- Beranda
- Stories from the Heart
You Are My Happiness
...
TS
jayanagari
You Are My Happiness

Sebelumnya gue permisi dulu kepada Moderator dan Penghuni forum Stories From The Heart Kaskus 
Gue akhir-akhir ini banyak membaca cerita-cerita penghuni SFTH dan gue merasa sangat terinspirasi dari tulisan sesepuh-sesepuh sekalian
Karena itu gue memberanikan diri untuk berbagi kisah nyata gue, yang sampe detik ini masih menjadi kisah terbesar di hidup gue.
Mohon maaf kalo tulisan gue ini masih amburadul dan kaku, karena gue baru pertama kali join kaskus dan menulis sebuah cerita.
Dan demi kenyamanan dan privasi, nama tokoh-tokoh di cerita ini gue samarkan

Gue akhir-akhir ini banyak membaca cerita-cerita penghuni SFTH dan gue merasa sangat terinspirasi dari tulisan sesepuh-sesepuh sekalian

Karena itu gue memberanikan diri untuk berbagi kisah nyata gue, yang sampe detik ini masih menjadi kisah terbesar di hidup gue.
Mohon maaf kalo tulisan gue ini masih amburadul dan kaku, karena gue baru pertama kali join kaskus dan menulis sebuah cerita.
Dan demi kenyamanan dan privasi, nama tokoh-tokoh di cerita ini gue samarkan

Orang bilang, kebahagiaan paling tulus adalah saat melihat orang lain bahagia karena kita. Tapi terkadang, kebahagiaan orang itu juga menyakitkan bagi kita.
Gue egois? Mungkin.
Nama gue Baskoro, dan ini kisah gue.
Gue egois? Mungkin.
Nama gue Baskoro, dan ini kisah gue.
Quote:
Quote:
Diubah oleh jayanagari 11-08-2015 11:18
gebby2412210 dan 49 lainnya memberi reputasi
48
2.2M
5.1K
Thread Digembok
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
32.7KThread•52.1KAnggota
Tampilkan semua post
TS
jayanagari
#1872
PART 85
Anin masih menutupi mulutnya dengan sebelah tangan, dan gue lihat tangannya bergetar. Matanya berkaca-kaca, dan sesaat kemudian gue melihat airmatanya jatuh, mengalir di pipinya yang lembut. Gue memandangi Anin dengan tersenyum, sambil tetap menggenggam sebelah tangannya dengan erat, dengan kedua tangan gue. Gue mengangguk kecil, gesture meminta jawaban dari Anin.
Anin masih terus menangis, kali ini tangannya udah gak menutupi mulutnya lagi, tetapi menggenggam tangan gue dengan erat. Sangat erat. Beberapa kali Anin sesenggukan, mencoba mengatur napasnya kembali, dan berusaha untuk berbicara dengan sedikit tergagap. Gue menarik kepalanya dengan lembut, mendekatkannya ke tubuh gue, dan dia menyandarkan kepalanya di dada gue sambil gue elus-elus rambutnya yang tergerai dengan indah.
Sambil mengelus rambutnya yang coklat kemerahan dan menggenggam erat tangannya, gue berbicara dengan lembut.
*gue menarik napas panjang*
Anin menjauhkan kepalanya dari bahu gue, dan memandangi gue langsung. Bibirnya masih bergetar, dan air matanya masih mengalir sesekali. Gue tersenyum dan mencium keningnya dengan lembut, sangat lembut.
Gue tersenyum, sambil sedikit memiringkan kepala dan memandangi Anin, gue bertanya lagi.
Anin mengangguk beberapa kali, dan kemudian dia menangis lagi, kali ini lebih hebat dari sebelumnya, dan memeluk gue erat. Gue membalas pelukannya, sambil mengelus-elus rambutnya. Bibir gue melafalkan “Alhamdulillah” secara terus menerus, tanpa suara. Buat gue, ini adalah salah satu momen terindah dalam hidup gue. Dan gue akan selalu mengenang momen ini, sampe ke detik-detiknya.
Gue mengelus-elus rambutnya selama beberapa saat, menunggu hingga Anin kembali tenang. Gue tau banyak yang ingin dia katakan, tapi masih tertunda karena tangisannya. Akhirnya Anin menarik tubuhnya menjauh, dan gue liat dia udah bisa menguasai diri lagi, dan tersenyum dengan sangat cantik.
Anin tersenyum dan gue balas dengan senyuman juga. Dengan tangan kami masih saling menggenggam erat, gue bertanya lagi.
Anin menjulurkan lidahnya sedikit, dan mengedipkan sebelah mata ke gue.
Anin tertawa kecil, dan kemudian dia memutuskan untuk gak menggoda gue lebih jauh. Dia mengangguk.
Gue tertawa, kemudian mencium keningnya sekali lagi, dan memeluk calon istri gue dengan erat. Gue mencium bau harum rambutnya, dan gak henti-hentinya mengucap syukur dalam hati, karena malam ini hidup gue mulai menapaki satu babak baru.
Gue dan Anin duduk di taman belakang, sambil memandangi bulan yang tertutup awan tipis. Sambil merangkul Anin yang kembali menyandarkan kepalanya ke bahu gue dengan mesra, gue menarik napas panjang dan tersenyum sendiri. Gue membayangkan sebuah kehidupan yang indah bersama wanita di sebelah gue, dan pada waktu itu gue berjanji di dalam hati kepada diri gue sendiri, bahwa gue akan tetap selalu bersamanya di dalam suka dan duka, dan gue berharap cinta kami berdua akan tetap abadi selamanya.
Quote:
Anin masih menutupi mulutnya dengan sebelah tangan, dan gue lihat tangannya bergetar. Matanya berkaca-kaca, dan sesaat kemudian gue melihat airmatanya jatuh, mengalir di pipinya yang lembut. Gue memandangi Anin dengan tersenyum, sambil tetap menggenggam sebelah tangannya dengan erat, dengan kedua tangan gue. Gue mengangguk kecil, gesture meminta jawaban dari Anin.
Anin masih terus menangis, kali ini tangannya udah gak menutupi mulutnya lagi, tetapi menggenggam tangan gue dengan erat. Sangat erat. Beberapa kali Anin sesenggukan, mencoba mengatur napasnya kembali, dan berusaha untuk berbicara dengan sedikit tergagap. Gue menarik kepalanya dengan lembut, mendekatkannya ke tubuh gue, dan dia menyandarkan kepalanya di dada gue sambil gue elus-elus rambutnya yang tergerai dengan indah.
Sambil mengelus rambutnya yang coklat kemerahan dan menggenggam erat tangannya, gue berbicara dengan lembut.
Quote:
*gue menarik napas panjang*
Quote:
Anin menjauhkan kepalanya dari bahu gue, dan memandangi gue langsung. Bibirnya masih bergetar, dan air matanya masih mengalir sesekali. Gue tersenyum dan mencium keningnya dengan lembut, sangat lembut.
Quote:
Gue tersenyum, sambil sedikit memiringkan kepala dan memandangi Anin, gue bertanya lagi.
Quote:
Anin mengangguk beberapa kali, dan kemudian dia menangis lagi, kali ini lebih hebat dari sebelumnya, dan memeluk gue erat. Gue membalas pelukannya, sambil mengelus-elus rambutnya. Bibir gue melafalkan “Alhamdulillah” secara terus menerus, tanpa suara. Buat gue, ini adalah salah satu momen terindah dalam hidup gue. Dan gue akan selalu mengenang momen ini, sampe ke detik-detiknya.
Gue mengelus-elus rambutnya selama beberapa saat, menunggu hingga Anin kembali tenang. Gue tau banyak yang ingin dia katakan, tapi masih tertunda karena tangisannya. Akhirnya Anin menarik tubuhnya menjauh, dan gue liat dia udah bisa menguasai diri lagi, dan tersenyum dengan sangat cantik.
Quote:
Anin tersenyum dan gue balas dengan senyuman juga. Dengan tangan kami masih saling menggenggam erat, gue bertanya lagi.
Quote:
Anin menjulurkan lidahnya sedikit, dan mengedipkan sebelah mata ke gue.
Quote:
Anin tertawa kecil, dan kemudian dia memutuskan untuk gak menggoda gue lebih jauh. Dia mengangguk.
Quote:
Gue tertawa, kemudian mencium keningnya sekali lagi, dan memeluk calon istri gue dengan erat. Gue mencium bau harum rambutnya, dan gak henti-hentinya mengucap syukur dalam hati, karena malam ini hidup gue mulai menapaki satu babak baru.
Gue dan Anin duduk di taman belakang, sambil memandangi bulan yang tertutup awan tipis. Sambil merangkul Anin yang kembali menyandarkan kepalanya ke bahu gue dengan mesra, gue menarik napas panjang dan tersenyum sendiri. Gue membayangkan sebuah kehidupan yang indah bersama wanita di sebelah gue, dan pada waktu itu gue berjanji di dalam hati kepada diri gue sendiri, bahwa gue akan tetap selalu bersamanya di dalam suka dan duka, dan gue berharap cinta kami berdua akan tetap abadi selamanya.
Diubah oleh jayanagari 26-12-2014 21:31
pulaukapok dan 4 lainnya memberi reputasi
5


: jadiii….