Kaskus

Story

rahanAvatar border
TS
rahan
Kereta terakhir ke kamar kita
Quote:
Diubah oleh rahan 17-02-2016 01:29
anasabilaAvatar border
anasabila memberi reputasi
1
28.8K
213
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
Stories from the Heart
KASKUS Official
32.7KThread1Anggota
Tampilkan semua post
rahanAvatar border
TS
rahan
#191
“Max.”

“Ya, Fio.”

Mereka baru saja menyelesaikan makan malam.

“Aku ada yang perlu dicari. Aku ga bawa apa-apa. Di mobil juga ga ada, soalnya tadinya aku pikir bakal langsung balik Jakarta lagi.”

“Oh ya udah kalo gitu. Ayo kita jalan sekarang.”

Max masuk ke kamarnya untuk mengambil jaket.

Lalu saat keluar kamar, ia mencari Mbok Asih di dapur.

“Mbok, aku sama Fiona mau keluar dulu ya. Ada yang mau dicari.”

“Oh iya, Pak.”

“Mbok ada mau titip apa?”

“Ah nggak ada pak. Keperluan saya masih cukup semua. Lagian nanti saya bisa beli sendiri kalo ke pasar, bapak ga usah repot-repot.”

“Ya udah. Saya pergi ya. Saya bawa motor. Ga bawa mobil mbok.”

“Ya Pak.”

Keluarlah Max dan Fiona dari rumah itu.

“Naik motor kita Max?”

“Mio. Biar romantis. Nih, pake helm kamu. Lagian pake mobil, macet ntar.” Max menyodorkan sebuah helm pada Fiona.

Motor pun segera meluncur dan mereka berdua melesat menembus jalanan Bandung yang malam itu begitu ramai.

Kendaraan lalu lalang dengan kecepatan pelan, tak berkutik melawan arus mobil yang terlampau padat.

Di satu perempatan yang tidak begitu ramai, lampu merah menyala.
Otomatis kendaraan pun terhenti dan motor yang mereka kendarai berada di posisi hentian terdepan.

“Max, aku boleh peluk nggak?”

“Namanya naik motor bukan pelukan, tapi pegangan.” jawab Max seraya tertawa.

“Bedanya apa?”

“Kalau pelukan itu hadap-hadapan.”

“Oh gitu ya, ya udah aku pegangan ya.”

Fiona pun mengeratkan dekapannya ke sang kekasih.

Lampu hijau.

Max menahan rasa senangnya, motor berjalan perlahan.

Dari arah yang dikira sudah aman, satu mobil Feroza hijau gelap melaju dengan kecepatan cukup tinggi melanggar lampu merah.

Max yang kaget, berupaya meloloskan dari tabrakan dengan mengencangkan tarikan gasnya, tapi apa daya, bagian belakang Mio masih terambil oleh hantaman laju mobil tersebut.

Tak ayal, motor, Fiona, dan Max, terhempas beberapa kali terbanting dan setelah beberapa kali putaran baru terhenti.

Semua tampak gelap bagi Max.

Cahaya-cahaya motor dan mobil lain membias blur dan seperti bergoyang tanah ia rasakan.

Pengendara di belakang yang berhenti, mulai keluar dari mobil atau turun dari motornya dan berkerumun mendekat.

Sementara Fiona tampak tergeletak beberapa meter darinya, dan gadis itu tak bergerak.

Max mengacuhkan luka dan nyeri di sekujur tubuhnya, hendak berdiri tapi ia terjatuh lagi karena pandangannya terlampau berkunang-kunang.

“Fiona!” Teriaknya.
0
Ikuti KASKUS di
© 2025 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.