potokopi"
"Hehehe...." Dia tertawa.
Lega, itulah yang gw rasakan ketika gw dihadapkan dengan senyuman manisnya. Senang? Tentu saja gw senang sebab gw sudah bisa bercengkrama lagi dengannya. Gw segera duduk disampingnya sementara mata gw tak pernah lepas dari wajah cantiknya. Bidadari gw yang satu ini sedikit berubah, dia jadi lebih kurus dari sebelumnya. Mungkin efek ketika dia sakit kemarin. Tapi nggak ngaruh, dia tetep cantik dan gw kangen banget sama dia.
"Yank maaf ya...." Ucapnya lembut.
"Maaf untuk?"
"Masalah yang kemarin."
"Maafin aku juga ya."
"He'emm..."
"Oya, Boleh aku nanya?"
"Apa?"
"Sejauh apa sih kamu sama Mr. Bono?"
"........" Bunga hanya tersenyum.
"Jawab dong!" Paksa gw
"Dah nggak usah dibahas lagi..." Ucapnya cuek.
"Tapi kan kamu belum jelasin apa apa ke aku."
"Sssttt!! Udah pokoknya aku ga mau bahas!!"
"Tapi kan??"
"Pokoknya aku nggak mau!."
"Bunga.....?"
"Bisa nggak, jangan paksa aku?"
"Ya...."
Bunga tetep kekeuh nggak mau jelasin siapa itu Mr. Bono. Cowo yang berperan sebagai benang merah dalam permasalahan ini. Lantas hati gw jadi penuh tanda tanya. Kenapa? Mengapa? Bukankah tadi dia sudah mengeluarkan kata maaf? Lalu sekarang, kenapa harus ada rahasia lagi? Yasudah lah, gw nggak bisa maksa dia untuk bicara, yang terpenting Bunga masih ada disini, disamping gw. Walaupun perasaan gw sedikit nggak tenang, perkara hati siapa yang tahu?
Kemudian Bunga minta izin pada gw untuk ke kamar mandi. Gw mengantarkannya hanya sampai pintu kamar mandi, nggak masuk. Bahaya! Lalu gw kembali ke warung melayani pembeli. Tak lama kemudian gw dengar Bunga memanggil gw dari ruang tengah. Beres melayani pembeli, gw pun langsung buru buru menghampirinya.
"Ada apa?"
"Hehe kamu sini dong..."
"Yee ngapain? Warung nggak ada yang nunggu."
"Sebentaar aja..." Ucapnya manja.
"Apaan sih?"
Bunga mengulurkan tangannya, menarik tangan gw untuk duduk disampingnya. Dia tidak melepas genggaman itu dari tangan gw, justru tangan gw malah ditimang timang seperti maenan barbie. Gw nggak ngerti saat itu dia mau apa. Yang gw tahu, matanya berbinar sementara pipinya memerah. Tiba tiba, "HAP..." gw dipeluk sama dia. Gw nggak ngelak, gw biarkan dia seperti itu. Tapi lama kelamaan gw jadi nggak nyaman, gw takut dia nyium bau tak sedap yang melekat di badan gw. Ya, gw belum mandi. Tapi dia terus memeluk gw. Mungkin dia lagi pilek jadi penciumannya terganggu, fikir gw.
Lalu kejadian yang tak disangka sangka pun terjadi. Entah Bunga kenapa, entah dia kerasukan setan darimana, tiba tiba dia langsung nyosor bibir gw mirip 'soang'. Gw membalasnya, dan kamipun bercumbu. Panas, hot dan menggairahkan. Jantung gw berdetak cepat sekali, tubuh gw serasa disetrum listrik ribuan volt. Tanpa sadar kami pun terhanyut, cukup lama kami bercumbu seakan akan salah satu dari kami enggan untuk melepaskan. Hingga akhirnya sebuah teriakan berhasil mengehentikan aktivitas kami berdua.
"Beliiiiiiiiii......"
Gw langsung melepas Bunga, berjalan pelan ke arah warung lalu melayani abang ojek membeli sebungkus rokok. Gw pegangin bibir gw, basah. Gw pegang dada kiri gw, dag dig dug. Gw masih mematung di warung mengatur nafas gw yang memburu, serta detak jantung gw yang nggak beraturan. Ternyata begini rasanya french kiss, dan ini pengalaman pertama gw. Tapi gw heran, Bunga kenapa? Nggak biasanya dia begini. Kenapa tiba tiba jadi napsu banget sama gw.
Kemudian gw kembali lagi ke ruang tengah. Posisi Bunga masih sama seperti tadi, duduk bersandar pada sofa buluk. Gw kembali duduk disampingnya, lalu Bunga merapatkan duduknya ke arah gw, dan dia nyosor gw lagi. Gw menghindar sambil menahan pundaknya agar tidak maju lebih dekat ke arah gw.
"Eeits, stop!! Kamu kenapa?"
"........." Dia hanya menggeleng. Kemudian nyosor lagi.
"Enggak Bunga! Udah! Cukup!"
"Kenapa?? Tanya dia.
"Kamu yang kenapa??" Gw bertanya balik.
"........" Dia diam.
Kemudian gw pegang kedua sisi pipinya dengan telapak tangan gw. Menatap dalam dalam kedua bola matanya yang terlihat sayu.
"Aku cium kamu disini aja ya..."
"Cup...." Gw mengecup keningnya.
"Jangan disini...." Gw menunjuk bibir.
"......."
"Nggak boleh...."
"......"
"Nanti keterusan. Bahaya!"
Seketika matanya berubah menjadi berkaca kaca, terlihat pula gumpalan air di ujung kelopak matanya. Dan, "serrr" air mata itu mengalir pelan membasahi pipinya. Gw masih diam terus menatap matanya, mencoba menterjemahkan maksud dari air mata itu. Gw bingung, gw nggak ngerti. Ada apa ini?
"Kamu kenapa?" Tanya gw.
"......" Dia hanya menggeleng.
"Ada masalah? Cerita lah...."
"Nggak, nggak ada apa apa." Jawabnya pelan.
"Nggak ada apa apa tapi nangis...."
Dia tak menghiraukan perkataan gw lantas kembali memeluk gw. Erat sekali. Kemudian dia berbisik,
"Aku sayang kamu..." Ucapnya.
"Iya, aku juga sayang kamu." Balas gw.
"Makasih ya tadi kamu nggak bales nyium aku."
"......"
"Dengan cara kamu nolak aku barusan, sekarang aku jadi yakin, kamu pasti jagain aku. Menjaga apapun yang ada di dalem diri aku. Makasih ya...." Ucapnya.
"......." Gw mengangguk pelan.
Ya, gw faham maksudnya dia. Gw mengerti perkataan dia. Dia cuma mau mancing gw, tapi gw nggak kepancing sama sekali. Mungkin karena gw cupu banget. Ya, cupu! Kalaupun emang gw brengsek, pastinya sedari tadi warung udah gw tutup, terus bobo manis deh sama Bunga. Apalagi suasana rumah mendukung, nggak ada orang lagi kecuali kami berdua. Sayangnya level brengsek gw masih rendah, jadi hal yang diinginkan itu tidak terlaksana. Alhamdulillah gw masih perjaka. Haha
"Beliiii....." Suara teriakan dari warung.
"Yuu kita ke warung lagi. Temenin aku jaga warung..." Ajak gw
"Iya, hehe...." Dia tersenyum manis sekali.
"Nanti kamu bantuin aku nimbangin gula pasir yaa."
"Huuu kamu tuh....!!"
Akhirnya siang itu gw habiskan waktu menjaga warung berdua dengan Bunga. Kegiatan ini gw awali dengan menimbang minyak goreng, sementara Bunga menimbang gula pasir. Sesekali gw bercanda, tertawa bersama dengannya. Bukankah kegiatan ini jauh lebih menyenangkan daripada bercumbu membuat dosa? Ya, menurut gw sih begitu. Waktu sudah menunjukkan pukul 3 sore. Bapak gw, Bidadari No.1, dan adik adik gw sudah kembali pulang ke rumah.
"Eh ada mba Bunga. Disini dari kapan?" Tanya bidadari No.1
"Dari tadi siang 'Maah'...." Jawabnya lalu salim.
Dia nyebut 'Mah' ke bidadari No.1 dan itu sedikit membuat gw kaget. Selama ini dia biasa akrab memanggil beliau dengan sebutan 'tante'. Entah kenapa, mungkin Bunga menemukan sosok 'Ibu' yang lain di dalam diri bidadari No.1 gw. Mungkin juga Bunga sudah menganggap beliau seperti ibunya sendiri. Bagi lelaki macam gw, bisa melihat Ibu dan calon mantunya akrab, rasanya itu bahagia sekali. Dan gw juga bangga sama Bunga. Benar apa kata Dedi waktu itu, "Apa sih yang kurang dari dia?"
Kemudian warung gw serahkan kembali pada bidadari No.1 gw. Lantas gw langsung siap siap ambil jaket serta helm. Gw mau nganterin Bunga ke toko kaca sekitaran sini untuk mengganti kaca figura yang pecah. Setelah berkeliling hampir 15 menit, gw menepikan motor disebuah toko kaca. Oya, saat itu gw pake motornya Bunga, Honda Pario.
"Hore...Udah bener lagi." Ucapnya girang.
"Iya, abis ini kacanya dipecahin lagi ya!" Sindir gw.
"Hehe, nggak lah jangan sampe. Aku bakalan simpen baik baik biar nggak pecah lagi..." Ucapnya kemudian memeluk gambar sketsa itu.
Bisa dibayangkan kalau dia sangat menyayangi barang pemberian gw. Memang harganya tak seberapa, bisa dibilang murahan. Tapi ada sebuah makna yang mungkin tak ternilai harganya. Berhubung waktu sudah sore, kami pun memutuskan untuk pulang. Bunga mengantar gw dulu ke rumah, setelah itu dia pamit pada gw serta orangtua gw untuk pulang juga. Gw fikir dia nggak bisa bawa motor sebab gw nggak pernah liat dia bawa motor. Nyatanya dia langsung tancep gas sampe standing dan terbang. Persis seperti yang diucapkan Iwan Pales lewat lagu Oemar Bakrie.
Gw masuk ke dalam rumah, membakar sebatang rokok, ngambil handuk, lalu menuju jamban. Kata orang, modol sambil ngerokok itu nikmat dan gw setuju dengan pendapat mereka. Ketika tengah sibuk 'ngahejeut', gw kembali memikirkan permasalahan antara gw dan Bunga. Sampai detik itu Bunga belum cerita tentang Mr.Bono pada gw. Gw perlu tau, sedangkan gw belum tau apa apa. Jelas, hal itu masih mengganjal di dalam hati ini. Bahkan isi perut gw ikutan terganjal, sampai sampai gw jadi 'hese modol'.
"Ini..." Ucapnya.
"........" Gw masih bengong terus menatap matanya.
"Ini...Kamu liat nih!"
"Kenapa?" Tanya gw pelan.
"Huuuh liat nih yank kaca figuranya pecah...hiks."
"Hah?"
"Dipecahin sama Puput. Kesenggol sama dia terus jatoh." Ujarnya merengek.
"......." Gw bengong.
"iih, kamu tuh kenapa sih malah bengong aja!"
"Ka...ka...Kamu bukan mau balikin ini kan?"
"Ya ampun nggak lah ini kan punya aku!! Kamu ga liat apa? ini kacanya pecah." Ujarnya sambil manyun.
Darrrr......
Gw ketipu....
Gw kecele....
Reader juga....
Seketika kepanikan gw, kekalutan gw, kepasrahan gw hilang begitu saja. Ternyata dia bukan mau balikin tu barang, yang ada dia ngadu ke gw kalau kaca figuranya pecah. Ya tuhan, ampuni hamba yang sudah berburuk sangka padanya. Kemudian Bunga duduk bersila di lantai, lalu melepas jaket kulitnya.
"Nanti kita betulin ini ya..."
"Iya Bunga..."
"Tapi kemana?"
"Ya ke tukang kaca lah. Kan cuma kacanya doang yang pecah. Masa ke tukang potokopi"
"Hehehe...." Dia tertawa.
Lega, itulah yang gw rasakan ketika gw dihadapkan dengan senyuman manisnya. Senang? Tentu saja gw senang sebab gw sudah bisa bercengkrama lagi dengannya. Gw segera duduk disampingnya sementara mata gw tak pernah lepas dari wajah cantiknya. Bidadari gw yang satu ini sedikit berubah, dia jadi lebih kurus dari sebelumnya. Mungkin efek ketika dia sakit kemarin. Tapi nggak ngaruh, dia tetep cantik dan gw kangen banget sama dia.
"Yank maaf ya...." Ucapnya lembut.
"Maaf untuk?"
"Masalah yang kemarin."
"Maafin aku juga ya."
"He'emm..."
"Oya, Boleh aku nanya?"
"Apa?"
"Sejauh apa sih kamu sama Mr. Bono?"
"........" Bunga hanya tersenyum.
"Jawab dong!" Paksa gw
"Dah nggak usah dibahas lagi..." Ucapnya cuek.
"Tapi kan kamu belum jelasin apa apa ke aku."
"Sssttt!! Udah pokoknya aku ga mau bahas!!"
"Tapi kan??"
"Pokoknya aku nggak mau!."
"Bunga.....?"
"Bisa nggak, jangan paksa aku?"
"Ya...."
Bunga tetep kekeuh nggak mau jelasin siapa itu Mr. Bono. Cowo yang berperan sebagai benang merah dalam permasalahan ini. Lantas hati gw jadi penuh tanda tanya. Kenapa? Mengapa? Bukankah tadi dia sudah mengeluarkan kata maaf? Lalu sekarang, kenapa harus ada rahasia lagi? Yasudah lah, gw nggak bisa maksa dia untuk bicara, yang terpenting Bunga masih ada disini, disamping gw. Walaupun perasaan gw sedikit nggak tenang, perkara hati siapa yang tahu?
Kemudian Bunga minta izin pada gw untuk ke kamar mandi. Gw mengantarkannya hanya sampai pintu kamar mandi, nggak masuk. Bahaya! Lalu gw kembali ke warung melayani pembeli. Tak lama kemudian gw dengar Bunga memanggil gw dari ruang tengah. Beres melayani pembeli, gw pun langsung buru buru menghampirinya.
"Ada apa?"
"Hehe kamu sini dong..."
"Yee ngapain? Warung nggak ada yang nunggu."
"Sebentaar aja..." Ucapnya manja.
"Apaan sih?"
Bunga mengulurkan tangannya, menarik tangan gw untuk duduk disampingnya. Dia tidak melepas genggaman itu dari tangan gw, justru tangan gw malah ditimang timang seperti maenan barbie. Gw nggak ngerti saat itu dia mau apa. Yang gw tahu, matanya berbinar sementara pipinya memerah. Tiba tiba, "HAP..." gw dipeluk sama dia. Gw nggak ngelak, gw biarkan dia seperti itu. Tapi lama kelamaan gw jadi nggak nyaman, gw takut dia nyium bau tak sedap yang melekat di badan gw. Ya, gw belum mandi. Tapi dia terus memeluk gw. Mungkin dia lagi pilek jadi penciumannya terganggu, fikir gw.
Lalu kejadian yang tak disangka sangka pun terjadi. Entah Bunga kenapa, entah dia kerasukan setan darimana, tiba tiba dia langsung nyosor bibir gw mirip 'soang'. Gw membalasnya, dan kamipun bercumbu. Panas, hot dan menggairahkan. Jantung gw berdetak cepat sekali, tubuh gw serasa disetrum listrik ribuan volt. Tanpa sadar kami pun terhanyut, cukup lama kami bercumbu seakan akan salah satu dari kami enggan untuk melepaskan. Hingga akhirnya sebuah teriakan berhasil mengehentikan aktivitas kami berdua.
"Beliiiiiiiiii......"
Gw langsung melepas Bunga, berjalan pelan ke arah warung lalu melayani abang ojek membeli sebungkus rokok. Gw pegangin bibir gw, basah. Gw pegang dada kiri gw, dag dig dug. Gw masih mematung di warung mengatur nafas gw yang memburu, serta detak jantung gw yang nggak beraturan. Ternyata begini rasanya french kiss, dan ini pengalaman pertama gw. Tapi gw heran, Bunga kenapa? Nggak biasanya dia begini. Kenapa tiba tiba jadi napsu banget sama gw.
Kemudian gw kembali lagi ke ruang tengah. Posisi Bunga masih sama seperti tadi, duduk bersandar pada sofa buluk. Gw kembali duduk disampingnya, lalu Bunga merapatkan duduknya ke arah gw, dan dia nyosor gw lagi. Gw menghindar sambil menahan pundaknya agar tidak maju lebih dekat ke arah gw.
"Eeits, stop!! Kamu kenapa?"
"........." Dia hanya menggeleng. Kemudian nyosor lagi.
"Enggak Bunga! Udah! Cukup!"
"Kenapa?? Tanya dia.
"Kamu yang kenapa??" Gw bertanya balik.
"........" Dia diam.
Kemudian gw pegang kedua sisi pipinya dengan telapak tangan gw. Menatap dalam dalam kedua bola matanya yang terlihat sayu.
"Aku cium kamu disini aja ya..."
"Cup...." Gw mengecup keningnya.
"Jangan disini...." Gw menunjuk bibir.
"......."
"Nggak boleh...."
"......"
"Nanti keterusan. Bahaya!"
Seketika matanya berubah menjadi berkaca kaca, terlihat pula gumpalan air di ujung kelopak matanya. Dan, "serrr" air mata itu mengalir pelan membasahi pipinya. Gw masih diam terus menatap matanya, mencoba menterjemahkan maksud dari air mata itu. Gw bingung, gw nggak ngerti. Ada apa ini?
"Kamu kenapa?" Tanya gw.
"......" Dia hanya menggeleng.
"Ada masalah? Cerita lah...."
"Nggak, nggak ada apa apa." Jawabnya pelan.
"Nggak ada apa apa tapi nangis...."
Dia tak menghiraukan perkataan gw lantas kembali memeluk gw. Erat sekali. Kemudian dia berbisik,
"Aku sayang kamu..." Ucapnya.
"Iya, aku juga sayang kamu." Balas gw.
"Makasih ya tadi kamu nggak bales nyium aku."
"......"
"Dengan cara kamu nolak aku barusan, sekarang aku jadi yakin, kamu pasti jagain aku. Menjaga apapun yang ada di dalem diri aku. Makasih ya...." Ucapnya.
"......." Gw mengangguk pelan.
Ya, gw faham maksudnya dia. Gw mengerti perkataan dia. Dia cuma mau mancing gw, tapi gw nggak kepancing sama sekali. Mungkin karena gw cupu banget. Ya, cupu! Kalaupun emang gw brengsek, pastinya sedari tadi warung udah gw tutup, terus bobo manis deh sama Bunga. Apalagi suasana rumah mendukung, nggak ada orang lagi kecuali kami berdua. Sayangnya level brengsek gw masih rendah, jadi hal yang diinginkan itu tidak terlaksana. Alhamdulillah gw masih perjaka. Haha
"Beliiii....." Suara teriakan dari warung.
"Yuu kita ke warung lagi. Temenin aku jaga warung..." Ajak gw
"Iya, hehe...." Dia tersenyum manis sekali.
"Nanti kamu bantuin aku nimbangin gula pasir yaa."
"Huuu kamu tuh....!!"
Akhirnya siang itu gw habiskan waktu menjaga warung berdua dengan Bunga. Kegiatan ini gw awali dengan menimbang minyak goreng, sementara Bunga menimbang gula pasir. Sesekali gw bercanda, tertawa bersama dengannya. Bukankah kegiatan ini jauh lebih menyenangkan daripada bercumbu membuat dosa? Ya, menurut gw sih begitu. Waktu sudah menunjukkan pukul 3 sore. Bapak gw, Bidadari No.1, dan adik adik gw sudah kembali pulang ke rumah.
"Eh ada mba Bunga. Disini dari kapan?" Tanya bidadari No.1
"Dari tadi siang 'Maah'...." Jawabnya lalu salim.
Dia nyebut 'Mah' ke bidadari No.1 dan itu sedikit membuat gw kaget. Selama ini dia biasa akrab memanggil beliau dengan sebutan 'tante'. Entah kenapa, mungkin Bunga menemukan sosok 'Ibu' yang lain di dalam diri bidadari No.1 gw. Mungkin juga Bunga sudah menganggap beliau seperti ibunya sendiri. Bagi lelaki macam gw, bisa melihat Ibu dan calon mantunya akrab, rasanya itu bahagia sekali. Dan gw juga bangga sama Bunga. Benar apa kata Dedi waktu itu, "Apa sih yang kurang dari dia?"
Kemudian warung gw serahkan kembali pada bidadari No.1 gw. Lantas gw langsung siap siap ambil jaket serta helm. Gw mau nganterin Bunga ke toko kaca sekitaran sini untuk mengganti kaca figura yang pecah. Setelah berkeliling hampir 15 menit, gw menepikan motor disebuah toko kaca. Oya, saat itu gw pake motornya Bunga, Honda Pario.
"Hore...Udah bener lagi." Ucapnya girang.
"Iya, abis ini kacanya dipecahin lagi ya!" Sindir gw.
"Hehe, nggak lah jangan sampe. Aku bakalan simpen baik baik biar nggak pecah lagi..." Ucapnya kemudian memeluk gambar sketsa itu.
Bisa dibayangkan kalau dia sangat menyayangi barang pemberian gw. Memang harganya tak seberapa, bisa dibilang murahan. Tapi ada sebuah makna yang mungkin tak ternilai harganya. Berhubung waktu sudah sore, kami pun memutuskan untuk pulang. Bunga mengantar gw dulu ke rumah, setelah itu dia pamit pada gw serta orangtua gw untuk pulang juga. Gw fikir dia nggak bisa bawa motor sebab gw nggak pernah liat dia bawa motor. Nyatanya dia langsung tancep gas sampe standing dan terbang. Persis seperti yang diucapkan Iwan Pales lewat lagu Oemar Bakrie.
Gw masuk ke dalam rumah, membakar sebatang rokok, ngambil handuk, lalu menuju jamban. Kata orang, modol sambil ngerokok itu nikmat dan gw setuju dengan pendapat mereka. Ketika tengah sibuk 'ngahejeut', gw kembali memikirkan permasalahan antara gw dan Bunga. Sampai detik itu Bunga belum cerita tentang Mr.Bono pada gw. Gw perlu tau, sedangkan gw belum tau apa apa. Jelas, hal itu masih mengganjal di dalam hati ini. Bahkan isi perut gw ikutan terganjal, sampai sampai gw jadi 'hese modol'.
0