- Beranda
- Stories from the Heart
BUNGA "PERTAMA" DAN "TERAKHIR"
...
TS
javiee
BUNGA "PERTAMA" DAN "TERAKHIR"

Spoiler for RULES:
INTRO
Perkenalkan, nama gw Raden Fajar Putro Mangkudiningrat Laksana...Bohong deng, kepanjangan...sebut aja gw Fajar. Tinggi 175 cm berat 58kg. bisa disebut kurus karena tinggi dan berat badan gw ga proposional.
. Gw ROCKER...!! Pastinya Rocker Kelaparan.Gw terlahir dari keluarga biasa saja yang serba "Cukup". dalam arti "cukup" buat beli rumah gedongan, "cukup" buat beli mobil Mewah sekelas Mercy. (ini jelas jelas bohong). yang pasti gw bersyukur dilahirkan dari keluarga ini.
Gw Anak pertama dari 3 bersaudara. Adik adik gw semuanya perempuan. Gw keturunan Janda alias Jawa Sunda. Bokap asli dari Jepara bumi Kartini. Tempatnya para pengrajin kayu yang terkenal di Nusantara bahkan diakui oleh Dunia. Tapi bokap gw bukan pengusaha mebel seperti kebanyakan orang Jepara. Nyokap gw asli Sumedang Kota yang terkenal dengan TAHU nya. Tapi wajahnya sama sekali nggak mirip tahu ya. Sunda tulen nan cantik jelita. Beliau bidadari gw nomer "1" di dunia ini.
Spoiler for INDEKS:
Spoiler for INDEKSII:
Diubah oleh javiee 06-04-2015 23:49
manusia.baperan dan 4 lainnya memberi reputasi
3
728.7K
2.9K
Thread Digembok
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
32.7KThread•52KAnggota
Tampilkan semua post
TS
javiee
#1676
PART 77
Matahari tepat berada di atas kepala ketika gw sampai di parkiran rumah sakit. Secara tak sengaja, gw bertemu dengan Bunda disini. Gw langsung menghampiri beliau, salim cium tangan serta sedikit bertanya mengenai keadaan Bunga. Dan Gw mendengar jawaban yang sama dari mulut Bunda seperti perkataan Puput via sms tadi pagi. Bunda titip pesan ke gw untuk menjaga Bunga siang ini sebab beliau mau keluar sebentar ada keperluan mendadak.
Setelah itu gw berjalan menuju kamar di lantai tiga tempat Bunga dirawat. Lagi lagi gw harus naik lift yang membuat kepala gw pusing. Sampailah gw di depan kamarnya lalu membuka handel pintu masuk ke dalam. Disana sudah ada Puput yang tengah duduk di sebuah sofa rumah sakit sambil memainkan HP nya.
"Loh Put ga sekolah?" Tanya gw pada Puput.
"Nggak mas izin dulu. Kan gantian sama Bunda nunggu mba Bunga."
"Oh...Terus sekarang kondisinya gimana?"
"Ya gini mas....Dari semalem tiba tiba drop. Terus tadi pagi hasil tes darah udah keluar, nggak taunya mba Bunga kena DB." Ujarnya.
"Ya ampun..."
Kemudian gw mengambil kursi lalu duduk disamping ranjangnya. Gw tatap wajah tidurnya, dengan cepat gw genggam lembut tangannya berharap sentuhan gw mengandung unsur magis agar dia bisa sehat kembali. Gw tarik nafas panjang lalu gw hembuskan kembali dengan berat. Entah mengapa dada gw jadi sedikit sesak melihat keadaan Bunga seperti ini. Tiba tiba dia membuka matanya, menoleh sedikit ke arah samping. Mungkin dia sadar akan keberadaan gw disini hingga dia pun terjaga dari tidurnya.
"Heii...gimana keadaan kamu? Udah mendingan kan?"
"......." Dia mengangguk sambil tersenyum.
Gw tahu itu bukan jawaban yang jujur dari dia. Gw tahu sebenarnya kondisi dia sangat lemah. Namun maksud gw hanya ingin memberinya semangat.
"Besok kan kamu ulang taun, kamu mau minta kado apa?"
"......." Dia menggeleng.
"Loh nggak mau aku kasih kado nih? Sayang banget ya padahal aku udah pesen boneka kucing yang guede lho..."
"Yang bener?" Tanya dia pelan.
"Iya guedee deh pokoknya. Segede macan Sumatra..."
"Haha....." Dia tertawa kecil.
"Cepet sembuh yaa cantik..."
"Ya jeleek." Balasnya pelan.
Gw terus mengajaknya bicara bertanya segala keluhan yang dirasakannya. Sesekali gw selipkan lelucon konyol agar dia tersenyum. Hanya inilah yang bisa gw lakukan. Berada disampingnya ketika dia tergolek lemah seperti ini. Walau terkadang ucapan gw dijawab seadanya oleh Bunga. Bibir tipis itu rupanya masih enggan untuk sekedar mengucapkan sesuatu. Hanya senyum dan anggukan kepala saja yang bisa dia lakukan.
Waktu sudah menunjukkan pukul 1 siang. Perut gw sudah mulai keroncongan pertanda lapar melanda. Gw pamit sebentar pada Bunga untuk mencari makan di pinggir jalan depan rumah sakit. Dalam waktu 10 menit makanan sudah gw lahap habis. Belum sempat gw merokok, lantas gw langsung berjalan kembali ke RS. Sesampainya di kamar, gw mendapati ada seorang dokter dan suster disana. Terlihat sang dokter tengah mengecek suhu tubuh Bunga, sementara sang suster mengganti cairan infusnya yang habis. Tak lama kemudian dokter dan suster pergi meninggalkan kamar. Kembali gw duduk disamping ranjangnya menatap wajahnya yang pucat.
"Aku ngantuk..." Ujarnya.
"Yaudah tidur aja sayang. Aku disini kok."
"......." Dia menunjuk keningnya.
"Apa??"
"Kaya kemaren...."
"Malu atuh ih ada Puput." Gw setengah bebisik.
"Bukan itu. sini tangannya...." Dia menarik tangan gw lalu diarahkan ke arah kepalanya. Ternyata dia minta dielus elus.
Perlahan gw usap kepalanya membelai halus rambutnya. Dengan cepat mata sipit itu terpejam lalu Bunga kembali tertidur. Mungkin dia ngantuk karena pengaruh obat yang baru dia minum. Tak lama kemudian Bunda datang bersama seorang perempuan paruh baya yang gw ketahui itu budenya Bunga. Setelah ngobrol sebentar, gw pamit untuk pulang tepat setelah adzan Ashar berkumandang. Hanya sebentar gw menghabiskan waktu disini karena gw mau cari kado ulang tahun untuk Bunga.
Gw menuju parkiran motor kemudian segera meninggalkan rumah sakit. Gw kendarai jupi dengan kecepatan relatif pelan sambil tengok kanan kiri memikirkan hadiah apa yang bakal gw beri untuk Bunga. Setelah setengah jam berkeliling Cibinong, gw menjadi bingung sebab belum mendapatkan ide apa apa. Beginilah gw, gw selalu kesulitan untuk menentukan pilihan kado apa yang tepat untuk perempuan. Terutama untuk Bunga. Kemudian gw memutuskan berhenti di gerobak tukang roti bakar pinggir jalan.
"Bang bikinin roti coklat satu."
"Siaap!"
Tak sampai 5 menit roti pesanan gw sudah siap untuk dihidangkan. Ketika sedang asik makan, gw lihat abang abang roti itu mengeluarkan selembar kertas HVS berikut pensil serta penghapus. Kemudian dia mulai menggambar. Gw berhenti makan lantas memperhatikan si abang mulai menggoreskan pensil di permukaan kertas, sepertinya dia menggambar seseorang. Dia menggambar lekuk wajah, bentuk mata, mulut, hidung serta rambut. Semuanya dia gambar secara detail hingga jadilah sesosok wanita dengan rambut panjang tersenyum manis dengan angel agak miring.
"Ente seniman bang?" Tanya gw.
"Haha..nggak kok iseng aja."
"Keren bang gambar ente! Baru ngeliat gw yang kaya gini.." Puji gw.
"Haha...."
"Kalo boleh tau, itu siapa bang?"
"Istri gw....."
"Ooh...."
Kemudian dia merogoh sakunya mengambil bungkusan rokok lalu membakarnya satu. Diikuti dengan gw yang membakar rokok juga. Dengan suara agak berat si abang mulai bicara.
"Gw nggak tau dia dimana..."
"Loh??"
"Dia ninggalin gw setelah tahu kalo kerjaan gw cuma tukang roti bakar. Dia nggak terima hidup susah sama gw."
"........" Gw diem.
"Awalnya gw nggak pernah ngasih tau ke dia dan keluarganya kalo gw kerja begini. Setahu mereka dari rumah gw berangkat pake pakaian rapi, kemeja sama celana bahan seolah olah gw kerja kantoran."
"Waduh...."
"Kebohongan gw bertahan selama 5 bulan. Akhirnya gw ketauan sama mertua gw pas lagi dorong nih gerobak. Gw dimaki maki. 'Ngakunya sarjana, kerja kantoran, nggak tau nya tukang roti!!' Begitu dia maki maki gw." Ujarnya.
"Hah, ente sarjana bang?"
"Iya gw Sarjana Hukum..."
Gw terperanjat kaget mendengar pengakuannya bahwa si abang ini adalah seorang sarjana. Tapi kenapa, kenapa dia punya pekerjaan bukan layaknya seorang sarjana? Kenapa dia cuma jadi penjual roti bakar? Bukankah tidak perlu titel sarjana untuk dagang roti seperti ini? Atau apakah status 'sarjana' itu tidak menjamin kesuksesan seseorang? Tidak menjamin nasib seseorang?
"Sampe sekarang gw nyesel udah ngejalanin kebohongan kaya begini..."
"Lu kenapa nggak nyari istri lu bang? Lu jelasin semuanya ke dia kenapa lu bisa jadi kaya gini. Sebabnya apa."
"Gw udah cari dia kemana mana. Sampe gw cari ke rumah orng tuanya tapi pas gw disana gw malah diusir. Mungkin mereka udah nggak mau maafin gw."
"Hmmmm..."
"Semuanya udah terlanjur begini...."
"......"
"Kalo waktu bisa diputar, gw lebih milih hidup sengsara selamanya di atas kejujuran daripada gw hidup bahagia sebentar di atas kebohongan. Tapi secara ga langsung gw udah milih hidup di atas kebohongan."
"......."
"Haha...Jadi ngobrol panjang lebar nih kita. Nama lu siapa?" Tanya dia.
"Gw Fajar...Lu bang?"
"Panggil aja gw Sandra."
"Beuh kayak nama cewek dah..."
"Ya panggil aja gw itu. Orang orang sini juga manggil gw pake nama itu."
Sejenak gw tatap bang Sandra ini. Dia masih muda, mungkin usianya sekitar 25-27 tahunan. Rambut gondrong berkacamata minus 3. Di tangan kirinya terdapat tato bertuliskan 'Sandra' berwarna hitam. Mungkin Sandra itu nama istrinya yang pergi meninggalkan dia. Tapi gw nggak bisa mastiin sebab gw nggak mau kepo terlalu jauh tentang privacynya.
Tiba tiba muncul sebuah ide di kepala gw. Lantas gw langsung merogoh dompet mencari pas foto Bunga dengan pose close up. Gw pun menemukannya di sela sela dompet.
"Bang gw bisa minta tolong nggak?" Tanya gw.
"Minta tolong apa tuh Jar?"
"Tolong gambarin ini bang.." Ucap gw sembari memperlihatkan foto Bunga.
"Wah siapa nih? Cewe lu? Cantik amat..."
"Hehe iya bang besok dia ulang taun. Gw mau kasih kado gambar sketsa wajahnya. Tapi di kertas A3 yang gede."
"Ooh....Kenapa nggak gambar sendiri aja lu?"
"Gw nggak bisa gambar bang. Ntar yang ada malah ngerusak mukanya dia jadi kaya mak lampir!"
"Hahaha payah lu.."
"Gimana? bisa kan bang? Ntar bayarannya gampang deh.."
"Hem...Bisa bisa. Lu cari aja dulu kertas A3 nya di tempat poto kopi."
"Ok bang tunggu sebentar ya."
Gw menyebrang berjalan sedikit ke arah tukang poto kopi yang letaknya tak jauh dari sini. Lalu gw kembali lagi membawa 5 lembar kertas karton A3. Segera gw kasih itu kertas ke bang Sandra kemudian dia menggenggam pensil 2Bnya, membakar sebatang rokok, dan mulai menggambar.
"Bang yang detail yak gambarnya. Seperfect mungkin deh kaya gambar bini lu bang..."
"Oke tenang aja..."
Sret...sret..sret...Dia mencoret coret membuat pola wajah terlebih dahulu. Setelah sudah jadi setengahnya dia mengarsir beberapa bagian wajah supaya gradasi pencahayaannya terkesan detail. Gw cuma bengong sekaligus kagum melihat keahliannya menggambar seperti ini. Dia mempunyai darah seni istimewa yang jarang orang lain memilikinya.
"Okeh...selesai! Gimana? udah bagus kan?" Ujarnya.
"Waah keren bang!!"
Gambar pun telah selesai. Kemudian gw mencocokkan hasil karyanya dengan pas foto tersebut. Hasilnya 100% mirip sekali dengan Bunga. Gw cuma bisa bilang kalau karya dia itu "PERFECT"!
"Makasih bnget nih bang! Ini sih karya terkeren yang pernah gw liat." Puji gw.
"Haha...masih banyak kok seniman yang jauh lebih hebat di luar sana. Gw mah cuma sekedar iseng doang. Nggak ada tujuan buat jadi seniman."
"Tapi coba aja peruntungan di dunia seni bang. Kali aja lukisan lu laris manis dijual sampe puluhan juta!"
"Bagi gw seni bukan untuk dijual, tapi seni ada buat dinikmatin. Dan gw menikmati banget ketika proses penggarapan seni tersebut. Bagi gw itu ga ternilai harganya."
"Tapi kan dari sini lu bisa ngerubah nasib bang."
Dia hanya tersenyum kecil lalu membuang rokoknya yang sudah memendek.
"Haha biarin lah gw begini aja."
"Aneh lu bang....Nasib kan siapa yang tau kalo kita ga usaha!"
Kemudian gw mengambil gambar itu, menggulungnya lalu gw masukkan ke dalam tas. Rencananya besok gw mau ke tukang figura membuat bingkai dari kayu supaya gambar ini keliatan lebih manis. Lalu gw mengeluarkan uang Rp 20.000 untuk gw berikan pada bang Sandra.
"Nih bang...hadiah dari gw!"
"Waah apaan nih? Nggak usah lah!"
"Yee lu mah gitu bang kan lu dah gambarin gw nih...Terima ya.."
"Nggak usah! Beliin aja gw filter sebungkus!"
"Udah bang ini aja..."
"Nggak! Filter aja sebungkus.." Ucapnya kekeuh.
Akhirnya gw ngalah lalu gw ke warung buat beliin rokok filter dua bungkus.
"Loh kok dua? Satu aja! Nih satunya lu pegang aja."
"Yee bang gw nggak ngerokok beginian....Dah lu kantongin. Daripada kagak gw isep!"
"Hemm yaudah...makasih ya."
"Iya bang! Gw balik dulu ya...Lu mangkal disini terus kan?"
"Ya kalo sore gw disini. Kalo pagi sampe siang gw di sekolahan..."
"Oke deh, besok sore gw kesini lagi. Yo bang gw balik!"
"Yooo...."
.........................
.........................
Esoknya tepat pada tanggal 26 April, gw nggak berangkat kuliah lantas pagi pagi gw malah kabur ke Cibinong. Tentu tujuan gw kesana mencari toko figura yang nantinya gw aplikasikan ke gambar sketsa ini. Cukup lama gw muter muter, gw pun menemukan sebuh toko figura/bingkai disana. Setelah negosiasi harga dan fix pesanan gw jadi nanti sore, gw langsung pergi meninggalkan toko menuju Rumah sakit. Tak lupa gw memberi uang muka sebagai tanda jadi.
Sesampainya disana gw mendapati Bunga sedang makan disuapin oleh Bunda. Gw lihat raut wajahnya nampak sudah segar. Kelihatannya sekarang dia sudah lebih baik dari kemarin. Tapi kondisinya masih cukup lemah. Selesai disuapin makan, gw langsung menghampirinya duduk disamping ranjangnya.
"Heii...udah baikan?" Tanya gw.
"Alhamdulillah udah nggak demam lagi. Kamu nggak kuliah?"
"Eh, udah pulang kok..."
"Loh masih pagi kok udah pulang?"
"Dosennya ga ada..." Gw sedikit bohong.
"Ooh..."
Sebenarnya gw ingin sekali mengucapkan selamat ulang tahun pada Bunga. Tapi gw malu, sebab disini ada Bunda dan Budenya memperhatikan gw lagi ngobrol sama Bunga. Akhirnya gw cuma bisa diem maenan jimbot sambil menunggu kapan mereka keluar. Dan waktu yang ditunggu tunggu pun tiba, pertama tama budenya keluar ruangan kamar entah mau kemana. Tapi bunda masih ada disini. Gw pun lagi lagi menunggu kapan bunda keluar.
5 menit
10 menit
15 menit
"Jar, titip Bunga dulu ya. Bunda mau cari makan ke bawah. Kamu udah makan belum? Mau sekalian Bunda beliin?"
"Eh nggak Bun makasih. Aku udah makan tadi pagi...."
"Yaudah bunda tinggal dulu ya.."
"Iya..."
Nah ini dia yang ditunggu tunggu. Gw langsung naik dudum disamping ranjangnya, kemudian gw genggam tangannya.
"Selamat ulang taun ya Bunga Jembung ikan Kembung alias nyonya Paps!! Semoga cepet sehat, dikasih umur panjang, dimudahkan rejekinya dan dimudahkan segala urusannya. Aku doain yang terbaik buat kamu sayang!"
" Makasih...." Ucapnya tersenyum manis sekali.
"Kadonya nanti sore yaa...Hehe."
"Iyaa...."
"Emm, sementara hadiahnya ini dulu..."
Kemudian gw celingak celinguk memastikan keadaan aman tidak ada orang yang melihat. Lalu gw membantunya bangun untuk duduk, setelah itu gw genggam pipinya menggunakan telapak tangan gw, dan....
"Cup...cup...cup"
Gw kecup kening serta kedua sisi pipinya secara bergantian. Seketika gw lihat wajahnya memerah dihiasi senyum lebar keluar dari sudut bibirnya. Gw bahagia masih bisa berada disampingnya mengucapkan selamat ulang tahun padanya. Walaupun keadaan dia sedang terbaring lemah seperti ini.
"Hmmm...kamu bau acem nih tiga hari belum mandi..." Canda gw.
"Hhuuuu....Aku kan lagi sakit" Dia manyun.
"Hehe becanda sayang...."
"Sini...."
Tiba tiba dia memeluk gw erat seraya membisikan kata terima kasih berkali kali pada gw. Gw yang mendengarnya hanya bergumam 'he'emm' saja menanggapi ucapan dia. Kemudian dia melepas pelukan itu. lalu kembali berbaring dihiasi senyum khasnya. Gw mengelus kepalanya pelan, dan lagi lagi dia tertidur setelah gw elus elus....
Setelah itu gw berjalan menuju kamar di lantai tiga tempat Bunga dirawat. Lagi lagi gw harus naik lift yang membuat kepala gw pusing. Sampailah gw di depan kamarnya lalu membuka handel pintu masuk ke dalam. Disana sudah ada Puput yang tengah duduk di sebuah sofa rumah sakit sambil memainkan HP nya.
"Loh Put ga sekolah?" Tanya gw pada Puput.
"Nggak mas izin dulu. Kan gantian sama Bunda nunggu mba Bunga."
"Oh...Terus sekarang kondisinya gimana?"
"Ya gini mas....Dari semalem tiba tiba drop. Terus tadi pagi hasil tes darah udah keluar, nggak taunya mba Bunga kena DB." Ujarnya.
"Ya ampun..."
Kemudian gw mengambil kursi lalu duduk disamping ranjangnya. Gw tatap wajah tidurnya, dengan cepat gw genggam lembut tangannya berharap sentuhan gw mengandung unsur magis agar dia bisa sehat kembali. Gw tarik nafas panjang lalu gw hembuskan kembali dengan berat. Entah mengapa dada gw jadi sedikit sesak melihat keadaan Bunga seperti ini. Tiba tiba dia membuka matanya, menoleh sedikit ke arah samping. Mungkin dia sadar akan keberadaan gw disini hingga dia pun terjaga dari tidurnya.
"Heii...gimana keadaan kamu? Udah mendingan kan?"
"......." Dia mengangguk sambil tersenyum.
Gw tahu itu bukan jawaban yang jujur dari dia. Gw tahu sebenarnya kondisi dia sangat lemah. Namun maksud gw hanya ingin memberinya semangat.
"Besok kan kamu ulang taun, kamu mau minta kado apa?"
"......." Dia menggeleng.
"Loh nggak mau aku kasih kado nih? Sayang banget ya padahal aku udah pesen boneka kucing yang guede lho..."
"Yang bener?" Tanya dia pelan.
"Iya guedee deh pokoknya. Segede macan Sumatra..."
"Haha....." Dia tertawa kecil.
"Cepet sembuh yaa cantik..."
"Ya jeleek." Balasnya pelan.
Gw terus mengajaknya bicara bertanya segala keluhan yang dirasakannya. Sesekali gw selipkan lelucon konyol agar dia tersenyum. Hanya inilah yang bisa gw lakukan. Berada disampingnya ketika dia tergolek lemah seperti ini. Walau terkadang ucapan gw dijawab seadanya oleh Bunga. Bibir tipis itu rupanya masih enggan untuk sekedar mengucapkan sesuatu. Hanya senyum dan anggukan kepala saja yang bisa dia lakukan.
Waktu sudah menunjukkan pukul 1 siang. Perut gw sudah mulai keroncongan pertanda lapar melanda. Gw pamit sebentar pada Bunga untuk mencari makan di pinggir jalan depan rumah sakit. Dalam waktu 10 menit makanan sudah gw lahap habis. Belum sempat gw merokok, lantas gw langsung berjalan kembali ke RS. Sesampainya di kamar, gw mendapati ada seorang dokter dan suster disana. Terlihat sang dokter tengah mengecek suhu tubuh Bunga, sementara sang suster mengganti cairan infusnya yang habis. Tak lama kemudian dokter dan suster pergi meninggalkan kamar. Kembali gw duduk disamping ranjangnya menatap wajahnya yang pucat.
"Aku ngantuk..." Ujarnya.
"Yaudah tidur aja sayang. Aku disini kok."
"......." Dia menunjuk keningnya.
"Apa??"
"Kaya kemaren...."
"Malu atuh ih ada Puput." Gw setengah bebisik.
"Bukan itu. sini tangannya...." Dia menarik tangan gw lalu diarahkan ke arah kepalanya. Ternyata dia minta dielus elus.
Perlahan gw usap kepalanya membelai halus rambutnya. Dengan cepat mata sipit itu terpejam lalu Bunga kembali tertidur. Mungkin dia ngantuk karena pengaruh obat yang baru dia minum. Tak lama kemudian Bunda datang bersama seorang perempuan paruh baya yang gw ketahui itu budenya Bunga. Setelah ngobrol sebentar, gw pamit untuk pulang tepat setelah adzan Ashar berkumandang. Hanya sebentar gw menghabiskan waktu disini karena gw mau cari kado ulang tahun untuk Bunga.
Gw menuju parkiran motor kemudian segera meninggalkan rumah sakit. Gw kendarai jupi dengan kecepatan relatif pelan sambil tengok kanan kiri memikirkan hadiah apa yang bakal gw beri untuk Bunga. Setelah setengah jam berkeliling Cibinong, gw menjadi bingung sebab belum mendapatkan ide apa apa. Beginilah gw, gw selalu kesulitan untuk menentukan pilihan kado apa yang tepat untuk perempuan. Terutama untuk Bunga. Kemudian gw memutuskan berhenti di gerobak tukang roti bakar pinggir jalan.
"Bang bikinin roti coklat satu."
"Siaap!"
Tak sampai 5 menit roti pesanan gw sudah siap untuk dihidangkan. Ketika sedang asik makan, gw lihat abang abang roti itu mengeluarkan selembar kertas HVS berikut pensil serta penghapus. Kemudian dia mulai menggambar. Gw berhenti makan lantas memperhatikan si abang mulai menggoreskan pensil di permukaan kertas, sepertinya dia menggambar seseorang. Dia menggambar lekuk wajah, bentuk mata, mulut, hidung serta rambut. Semuanya dia gambar secara detail hingga jadilah sesosok wanita dengan rambut panjang tersenyum manis dengan angel agak miring.
"Ente seniman bang?" Tanya gw.
"Haha..nggak kok iseng aja."
"Keren bang gambar ente! Baru ngeliat gw yang kaya gini.." Puji gw.
"Haha...."
"Kalo boleh tau, itu siapa bang?"
"Istri gw....."
"Ooh...."
Kemudian dia merogoh sakunya mengambil bungkusan rokok lalu membakarnya satu. Diikuti dengan gw yang membakar rokok juga. Dengan suara agak berat si abang mulai bicara.
"Gw nggak tau dia dimana..."
"Loh??"
"Dia ninggalin gw setelah tahu kalo kerjaan gw cuma tukang roti bakar. Dia nggak terima hidup susah sama gw."
"........" Gw diem.
"Awalnya gw nggak pernah ngasih tau ke dia dan keluarganya kalo gw kerja begini. Setahu mereka dari rumah gw berangkat pake pakaian rapi, kemeja sama celana bahan seolah olah gw kerja kantoran."
"Waduh...."
"Kebohongan gw bertahan selama 5 bulan. Akhirnya gw ketauan sama mertua gw pas lagi dorong nih gerobak. Gw dimaki maki. 'Ngakunya sarjana, kerja kantoran, nggak tau nya tukang roti!!' Begitu dia maki maki gw." Ujarnya.
"Hah, ente sarjana bang?"
"Iya gw Sarjana Hukum..."
Gw terperanjat kaget mendengar pengakuannya bahwa si abang ini adalah seorang sarjana. Tapi kenapa, kenapa dia punya pekerjaan bukan layaknya seorang sarjana? Kenapa dia cuma jadi penjual roti bakar? Bukankah tidak perlu titel sarjana untuk dagang roti seperti ini? Atau apakah status 'sarjana' itu tidak menjamin kesuksesan seseorang? Tidak menjamin nasib seseorang?
"Sampe sekarang gw nyesel udah ngejalanin kebohongan kaya begini..."
"Lu kenapa nggak nyari istri lu bang? Lu jelasin semuanya ke dia kenapa lu bisa jadi kaya gini. Sebabnya apa."
"Gw udah cari dia kemana mana. Sampe gw cari ke rumah orng tuanya tapi pas gw disana gw malah diusir. Mungkin mereka udah nggak mau maafin gw."
"Hmmmm..."
"Semuanya udah terlanjur begini...."
"......"
"Kalo waktu bisa diputar, gw lebih milih hidup sengsara selamanya di atas kejujuran daripada gw hidup bahagia sebentar di atas kebohongan. Tapi secara ga langsung gw udah milih hidup di atas kebohongan."
"......."
"Haha...Jadi ngobrol panjang lebar nih kita. Nama lu siapa?" Tanya dia.
"Gw Fajar...Lu bang?"
"Panggil aja gw Sandra."
"Beuh kayak nama cewek dah..."
"Ya panggil aja gw itu. Orang orang sini juga manggil gw pake nama itu."
Sejenak gw tatap bang Sandra ini. Dia masih muda, mungkin usianya sekitar 25-27 tahunan. Rambut gondrong berkacamata minus 3. Di tangan kirinya terdapat tato bertuliskan 'Sandra' berwarna hitam. Mungkin Sandra itu nama istrinya yang pergi meninggalkan dia. Tapi gw nggak bisa mastiin sebab gw nggak mau kepo terlalu jauh tentang privacynya.
Tiba tiba muncul sebuah ide di kepala gw. Lantas gw langsung merogoh dompet mencari pas foto Bunga dengan pose close up. Gw pun menemukannya di sela sela dompet.
"Bang gw bisa minta tolong nggak?" Tanya gw.
"Minta tolong apa tuh Jar?"
"Tolong gambarin ini bang.." Ucap gw sembari memperlihatkan foto Bunga.
"Wah siapa nih? Cewe lu? Cantik amat..."
"Hehe iya bang besok dia ulang taun. Gw mau kasih kado gambar sketsa wajahnya. Tapi di kertas A3 yang gede."
"Ooh....Kenapa nggak gambar sendiri aja lu?"
"Gw nggak bisa gambar bang. Ntar yang ada malah ngerusak mukanya dia jadi kaya mak lampir!"
"Hahaha payah lu.."
"Gimana? bisa kan bang? Ntar bayarannya gampang deh.."
"Hem...Bisa bisa. Lu cari aja dulu kertas A3 nya di tempat poto kopi."
"Ok bang tunggu sebentar ya."
Gw menyebrang berjalan sedikit ke arah tukang poto kopi yang letaknya tak jauh dari sini. Lalu gw kembali lagi membawa 5 lembar kertas karton A3. Segera gw kasih itu kertas ke bang Sandra kemudian dia menggenggam pensil 2Bnya, membakar sebatang rokok, dan mulai menggambar.
"Bang yang detail yak gambarnya. Seperfect mungkin deh kaya gambar bini lu bang..."
"Oke tenang aja..."
Sret...sret..sret...Dia mencoret coret membuat pola wajah terlebih dahulu. Setelah sudah jadi setengahnya dia mengarsir beberapa bagian wajah supaya gradasi pencahayaannya terkesan detail. Gw cuma bengong sekaligus kagum melihat keahliannya menggambar seperti ini. Dia mempunyai darah seni istimewa yang jarang orang lain memilikinya.
"Okeh...selesai! Gimana? udah bagus kan?" Ujarnya.
"Waah keren bang!!"
Gambar pun telah selesai. Kemudian gw mencocokkan hasil karyanya dengan pas foto tersebut. Hasilnya 100% mirip sekali dengan Bunga. Gw cuma bisa bilang kalau karya dia itu "PERFECT"!
"Makasih bnget nih bang! Ini sih karya terkeren yang pernah gw liat." Puji gw.
"Haha...masih banyak kok seniman yang jauh lebih hebat di luar sana. Gw mah cuma sekedar iseng doang. Nggak ada tujuan buat jadi seniman."
"Tapi coba aja peruntungan di dunia seni bang. Kali aja lukisan lu laris manis dijual sampe puluhan juta!"
"Bagi gw seni bukan untuk dijual, tapi seni ada buat dinikmatin. Dan gw menikmati banget ketika proses penggarapan seni tersebut. Bagi gw itu ga ternilai harganya."
"Tapi kan dari sini lu bisa ngerubah nasib bang."
Dia hanya tersenyum kecil lalu membuang rokoknya yang sudah memendek.
"Haha biarin lah gw begini aja."
"Aneh lu bang....Nasib kan siapa yang tau kalo kita ga usaha!"
Kemudian gw mengambil gambar itu, menggulungnya lalu gw masukkan ke dalam tas. Rencananya besok gw mau ke tukang figura membuat bingkai dari kayu supaya gambar ini keliatan lebih manis. Lalu gw mengeluarkan uang Rp 20.000 untuk gw berikan pada bang Sandra.
"Nih bang...hadiah dari gw!"
"Waah apaan nih? Nggak usah lah!"
"Yee lu mah gitu bang kan lu dah gambarin gw nih...Terima ya.."
"Nggak usah! Beliin aja gw filter sebungkus!"
"Udah bang ini aja..."
"Nggak! Filter aja sebungkus.." Ucapnya kekeuh.
Akhirnya gw ngalah lalu gw ke warung buat beliin rokok filter dua bungkus.
"Loh kok dua? Satu aja! Nih satunya lu pegang aja."
"Yee bang gw nggak ngerokok beginian....Dah lu kantongin. Daripada kagak gw isep!"
"Hemm yaudah...makasih ya."
"Iya bang! Gw balik dulu ya...Lu mangkal disini terus kan?"
"Ya kalo sore gw disini. Kalo pagi sampe siang gw di sekolahan..."
"Oke deh, besok sore gw kesini lagi. Yo bang gw balik!"
"Yooo...."
.........................
.........................
Esoknya tepat pada tanggal 26 April, gw nggak berangkat kuliah lantas pagi pagi gw malah kabur ke Cibinong. Tentu tujuan gw kesana mencari toko figura yang nantinya gw aplikasikan ke gambar sketsa ini. Cukup lama gw muter muter, gw pun menemukan sebuh toko figura/bingkai disana. Setelah negosiasi harga dan fix pesanan gw jadi nanti sore, gw langsung pergi meninggalkan toko menuju Rumah sakit. Tak lupa gw memberi uang muka sebagai tanda jadi.
Sesampainya disana gw mendapati Bunga sedang makan disuapin oleh Bunda. Gw lihat raut wajahnya nampak sudah segar. Kelihatannya sekarang dia sudah lebih baik dari kemarin. Tapi kondisinya masih cukup lemah. Selesai disuapin makan, gw langsung menghampirinya duduk disamping ranjangnya.
"Heii...udah baikan?" Tanya gw.
"Alhamdulillah udah nggak demam lagi. Kamu nggak kuliah?"
"Eh, udah pulang kok..."
"Loh masih pagi kok udah pulang?"
"Dosennya ga ada..." Gw sedikit bohong.
"Ooh..."
Sebenarnya gw ingin sekali mengucapkan selamat ulang tahun pada Bunga. Tapi gw malu, sebab disini ada Bunda dan Budenya memperhatikan gw lagi ngobrol sama Bunga. Akhirnya gw cuma bisa diem maenan jimbot sambil menunggu kapan mereka keluar. Dan waktu yang ditunggu tunggu pun tiba, pertama tama budenya keluar ruangan kamar entah mau kemana. Tapi bunda masih ada disini. Gw pun lagi lagi menunggu kapan bunda keluar.
5 menit
10 menit
15 menit
"Jar, titip Bunga dulu ya. Bunda mau cari makan ke bawah. Kamu udah makan belum? Mau sekalian Bunda beliin?"
"Eh nggak Bun makasih. Aku udah makan tadi pagi...."
"Yaudah bunda tinggal dulu ya.."
"Iya..."
Nah ini dia yang ditunggu tunggu. Gw langsung naik dudum disamping ranjangnya, kemudian gw genggam tangannya.
"Selamat ulang taun ya Bunga Jembung ikan Kembung alias nyonya Paps!! Semoga cepet sehat, dikasih umur panjang, dimudahkan rejekinya dan dimudahkan segala urusannya. Aku doain yang terbaik buat kamu sayang!"
" Makasih...." Ucapnya tersenyum manis sekali.
"Kadonya nanti sore yaa...Hehe."
"Iyaa...."
"Emm, sementara hadiahnya ini dulu..."
Kemudian gw celingak celinguk memastikan keadaan aman tidak ada orang yang melihat. Lalu gw membantunya bangun untuk duduk, setelah itu gw genggam pipinya menggunakan telapak tangan gw, dan....
"Cup...cup...cup"
Gw kecup kening serta kedua sisi pipinya secara bergantian. Seketika gw lihat wajahnya memerah dihiasi senyum lebar keluar dari sudut bibirnya. Gw bahagia masih bisa berada disampingnya mengucapkan selamat ulang tahun padanya. Walaupun keadaan dia sedang terbaring lemah seperti ini.
"Hmmm...kamu bau acem nih tiga hari belum mandi..." Canda gw.
"Hhuuuu....Aku kan lagi sakit" Dia manyun.
"Hehe becanda sayang...."
"Sini...."
Tiba tiba dia memeluk gw erat seraya membisikan kata terima kasih berkali kali pada gw. Gw yang mendengarnya hanya bergumam 'he'emm' saja menanggapi ucapan dia. Kemudian dia melepas pelukan itu. lalu kembali berbaring dihiasi senyum khasnya. Gw mengelus kepalanya pelan, dan lagi lagi dia tertidur setelah gw elus elus....
Diubah oleh javiee 03-01-2015 14:38
0