Kaskus

Story

javieeAvatar border
TS
javiee
BUNGA "PERTAMA" DAN "TERAKHIR"
BUNGA "PERTAMA" DAN "TERAKHIR"


Spoiler for RULES:


BUNGA "PERTAMA" DAN "TERAKHIR"


INTRO

Perkenalkan, nama gw Raden Fajar Putro Mangkudiningrat Laksana...Bohong deng, kepanjangan...sebut aja gw Fajar. Tinggi 175 cm berat 58kg. bisa disebut kurus karena tinggi dan berat badan gw ga proposional. emoticon-Frown. Gw ROCKER...!! Pastinya Rocker Kelaparan.
Gw terlahir dari keluarga biasa saja yang serba "Cukup". dalam arti "cukup" buat beli rumah gedongan, "cukup" buat beli mobil Mewah sekelas Mercy. (ini jelas jelas bohong). yang pasti gw bersyukur dilahirkan dari keluarga ini.

Gw Anak pertama dari 3 bersaudara. Adik adik gw semuanya perempuan. Gw keturunan Janda alias Jawa Sunda. Bokap asli dari Jepara bumi Kartini. Tempatnya para pengrajin kayu yang terkenal di Nusantara bahkan diakui oleh Dunia. Tapi bokap gw bukan pengusaha mebel seperti kebanyakan orang Jepara. Nyokap gw asli Sumedang Kota yang terkenal dengan TAHU nya. Tapi wajahnya sama sekali nggak mirip tahu ya. Sunda tulen nan cantik jelita. Beliau bidadari gw nomer "1" di dunia ini.

Spoiler for INDEKS:


Spoiler for INDEKSII:
Diubah oleh javiee 06-04-2015 23:49
anasabilaAvatar border
nona212Avatar border
manusia.baperanAvatar border
manusia.baperan dan 4 lainnya memberi reputasi
3
728.7K
2.9K
Thread Digembok
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
Stories from the Heart
KASKUS Official
32.7KThread52KAnggota
Tampilkan semua post
javieeAvatar border
TS
javiee
#1756
PART 81
Gw masih disini, terduduk malas dihadapan karung gula 50 kilogram. Gw ambil kantong plastik kecil, memasukkan gula tersebut lalu gw timbang. Seperempat kilo, setengah kilo, dan satu kilo. Kemudian, gula pasir itu gw genggam dengan telapak tangan gw. Kata orang, cinta itu ibarat pasir. Bila semakin digenggam maka dia akan terlepas sendirinya. Tapi bagi gw, cinta itu ibarat gula pasir. Bila semakin digenggam memang hasilnya akan sama seperti pasir, terlepas sendirinya. Tapi, setelah gula pasir itu hilang dari tangan gw, apa yang gw rasakan? Manis? Ya itulah. Cinta ada bukan untuk digenggam, tapi cinta ada untuk dirasakan manisnya. Seperti sisa gula yang ada di telapak tangan gw ini. Nyam...nyam...gw kayak makan gulali.

Masih di tempat yang sama. Gw ambil sebatang cocolok cungur lalu membakarnya. Entahlah sedari tadi pagi gw sudah menghabiskan berapa batang rokok, tak terhitung. Hal ini gw lakukan untuk menutupi rasa gundah gw, gundah karena sudah hampir satu minggu ini tak ada kabar dari Bunga. Gw jadi teringat dengan ucapan Dedi waktu itu.

"Udah diemin aja dulu, nanti juga kalo adem, dia ngehubungin lu lagi. Gw tau Jar, sayangnya Bunga ke elu kayak gimana. Percaya dah sama gw."

Gw sih percaya percaya aja sama Dedi, tapi yang ada gw malah belingsatan sendiri nggak ada Bunga. Padahal masalah gw sama Bunga bisa dibilang 'sepele'. Mungkin gw terlalu takut kehilangan dia. Akhirnya gw memutuskan untuk menghubunginya terlebih dahulu, gw udah nggak tahan diem dieman sama dia. Beginilah lelaki, sok sokan 'ngediemin', nyatanya dia yang paling 'riweuh' kalau wanita kesayangannya ngilang. Haha

"Jembuung...." Sent to Bunga.

Gw simpan jimbot di atas karung gula, sementara gw melayani para pembeli yang datang ke warung. Setelah melayani pembeli, gw cek jimbot siapa tau ada balesan dari dia. Setelah gw cek, ternyata nggak ada. Gw kembali melayani pembeli, cek jimbot, melayani pembeli, cek jimbot, melayani, cek, melayani, cek. Hingga waktu hampir senja, tidak ada satupun sms balasan dari Bunga masuk ke jimbot gw. Otomatis, gw jadi makin belingsatan. Akhirnya gw memutuskan untuk datang ke rumahnya saja sekarang. Gw mau ngomong baik baik sama dia, meminta maaf serta menyelesaikan masalah ini dengan kepala dingin layaknya orang dewasa. Sekalian, pan malem minggu...

"Maa, aku mau keluar dulu ya...." Ucap gw pada Bidadari No.1

"Mau kemana?" Tanya beliau.

"Emmm ya mau keluar aja, kan malem minggu."

"Udah nggak usah kemana mana!"

"Loh kan aku udah seharian nih jaga warung..."

"Yaudah terusin jaga warung! Tanggung sampe tutup!"

"Yah ma...tapi kan."

"Nggak pake tapi tapi!"

Yasudah lah gw nurut, daripada gw durhaka. Tapi kalo gw nggak ke rumah Bunga, gw nggak bisa nyelesain masalah ini dong? Ya, gw serba salah. Waktu terus berputar, malam semakin larut. Pukul setengah sepuluh, gw mulai beres beres tutup warung. Inilah malam minggu gw, kalo kata anak jaman sekarang 'Malam Minggu Kelabu'. Bunga juga belum membalas sms gw sedari tadi siang. Lengkaplah penderitaan gw malam itu.

Gw keluar rumah, melangkahkan kaki ini menuju lapangan tenis tempat biasa gw menyendiri. Bokong gw segera mendarat duduk di sebuah kursi tembok, sementara tangan dan mulut gw secara kompak mengambil rokok, membakarnya, lalu menghisapnya dalam dalam. Lima menit berlalu, rokok pertama habis, gw kembali membakarnya lagi, lagi dan lagi hingga dada gw sesak. Gw ambil jimbot di saku celana, kemudian gw mengetik sms yang ditujukan untuk Bunga.

"Maafin aku ya...Kamu kan sering bilang, selesaikan apapun masalah kita secara baik baik. Aku minta kita selesain ini. Berfikirlah dewasa Bunga, jangan kaya anak kecil...Kita perlu bicara..." Sent to Bunga.

5 menit...
10 menit....
1 jam....

Lama gw menunggu tetap saja jimbot gw tak kunjung berbunyi pertanda dia membalasnya. Kesal? Pasti. Gw buang sebatang rokok yang sudah memendek, kemudian gw rebahan sambil menatap langit. Indah sekali malam ini, banyak bintang bintang kecil bercahaya menghiasi langit. Ditengah tengahnya nampak juga bulan sabit bersinar terang mirip celuritnya anak STM. Dulu, dulu sekali, waktu gw masih bocah, gw menganggap bulan itu adalah induk dari bintang bintang. Kenapa? karena ukuran bulan lebih besar daripada bintang, simpel.

Kemudian gw iseng, iseng menghitung anak anaknya bulan yang bercahaya malam ini. Gw mulai dari sisi langit sebelah kanan, lalu ke sisi langit sebelah kiri. Satu-dua-tiga gw mulai menghitung. Dibarengi jari telunjuk gw yang mengacung ke atas seperti antena tak bersinyal. Tapi hitungan gw malah kacau. Sebab posisi bintang memang tidak beraturan. Hanya ada 3 bintang doang yang gw lihat berbaris. Coba kalo yang laennya barisnya pada rapi, kan gw bisa lebih gampang ngitungnya.

"Kamu liat langit deh....Bintangnya banyak udah gitu bagus. Bantuin aku ngitung ya. Aku langit sebelah kanan, kamu langit sebelah kiri. Nah kalo udah selesai kita totalin deh semuanya ada berapa...." Sent to Bunga.

Entah kenapa gw malah ngirim sms bodoh macam begitu ke Bunga. Hasilnya pun sama, tidak dibales. Kemudian gw bangkit dari tidur. Gw marah, marah banget. Gw kaya nggak dianggep sama dia. Sangking emosinya, gw sempet berfikir. Seandainya itu clurit (Bulan sabit) bisa gw ambil, gw bakalan sobek sobek itu langit ibarat mbacokin anak STM. Sambil ngedumel ala tukul "Tak sobe' sobe'...!!!"

"Kamu nggak usah liat langit deh! Udah tak sobe' sobe'...!!" Sent to Bunga.

Waktu menunjukkan pukul setengah dua belas malam. Gw menyerah dengan gigitan nyamuk betina yang ada disini, lalu memutuskan untuk pulang ke rumah. Dikamar, gw belum bisa memejamkan mata, yang gw lakukan hanya diam sambil menatap langit langit kamar Sementara fikiran gw terus tertuju pada Bunga, gw kangen sama dia. Entah sudah berapa lama gw diam, akhirnya gw tertidur pulas ditengah kegelisahan menunggu kabar darinya.
..........................
..........................

Pukul 10 pagi, gw terbangun dari tidur dibangunkan oleh teriakan Bidadari No.1 gw. Gw langsung berjalan ke arah dapur mengambil nasi dan lauk. Ya, gw sarapan tanpa terlebih dulu kumur kumur, cuci muka ataupun mandi. Inilah kebiasaan gw yang selalu membuat bidadari No.1 geleng geleng kepala. Selesai makan gw langsung ke warung, ngambil rokok. Bidadari No.1 gw menggeleng lagi, tapi ditambah omelan yang bikin kuping gw pengang. Masa bodoh lah...

Setelah menyeduh segelas kopi 'Kapal Tangker', gw kembali masuk ke kamar, menyalakan komputer cuma buat dengerin lagu. Mau main game? Percuma lah wong komputer gw cuma Pentium 4 socket 478 RAM 512, Vga onboard. Kegiatan bermalas malasan pun dibuka dengan teriakan Mathew Bellamy lewat lagu "Knight Of Cydonia", kemudian ditutup oleh teriakan bidadari No.1 gw.

"Jaaaaar......"

"Iyaa Ma apaan?"

"Jaga warung!!"

"Yaelah....." Gerutu gw dalam hati.

Jaga warung lagi, jaga warung lagi. Harusnya mah liburan begini gw jalan jalan represing kaya orang orang. Tapi tak apalah, demi membantu orang tua. Toh hasil dari warung ini buat gw juga. Buat kuliah gw, dan buat makan gw.

Tak terasa azan Zuhur sudah berkumandang di seluruh indonesia bagian barat, terutama Bogor. Bapak gw pergi, Bidadari No.1 gw pergi, adik adik gw juga pada pergi. Ya, mereka semua pada mau jalan jalan ke mall, gw nggak diajak. Beginilah derita anak laki laki satu satunya. Alhasil, gw sendirian di rumah cuma ditemenin sama peti telor, kardus mi, karung beras, karung gula, karung terigu, dan setumpuk kantong keresek.

Pembeli pun datang dan pergi, hingga ada satu pembeli datang ke warung gw mengendarai motor matic. Gw tak mengenalinya. Badannya tertutup jaket kulit, kepalanya dibalut helm half face, sementara wajahnya ditutupi masker. Yang gw tahu, lekuk tubuhnya itu tinggi semampai serta ramping nan seksi. Jelas, ini perempuan. Kemudian dia membuka helmnya, dan gw cengo. Lalu dia membuka maskernya, gw malah makin cengo.

"Loh, Bunga??"

"........" Dia nyengir.

"Sejak kapan kamu bisa naek motor?" Tanya gw.

"Dari dulu aku bisa kali naek motor!!" Jawabnya.

"Laah aku nggak pernah tau."

"Hemm...Aku nggak disuruh masuk nih?"

"Oh iya...bentar."

Gw menggeser etalase sedikit kesamping membuka jalan agar Bunga bisa masuk. Tapi setelah gw bukain jalan, dia nggak langsung masuk malah balik lagi ke motornya mengambil suatu barang yang ditaruh di dasbor depan. Gw kaget setengah mampus ketika ngeliat barang apa yang dia bawa. Barang itu adalah hadiah pemberian gw di hari ulang tahunnya bulan kemarin. Hadiah berupa gambar sketsa wajahnya lengkap dengan figura. Untuk apa dia bawa bawa kesini?

Gw berfikir, terus berfikir. Jangan jangan dia mau balikin barang barang pemberian gw. Atau jangan jangan dia udah nggak mau kenal sama gw dan mau ngebuang semua apa yang udah gw kasih. Sepertinya memang itulah yang akan dia lakukan.
Seketika badan gw langsung lemas, bibir gw kelu, tak mampu mengucapkan kata kata lagi...

"Semudah itukah Bunga?"

0
Ikuti KASKUS di
© 2025 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.