Kaskus

Story

javieeAvatar border
TS
javiee
BUNGA "PERTAMA" DAN "TERAKHIR"
BUNGA "PERTAMA" DAN "TERAKHIR"


Spoiler for RULES:


BUNGA "PERTAMA" DAN "TERAKHIR"


INTRO

Perkenalkan, nama gw Raden Fajar Putro Mangkudiningrat Laksana...Bohong deng, kepanjangan...sebut aja gw Fajar. Tinggi 175 cm berat 58kg. bisa disebut kurus karena tinggi dan berat badan gw ga proposional. emoticon-Frown. Gw ROCKER...!! Pastinya Rocker Kelaparan.
Gw terlahir dari keluarga biasa saja yang serba "Cukup". dalam arti "cukup" buat beli rumah gedongan, "cukup" buat beli mobil Mewah sekelas Mercy. (ini jelas jelas bohong). yang pasti gw bersyukur dilahirkan dari keluarga ini.

Gw Anak pertama dari 3 bersaudara. Adik adik gw semuanya perempuan. Gw keturunan Janda alias Jawa Sunda. Bokap asli dari Jepara bumi Kartini. Tempatnya para pengrajin kayu yang terkenal di Nusantara bahkan diakui oleh Dunia. Tapi bokap gw bukan pengusaha mebel seperti kebanyakan orang Jepara. Nyokap gw asli Sumedang Kota yang terkenal dengan TAHU nya. Tapi wajahnya sama sekali nggak mirip tahu ya. Sunda tulen nan cantik jelita. Beliau bidadari gw nomer "1" di dunia ini.

Spoiler for INDEKS:


Spoiler for INDEKSII:
Diubah oleh javiee 06-04-2015 23:49
anasabilaAvatar border
nona212Avatar border
manusia.baperanAvatar border
manusia.baperan dan 4 lainnya memberi reputasi
3
728.7K
2.9K
Thread Digembok
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
Stories from the Heart
KASKUS Official
32.7KThread52.1KAnggota
Tampilkan semua post
javieeAvatar border
TS
javiee
#1657
PART 76
Tempat yang menyeramkan itu bernama "UGD". Semenjak gw berada disini, sudah ada bebeberapa pasien yang masuk dengan segala macam keadaan. Mulai dari korban kecelakaan, terkena serangan jantung sampai pasien lanjut usia. Khusus korban kecelakaan, gw nggak sanggup ngeliat rupa mereka. Ada yang kepalanya bocor, kakinya sobek bedarah darah, bahkan ada pula korban tawuran yang baru saja dibacok di bagian punggungnya. Sampai sampai banyak darah segar berceceran di lantai Rumah Sakit. Menyeramkan bukan?

Sudah 10 menit gw disini tapi gw belum melihat salah satu keluarga Bunga. Akhirnya gw menelfon Puput untuk mengetahui dimana Bunga berada. Apakah masih di UGD atau sudah dipindahkan ke ruang inap.

"Tuuut"

"Halo mas...."

"Put dimana? Mas udah di UGD nih..."

"Mas ke lantai tiga aja. Mba Bunga udah dipindah ke ruang rawat inap.

"Kamar apa & no. Berapa?"

"Kamar sekian Nomor sekian..."

"Oh yaudah mas kesana.."

"Kliik." telefon terputus

Gw segera berjalan ke lobi depan RS mencari tangga untuk menuju lantai 3. Tapi setelah gw tengok kanan kiri, tangga itu tidak ada. Yang ada hanya lift sebagai akses menuju kesana. Sebenarnya gw anti banget sama yang namanya naek lift. Akibatnya kepala gw jadi pusing dan perut terasa mual. Setelah keluar dari lift, gw lanjut berjalan menyisir lorong rumah sakit hingga tiba di depan sebuah kamar dimana ada Puput yang sudah menunggu gw. Kemudian gw mengikuti Puput masuk ke dalam kamar Kelas 1 tersebut

Gw membuka gorden penyekat antar pasien, dan nampaklah sesosok gadis cantik sedang tergolek lemah di atas ranjang. Gw lihat selang infus itu menancap di sekitar pergelangan tangan, sementara raut wajahnya pucat pasi. Dengan mata yang sedikit terbuka, dia melirik ke arah gw lalu senyum kecil keluar dari sudut bibirnya. Hati gw terasa hancur melihatnya tak berdaya seperti ini.

"Kamu kenapa?" Tanya gw pelan.

"......" Dia senyum.

"Maafin aku ya...."

"....."

"Gara gara aku nggak jagain kamu, kamu jadi begini..."

"....." Dia menggeleng.

"Besok besok aku janji temenin kamu terus ya...Jagain kamu terus."

"Aku nggak apa apa kok. Cuma kecapean aja." Ucapnya pelan.

"Nggak apa apa tapi masuk UGD! kamu sakit apa?"

"Nggak tau. Nunggu hasil tes darah dulu..."

"Oh...mudah mudahan kamu nggak apa apa ya."

"......" Bunga mengangguk.

"Cepet sembuh ya...Kan sebentar lagi mau ulang tahun." Ucap gw sambil mengelus kepalanya.

"......" Dia tersenyum.

"Mba Bunga giliran mas Fajar datang langsung bisa cengar cengir!" Sindir Puput.

"Hahaha..." Gw tertawa.

"Padahal daritadi ngeluh melulu tuh mas! Nggak mau diinfus!"

"Heh nggak boleh gitu. Sama mbaknya sendiri kok gitu.."

"Heehe... Iya mas becanda"

"Oya, Ngomong ngomong Bunda kemana Put?" Tanya gw pada Puput.

"Lagi pulang dulu ambil baju sekalian beli makanan." Jawabnya.

"Oh..."

Kemudian Puput pamit katanya mau keluar sebentar. Tinggalah gw berdua dengan Bunga di ruangan ini. Gw duduk di samping ranjangnya sambil menggenggam erat tangannya yang dingin. Berulang kali gw bisikkan kata 'cepet sembuh ya'. Dia hanya tersenyum kecil menanggapi ucapan gw. Kemudian dia menggerakkan tangannya melepas genggaman tangan gw. Lantas dia menunjuk keningnya sendiri. Gw yang tidak mengerti maksud dia akhirnya bertanya.

"Kenapa sayang? Pusing?"

"......." Dia menggeleng.

"Apaan?"

"......" Manyun.

"Mau dipijitin kepalanya?"

"......" Dia menggeleng lalu menunjuk keningnya sekali lagi.

"Ooh....hehe dasar!" Gw faham maksud dia.

Lalu,
"Cup...."

Gw mengecup hangat keningnya. Lantas dia tersenyum sambil mengucapkan terima kasih.

"Kamu tuh...lagi sakit aja genit minta dicium!"

"Hehe kangen..."

"Iyaa kan aku udah disini."

Dia kembali menggenggam tangan gw. Kemudian gw usap lembut kepalanya cukup lama hingga dia pun tertidur. Gw pandangi wajahnya yang tenang, seketika fikiran gw terhanyut oleh lamunan kosong. Andai keadaan bisa gw tukar, gw rela terbaring disini menggantikan dia. Gw rela kalau harus gw yang sakit daripada harus melihat dia seperti ini. Gw bener bener nggak tega.

Tak lama kemudian pintu kamar terbuka. Bunda sudah tiba kembali bersama Puput dan Kakak laki lakinya Bunga. Namun gw tidak melihat ayahnya disini, setahu gw ayahnya sedang tugas diluar kota. Gw langsung salim cium tangan pada Bunda tapi ke kakaknya gw nggak cium tangan.

"Bunga kenapa Bun?" Tanya gw.

"Tadi siang baru sampe rumah Bunga pingsan. Mukanya pucet banget. Udah gitu nggak bangun bangun sampe satu jam. Bunda panik yaa langsung Bunda bawa kesini." Ucap beliau.

"Mungkin dia kecapean. Setiap hari kan PP rumah kampus naik kereta."

"Iya....Doain aja Jar biar Bunganya cepet sembuh."

"Pasti Bunda..."

Jam sudah menunjukkan pukul 20.30 malam. Setelah berbincang bincang dengan Bunda dan Kakaknya, gw pamit untuk pulang. Namun gw tidak sempat pamit pada Bunga sebab dia sudah tertidur pulas. Lagipula gw nggak tega kalau harus bangunin dia. Biarlah dia istirahat supaya lekas sehat kembali nantinya.

..........................
..........................

Esok paginya, gw bangun tidur dalam keadaan yang segar bugar. Karena semalam sepulang dari rumah sakit, gw langsung tidur pules sampe pagi. Tidak ada yang namanya begadang. Gw cek jimbot gw, disitu sama sekali tidak ada sms selamat pagi dari Bunga dan panggilan tidak terjawab yang selalu menghiasi layar jimbot gw setiap pagi. Kemudian gw letakkan jimbot di atas meja lalu bergegas mandi. Setelah semuanya rapi, gw pun berangkat ke kampus menunggangi motor kesayangan gw.

Dua jam berikutnya gw sudah berada di kelas mendengarkan Pak dosen berbicara. Konsentrasi belajar gw sedikit terganggu sebab sudah beberapa kali jimbot gw bergetar getar menandakan ada panggilan masuk. Tapi gw acuhkan panggilan tersebut lalu gw kembali konsen mendengar penjelasan dosen.

Mata kuliah pertama sudah selesai. Gw berjalan keluar ruangan kelas bersama dua kawan gw menuju kantin untuk sekedar ngopi disana. Sambil berjalan pelan gw intip layar jimbot penasaran siapa yang menghubungi gw tadi. Disitu tertera tiga panggilan tak terjawab serta satu sms yang semuanya dari Puput. Gw berhenti sejenak untuk membaca sms itu.

Puput memberi tahu gw kalau keadaan Bunga memburuk. Trombositnya menurun drastis yang membuat kondisinya semakin lemah. Ternyata selain penyakit magh nya yang sudah akut, Bunga juga terserang virus DBD. Selanjutnya gw langsung berlari meninggalkan kedua kawan gw menuju parkiran motor.

"Arep nang ndi koe cuk?" Tanya Edo.

"Muleh...."

"Loh ngopo kui? Kuliah urung rampung kok!"

"Bunga sakit. kena DBD cuk!! Gw mau ke rumah sakit sekarang. Koe melu ra?"

"Gw ama Yogo nyusul aja deh. Ntar sore kesana. Kasih tau aja Rumah Sakit mana terus kamar apa."

"Yaudah...Gw cabut dulu!"

"Ati ati Jar...Perasaan gw nggak enak!" Ujar Edo.

"Wedus!!"

"Lah kalo aku wedus, koe opo??" Tanya dia.

"Aku sing duwe wedus!!" Jawab gw.

Kemudian gw langsung tancap gas menuju Rumah Sakit. Di sepanjang perjalan, gw terus memikirkan Bunga. Memikirkan keadaannya yang semakin memburuk. Mulut gw tak henti hentinya komat kamit dari balik kaca helm menlafazkan doa demi doa untuk kesembuhan Bunga. Gw jadi nggak tenang, gw khawatir dan gw takut...
0
Ikuti KASKUS di
© 2025 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.