- Beranda
- Stories from the Heart
When Music Unites Us
...
TS
Polyamorous
When Music Unites Us
Sinopsis:
Dalam lintas waktu yang terus berjalan, perlahan aku terus menyadari bahwa sebuah nada yang telah tergores tak bisa hilang. Bermula dari sebuah sebuah nada progresif yang mengalun, nada-nada ini bercerita mengenai bagaimana musik mempengaruhi kehidupan seorang remaja biasa bernama Iman yang menjalani masa mudanya sebagai pecinta musik, juga sebagai pemain musik.
Musik sebagai bahasa universal menyatukan hati para individu penyuka nada serupa, hingga akhirnya mereka saling terkoneksi karena adanya musik.
Satu dua patah kata awal untuk mengantarkanmu ke duniaku; Satu dua nada untuk membawa jiwamu menembus dimensi lain!
Teruntuk:
Tahun-tahun paling menyenangkan di masa remaja;
Teman-teman dan sahabat-sahabatku;
Penulis-penulis favoritku dan penulis yang membantu memperbaiki tulisanku;
Juga dosen bahasa Inggris-ku dan komunikasi massa yang selalu memberikan semangat;
Hingga untuk kamu yang membuat cerita ini ada.
Kalian adalah referensi musik terbaik dalam hidupku.
Tahun-tahun paling menyenangkan di masa remaja;
Teman-teman dan sahabat-sahabatku;
Penulis-penulis favoritku dan penulis yang membantu memperbaiki tulisanku;
Juga dosen bahasa Inggris-ku dan komunikasi massa yang selalu memberikan semangat;
Hingga untuk kamu yang membuat cerita ini ada.
Kalian adalah referensi musik terbaik dalam hidupku.
P.S : Part-part awal sedang masa konstruksi lagi, gue tulis ulang. Mohon maaf jika jadi agak belang gitu bacanya

Quote:
Quote:
Quote:
Diubah oleh Polyamorous 10-09-2017 20:23
anasabila memberi reputasi
1
47K
445
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
32.7KThread•52.1KAnggota
Tampilkan semua post
TS
Polyamorous
#49
Partitur no. 13 : The Story Begin..
Pernahkan kamu merasakan, bahwa musik yang kamu dengar seakan adalah temanmu—yang entah membuatmu seakan memiliki teman dan tak merasa selalu sendirian? Temanmu yang tak akan pernah membencimu, teman yang tak akan menghianatimu, dan teman yang selalu setia menemanimu.
Lalu, pernahkah kamu merasakan, ketika kamu mendengar sebuah lagu, lantas langsung teringat dengan momen-momen yang terdapat entah dari mana ketika kalian mendengar lagu tersebut? Lagu yang membuatmu bernostalgia akan masa lalu yang indah ataupun yang buruk—yang membuat kita tertawa-tawa ketika mengingatnya kembali?
Aku pernah mengalaminya. Dan mungkin, semua orang pernah mengalaminya.
***
Quote:
Aku tak kuasa menahan kesedihanku kali itu—sebuah hubungan yang baru saja kujalani beberapa bulan, dan setiap harinya adalah hari baru yang menyenangkan bersamanya. Lalu, tanpa berpikir panjang, aku memutuskan sesuatu hal sebelum semuanya terlalu jauh—atau tepatnya belum terlalu lama untuk mengenal satu sama lain, dan sebelum semuanya terlambat.
Quote:
Butuh waktu cukup lama untukku mengetik kata demi kata dalam perbincangan itu—mungkin lebih lama dari keambiguan ketika masa pendekatan. Mungkin, aku juga tak terlalu bisa menahan emosi di dalam diriku, yang entah mengapa muncul dengan egoisnya. Sementara untuk Tasya, tak butuh waktu lama untuknya membalas pesan tersebut.
Quote:
Ia pun mulai menceritakan masalah yang mengganjal dihatiku itu sedikit demi sedikit. Ia terlihat sedang menulis balasan satu lagi—suatu kemungkinan adalah penjelasan lebih lanjut dari masalah ini—membuatku jantungku terasa berdegup. Apakah memang sudah hanya sampai di sini? Apakah hubungan ini memang seharusnya diakhiri? Apakah aku adalah seorang penghambat kehidupannya?
Quote:
Jawabannya membuatku yang masih labil ini pun merasa tenang. Egoismeku itu langsung teredam begitu saja. Begitu cerobohnya diriku—bahwa aku menginginkan mengakhiri hubungan dengan orang yang begitu kusayangi. Aku pun tersenyum melihat jawaban atas keegoisanku itu, sampai tak sadar bahwa ia sudah mengirimkanku balasan lagi.
Quote:
Perbincangan kami yang awalnya serius itu pun diakhiri dengan perbincangan yang terbilang gila—seperti kami biasanya. Ia benar-benar bisa menghangatkan suasana, dari suasana yang bisa terbilang sangat menegangkan. Lantas, aku teringat ketika Tasya bercerita bahwa ia bisa menjadi seorang sahabat yang akan mendengarkan apa pun ceritaku itu—karena ia juga bercita-cita menjadi psikolog, walaupun tak diperbolehkan oleh orangtuanya.
Aku pun menyukai pembawaan diri Tasya yang terkesan sangat dewasa—walaupun ia memang lebih tua dariku. Ketika ia memiliki masalah, ia tak pernah mengeluh satu patah kata pun—atau hanya memendamnya di dalam hati, dan segera ingin menyelesaikannya. Ketika ia kesal terhadap sesuatu, ia tetap menutupinya—agar orang disekitarnya tak ikut merasakan kekesalan yang ia alami—biarkan hanya ia yang mengalaminya, walaupun semua orang bisa tahu dari gerak-geriknya.
Terlintas dalam benakku, sebuah kutipan kata yang sudah lama dilontarkan temanku. Kira-kira, bunyinya seperti ini: ‘Jika terjadi masalah, cobalah selesaikan secara langsung. Menyelesaikannya melalui media komunikasi sama sekali tak membantu.’
Dan itu juga salah satu prinsip yang Tasya pegang.
Ketika kami sedang terlarut kepada perbincangan gila kami, aku baru menyadari bahwa group facebook bandku sedang ramai oleh sesuatu. Firasatku pun mulai merasakan sesuatu yang buruk akan terjadi. Semoga bukan apa-apa...
Diubah oleh Polyamorous 18-09-2015 20:33
0



