“Kalian dapat membuat perhitungan denganku setelah membantuku menolong Sang Ratu,” dengan sengaja Marandhier memancing di air keruh demi untuk kepentingannya.

Para penjaga itu rupanya kurang cermat pada situasi yang kurang menguntungkan itu,“sebenarnya apa yang kau lakukan hingga Sang Ratu seperti ini, dasar tukang buat onar ! Menjauhlah. Jangan mendekat hingga kami memanggilmu.”

Kini tahulah Marandhier kepastian itu. Benarlah dugaannya bahwa wanita yang sangat cantik itu adalah orang yang dia cari. Namun dengan kondisinya yang seperti itu, bagaimana bisa ia dapatkan maksud hatinya. Eara si anjing mentah itu telah lari, ia tak dapat menanyainya. Ia diam memikirkan caranya.

Marandhier duduk di kursi beledu dengan dijaga para penjaga – penjaga yang melihatnya dengan kesal. Tak berapa lama kemudian seorang penjaga memanggilnya,” Sang Ratu ingin berbicara denganmu, jangan berulah membuat dia kesal.”

Marandhier lalu masuk ke ruangan tempat Sang Ratu berada. Lehernya telah terjahit dan terbalut kain. Marandhier berpikir entah wanita itu dapat bertahan atau tidak karna ia sangatlah paham akan luka di leher.

“Apa sekarang yang akan kau akui ?” tanya Marandhier, “aku hanya ingin bertanya di mana aku dapat bertemu Mesya.”

Wanita yang sangat cantik itu berbicara dengan sulit dan tersengal, ”Dahulu Mesya adalah wanita muda yang cantik tapi bodoh dan miskin. Kedua orang tuanya tewas dibunuh para penagih hutang karena tak sanggup membayar hutang. Tanah dan ladang mereka dirampas. Kakak perempuannya Sue, yang lembut dan cantik, berusia tiga belas tahun dijarah kehormatannya beramai – ramai lalu tewas. Seorang pemelihara wanita – wanita jalang melihatnya lalu memungutnya ketika berusia sembilan tahun. Waktu itu ia sedang mengemis di jalan bersama adiknya Yai yang berusia lima tahun dan Freya yang berusia tiga tahun. Ketika seorang raja menyukainya dan mendatanginya serta membual sepanjang waktu bersamanya, ia percaya. Apalagi dengan hadiah – hadiah indah dan mahal yang tidak setiap wanita jalang memilikinya. Dengan begitu ia dapat menghidupi dan menyenangkan hati dua adik perempuannya dengan berbagi pemberian dari si raja. Ia telah menjadi harta simpanan bagi sang raja. Ketika ia melahirkan anak dari si raja, ratu ingin melenyapkannya berikut bayinya, terpaksa ia membuangnya karena ia ingin anaknya hidup. Ia memanggil anaknya Yalav. Dan ia melarikan diri sejauh mungkin, menutup jejaknya dan bayinya. Sehingga ia sendiri tidak tahu lagi siapa bayinya sekarang. Ia hanya berharap bayinya hidup dan bahagia walaupun ia tidak tahu lagi.”

“Lalu di manakah aku dapat bertemu Mesya ?” desak Marandhier.

Wanita yang sangat cantik itu tersenyum, ”kau mencarinya seolah dia adalah ibumu, hati seorang ibu pasti mengetahuinya. Kau sudah bertemu dengan dia, walau pun hanya di ujung hidupnya. Dan akhirnya dia dapat tahu siapa bayinya,” wanita cantik itu menggamit telapak tangan Marandhier.

Marandhier memandangi wanita yang ternyata adalah ibu kandungnya itu. Nafas wanita itu telah tersengal seakan hampir habis.

“Raja yang mana,” tanya Marandhier dingin.

Dengan suara yang hampir tak terdengar wanita itu menjawab, “Vernon,” dan wanita yang sangat cantik itu pun tidak dapat lagi menceritakan banyak hal meski pun genggaman tangannya masih erat menggenggam tangan Marandhier. Marandhier cepat– cepat melepaskan genggaman itu untuk bergegas pergi meninggalkan ruangan itu meskipun penjaga – penjaga itu mengejarnya. Ia menuju kudanya dan pergi dari tempat itu dengan rasa yang sulit untuk diterjemahkan.